Kata Putin, Rusia Siap Ladeni AS untuk Perlombaan Senjata Baru
Jum'at, 18 Desember 2020 - 02:58 WIB
MOSKOW - Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia sebenarnya sudah enggan terlibat dalam perlombaan senjata dengan Amerika Serikat (AS). Namun, dia menegaskan Moskow tidak takut dan siap untuk meladeni tantangan seperti itu.
Dalam konferensi pers akhir tahun tahunannya pada Kamis (17/12/2020), pemimpin Kremlin tersebut menyatakan bahwa Moskow akan memastikan diri untuk mempertahankan statusnya sebagai kekuatan militer global. (Baca: Terancam oleh Militer Indonesia, Benny Wenda 'Merengek' ke PBB )
Dia ditanya apakah, jika Moskow dan Washington gagal memperbarui Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru sebelum berakhir pada Februari, itu akan menandakan akhir dari gencatan senjata antara kedua negara.
"Perlombaan senjata sudah dimulai," jawab Putin, seperti dikutip Russia Today. "Setelah AS menarik diri dari perjanjian pertahanan nuklir, itulah yang sebenarnya terjadi," lanjut dia.
"Negara mereka sekarang sedang membangun payung untuk melindungi dirinya sendiri," ujar Putin. "Anda harus memiliki sistem pertahanan rudal, atau senjata yang tidak dapat dihalangi oleh pertahanan rudal. Itu terjadi dengan senjata hipersonik, termasuk pesawat peluncur Avangard (Vanguard)."
Presiden Putin telah meluncurkan senjata itu—salah satu yang paling canggih dari jenisnya—pada tahun 2018. Pada saat itu, dia mengatakan kepada wartawan; "Rudal hipersonik telah dikembangkan sebagai tanggapan atas penyebaran sistem pertahanan rudal strategis AS, yang, di masa depan, akan mampu menetralkan secara virtual, menghilangkan semua potensi nuklir kami." (Baca juga: Latihan Rudal Rusia Picu Kebingungan di Pangkalan Militer AS di Jerman )
Pada tahun 2001, Washington mengumumkan akan menarik diri dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik, selama masa kepresidenan George W. Bush. Sejak itu, para analis telah menyatakan keprihatinan atas perkembangan teknologi AS , karena, jika berhasil, mereka dapat menciptakan situasi di mana AS berpotensi mengerahkan senjatanya tanpa takut akan pembalasan.
Menjelang akhir acara konferensi pers, Putin juga mengungkapkan bahwa rudal hipersonik 3M22 Zircon, yang dirancang untuk menyasar kapal, siap untuk tugas tempur setelah menjalani pengujian.
"Mengenai perlombaan senjata, Rusia berada di posisi keenam dalam hal pendanaan militer, dan kami berhasil melakukan apa yang tidak bisa dilakukan orang lain. Itu hanya mungkin karena kekuatan otak, dan bakat orang-orang kami," katanya.
Rusia menghabiskan lebih dari USD65 miliar setiap tahun untuk angkatan bersenjatanya, dan sebagian besar industri pertahanannya, yang mengekspor barang dagangannya ke negara-negara di seluruh dunia, dinasionalisasi secara efektif.
Dalam konferensi pers akhir tahun tahunannya pada Kamis (17/12/2020), pemimpin Kremlin tersebut menyatakan bahwa Moskow akan memastikan diri untuk mempertahankan statusnya sebagai kekuatan militer global. (Baca: Terancam oleh Militer Indonesia, Benny Wenda 'Merengek' ke PBB )
Dia ditanya apakah, jika Moskow dan Washington gagal memperbarui Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru sebelum berakhir pada Februari, itu akan menandakan akhir dari gencatan senjata antara kedua negara.
"Perlombaan senjata sudah dimulai," jawab Putin, seperti dikutip Russia Today. "Setelah AS menarik diri dari perjanjian pertahanan nuklir, itulah yang sebenarnya terjadi," lanjut dia.
"Negara mereka sekarang sedang membangun payung untuk melindungi dirinya sendiri," ujar Putin. "Anda harus memiliki sistem pertahanan rudal, atau senjata yang tidak dapat dihalangi oleh pertahanan rudal. Itu terjadi dengan senjata hipersonik, termasuk pesawat peluncur Avangard (Vanguard)."
Presiden Putin telah meluncurkan senjata itu—salah satu yang paling canggih dari jenisnya—pada tahun 2018. Pada saat itu, dia mengatakan kepada wartawan; "Rudal hipersonik telah dikembangkan sebagai tanggapan atas penyebaran sistem pertahanan rudal strategis AS, yang, di masa depan, akan mampu menetralkan secara virtual, menghilangkan semua potensi nuklir kami." (Baca juga: Latihan Rudal Rusia Picu Kebingungan di Pangkalan Militer AS di Jerman )
Pada tahun 2001, Washington mengumumkan akan menarik diri dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik, selama masa kepresidenan George W. Bush. Sejak itu, para analis telah menyatakan keprihatinan atas perkembangan teknologi AS , karena, jika berhasil, mereka dapat menciptakan situasi di mana AS berpotensi mengerahkan senjatanya tanpa takut akan pembalasan.
Menjelang akhir acara konferensi pers, Putin juga mengungkapkan bahwa rudal hipersonik 3M22 Zircon, yang dirancang untuk menyasar kapal, siap untuk tugas tempur setelah menjalani pengujian.
"Mengenai perlombaan senjata, Rusia berada di posisi keenam dalam hal pendanaan militer, dan kami berhasil melakukan apa yang tidak bisa dilakukan orang lain. Itu hanya mungkin karena kekuatan otak, dan bakat orang-orang kami," katanya.
Rusia menghabiskan lebih dari USD65 miliar setiap tahun untuk angkatan bersenjatanya, dan sebagian besar industri pertahanannya, yang mengekspor barang dagangannya ke negara-negara di seