Semangat, Tiga Lansia Berusia Ratusan Tahun Ini Berhasil Kalahkan Corona
Kamis, 14 Mei 2020 - 06:45 WIB
MADRID - Tak ada yang tidak mungkin terjadi selama ada optimisme dalam diri seseorang. Perempuan berusia 113 tahun, yang diyakini sebagai nenek tertua di Spanyol, berhasil sembuh dari infeksi Covid-19. Nenek bernama Maria Branyas mengidap Covid-19 setelah negara itu memberlakukan lockdown pada Maret silam.
Setelah beberapa pekan diisolasi, Branyas dinyatakan sembuh dan hanya menderita gejala ringan. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Branyas mampu bertahan hidup selama pandemi flu Spanyol pada 1918-1919, Perang Saudara Spanyol pada 1936-1939, serta virus corona. "Saat ini dia baik-baik saja, dia sungguh luar biasa, dia ingin bicara, untuk menjelaskan dan merenungkan apa yang dialami," demikian cuitan putri Branyas pada akun Twitter, dilansir BBC.
Branyas dilahirkan di Meksiko pada 1907. Dia pindah ke kawasan utara, yaitu ke San Francisco, Amerika Serikat, dua tahun kemudian. Kemudian Maria Branyas tiba di Kota Girona, Provinsi Catalan, Spanyol, selama Perang Dunia I, bersama ayahnya, seorang jurnalis Spanyol.
Di Spanyol dia membesarkan tiga anak—salah seorang di antaranya kini berusia 86 tahun –memiliki 11 cucu, yang tertua berumur 60 tahun, serta 13 orang cicit. Dia telah tinggal selama dua dekade di panti jompo di Kota Olot, Spanyol. Berbicara kepada La Vanguardia tahun lalu, Maria Branyas berujar, "Saya tidak melakukan apa-apa selain hidup." (Baca: Nenek 113 Tahun di Spanyol Kalahkan Covid-19, Bosan Diisolasi)
Bukan Branyas semata yang berhasil selamat dari virus corona pada usia senja. Connie Titchen (106) yang berhasil selamat melalui pandemi Flu Spanyol pada 1918, kini kembali berjaya melawan Covid-19. Titchen berhasil keluar dari rumah sakit Birmingham, Inggris, setelah dirawat selama tiga pekan.
Mantan pegawai penjualan itu dirawat di rumah sakit pada Maret lalu dengan gejala awal pneumonia. “Saya merasa beruntung selamat dan bisa bermain dengan cucu lagi,” kata Titchen, dilansir Euronews.
Cucu Titchen, Alex Jones, mengatakan neneknya sangat aktif dalam kehidupan dan tetap hidup mandiri. “Nenek bisa masak sendiri dan kerap pergi ke McDonald,” katanya.
Dari Singapura, Yap Lay Hong (102) merupakan pasien virus corona tertua di sana yang selamat. Yap merupakan salah satu dari 16 penghuni panti jompo yang mengidap virus corona. “Kebahagiaan bisa kembali berkumpul dengan sesama penghuni panti setelah berjuang melawan Covid-19,” demikian keterangan Pantai Jompo Lee Ah Mooi, dilansir The Star. Yap lahir saat pandemi flu Spanyol pada 1918.
Yap memiliki lima anak, 11 cucu, dan 13 cicit, dinyatakan positif Covid-19 pada 1 April silam. Anak keduanya, Alan Ho, mengungkapkan, ibunya kini dalam kondisi sehat. “Saat wabah korona di Wuhan, saya mengatakan kepada ibu saya untuk berhati-hati,” kata Ho, pensiunan manajer.
Ho mengungkapkan, ibunya bisa hidup memiliki usia panjang karena hidup mandiri dan tetap aktif. “Ibu saya selalu berjalan dan mandi sendiri,” katanya. Dia mengungkapkan, cerita ibunya itu bisa menjadi harapan dalam pertarungan melawan Covid-19. (Baca juga: China Lockdown Dua Kota, Tanda-tanda Gelombang kedua Pandemi Corona?)
Bayi Sembuh
Seorang bayi berusia 11 bulan juga sembuh dari infeksi virus korona yang dapat menyebabkan pneumonia di Zhongshan, Provinsi Guangdong, China. Bayi tersebut merupakan anak dari Wen dan Feng yang juga terjangkit virus dan divonis bebas setelah menjalani perawatan intensif.
Bayi itu merupakan pasien pertama yang lolos dari kondisi kritis akibat virus korona di Zhongshan. Hal itu diungkapkan Wakil Direktur Rumah Sakit Rakyat Nomor 2 Zhongshan, Gao Wenjun. Menurut Gao, pasien mengunjungi Wuhan, pusat wabah virus korona, dari 10-12 Januari. Mereka baru pulang pada 21 Januari.
Dua hari kemudian bayi tersebut, termasuk orang tuanya, mengalami penurunan kondisi kesehatan. Mereka mengalami demam dan batuk-batuk dan dibawa ke Rumah Sakit Rakyat Nomor 2 Zhongshan. Satu keluarga kecil itu akhirnya menjalani sejumlah uji laboratorium sebelum akhirnya diketahui positif tertular virus. “Bayi itu menjadi pasien virus corona termuda di kota ini (Zhongshan),” ujar Gao, dikutip China Daily.
Zhongshan merupakan kawasan produksi dan rumah bagi buruh migran di Provinsi Guangdong. Sejauh ini, jumlah pasien akibat virus korona di Zhongshan mencapai 31 orang, satu di antaranya dalam kondisi serius.
Seorang bayi berusia tujuh tahun juga terjangkit virus corona di Shanghai, China. Sampai kemarin, kondisinya dalam keadaan stabil. Komisi Kesehatan Shanghai menyatakan bayi itu diketahui positif terjangkit virus corona pada awal pekan ini. Dia kini dirawat bersama ibu dan kakeknya di rumah sakit. “Sementara itu, ayah dan neneknya lolos screening, tapi masih dikarantina,” ungkap Komisi Kesehatan Shanghai. (Baca juga: Dampak Pandemi Corona, 6.000 Anak teranca, Meinggal Setiap Hari)
Kakek bayi itu baru tiba di Shanghai setelah bepergian ke Wuhan sejak 20 Januari silam. Seluruh anggota keluarganya kemudian berkumpul untuk perayaan Tahun Baru Imlek pada akhir Januari.
Seorang bayi berusia 1 bulan juga positif terjangkit virus corona di Provinsi Guizhou. Dia menjadi pasien pneumonia termuda di China yang kini menginfeksi 20.438 orang. Pada 30 Januari, seorang ibu hamil yang terjangkit virus korona berhasil melahirkan bayi perempuan bebas virus korona di Harbin, Provinsi Heilongjiang. (Andika H Mustaqim/Muh Shamil)
Lihat Juga: Lansia Jadi Korban Gendam di Pasar TB Cengkareng, Harta Rp200 Juta Ditukar Bungkusan Berisi Terigu dan Tisu
Setelah beberapa pekan diisolasi, Branyas dinyatakan sembuh dan hanya menderita gejala ringan. Fakta tersebut menunjukkan bahwa Branyas mampu bertahan hidup selama pandemi flu Spanyol pada 1918-1919, Perang Saudara Spanyol pada 1936-1939, serta virus corona. "Saat ini dia baik-baik saja, dia sungguh luar biasa, dia ingin bicara, untuk menjelaskan dan merenungkan apa yang dialami," demikian cuitan putri Branyas pada akun Twitter, dilansir BBC.
Branyas dilahirkan di Meksiko pada 1907. Dia pindah ke kawasan utara, yaitu ke San Francisco, Amerika Serikat, dua tahun kemudian. Kemudian Maria Branyas tiba di Kota Girona, Provinsi Catalan, Spanyol, selama Perang Dunia I, bersama ayahnya, seorang jurnalis Spanyol.
Di Spanyol dia membesarkan tiga anak—salah seorang di antaranya kini berusia 86 tahun –memiliki 11 cucu, yang tertua berumur 60 tahun, serta 13 orang cicit. Dia telah tinggal selama dua dekade di panti jompo di Kota Olot, Spanyol. Berbicara kepada La Vanguardia tahun lalu, Maria Branyas berujar, "Saya tidak melakukan apa-apa selain hidup." (Baca: Nenek 113 Tahun di Spanyol Kalahkan Covid-19, Bosan Diisolasi)
Bukan Branyas semata yang berhasil selamat dari virus corona pada usia senja. Connie Titchen (106) yang berhasil selamat melalui pandemi Flu Spanyol pada 1918, kini kembali berjaya melawan Covid-19. Titchen berhasil keluar dari rumah sakit Birmingham, Inggris, setelah dirawat selama tiga pekan.
Mantan pegawai penjualan itu dirawat di rumah sakit pada Maret lalu dengan gejala awal pneumonia. “Saya merasa beruntung selamat dan bisa bermain dengan cucu lagi,” kata Titchen, dilansir Euronews.
Cucu Titchen, Alex Jones, mengatakan neneknya sangat aktif dalam kehidupan dan tetap hidup mandiri. “Nenek bisa masak sendiri dan kerap pergi ke McDonald,” katanya.
Dari Singapura, Yap Lay Hong (102) merupakan pasien virus corona tertua di sana yang selamat. Yap merupakan salah satu dari 16 penghuni panti jompo yang mengidap virus corona. “Kebahagiaan bisa kembali berkumpul dengan sesama penghuni panti setelah berjuang melawan Covid-19,” demikian keterangan Pantai Jompo Lee Ah Mooi, dilansir The Star. Yap lahir saat pandemi flu Spanyol pada 1918.
Yap memiliki lima anak, 11 cucu, dan 13 cicit, dinyatakan positif Covid-19 pada 1 April silam. Anak keduanya, Alan Ho, mengungkapkan, ibunya kini dalam kondisi sehat. “Saat wabah korona di Wuhan, saya mengatakan kepada ibu saya untuk berhati-hati,” kata Ho, pensiunan manajer.
Ho mengungkapkan, ibunya bisa hidup memiliki usia panjang karena hidup mandiri dan tetap aktif. “Ibu saya selalu berjalan dan mandi sendiri,” katanya. Dia mengungkapkan, cerita ibunya itu bisa menjadi harapan dalam pertarungan melawan Covid-19. (Baca juga: China Lockdown Dua Kota, Tanda-tanda Gelombang kedua Pandemi Corona?)
Bayi Sembuh
Seorang bayi berusia 11 bulan juga sembuh dari infeksi virus korona yang dapat menyebabkan pneumonia di Zhongshan, Provinsi Guangdong, China. Bayi tersebut merupakan anak dari Wen dan Feng yang juga terjangkit virus dan divonis bebas setelah menjalani perawatan intensif.
Bayi itu merupakan pasien pertama yang lolos dari kondisi kritis akibat virus korona di Zhongshan. Hal itu diungkapkan Wakil Direktur Rumah Sakit Rakyat Nomor 2 Zhongshan, Gao Wenjun. Menurut Gao, pasien mengunjungi Wuhan, pusat wabah virus korona, dari 10-12 Januari. Mereka baru pulang pada 21 Januari.
Dua hari kemudian bayi tersebut, termasuk orang tuanya, mengalami penurunan kondisi kesehatan. Mereka mengalami demam dan batuk-batuk dan dibawa ke Rumah Sakit Rakyat Nomor 2 Zhongshan. Satu keluarga kecil itu akhirnya menjalani sejumlah uji laboratorium sebelum akhirnya diketahui positif tertular virus. “Bayi itu menjadi pasien virus corona termuda di kota ini (Zhongshan),” ujar Gao, dikutip China Daily.
Zhongshan merupakan kawasan produksi dan rumah bagi buruh migran di Provinsi Guangdong. Sejauh ini, jumlah pasien akibat virus korona di Zhongshan mencapai 31 orang, satu di antaranya dalam kondisi serius.
Seorang bayi berusia tujuh tahun juga terjangkit virus corona di Shanghai, China. Sampai kemarin, kondisinya dalam keadaan stabil. Komisi Kesehatan Shanghai menyatakan bayi itu diketahui positif terjangkit virus corona pada awal pekan ini. Dia kini dirawat bersama ibu dan kakeknya di rumah sakit. “Sementara itu, ayah dan neneknya lolos screening, tapi masih dikarantina,” ungkap Komisi Kesehatan Shanghai. (Baca juga: Dampak Pandemi Corona, 6.000 Anak teranca, Meinggal Setiap Hari)
Kakek bayi itu baru tiba di Shanghai setelah bepergian ke Wuhan sejak 20 Januari silam. Seluruh anggota keluarganya kemudian berkumpul untuk perayaan Tahun Baru Imlek pada akhir Januari.
Seorang bayi berusia 1 bulan juga positif terjangkit virus corona di Provinsi Guizhou. Dia menjadi pasien pneumonia termuda di China yang kini menginfeksi 20.438 orang. Pada 30 Januari, seorang ibu hamil yang terjangkit virus korona berhasil melahirkan bayi perempuan bebas virus korona di Harbin, Provinsi Heilongjiang. (Andika H Mustaqim/Muh Shamil)
Lihat Juga: Lansia Jadi Korban Gendam di Pasar TB Cengkareng, Harta Rp200 Juta Ditukar Bungkusan Berisi Terigu dan Tisu
(ysw)
tulis komentar anda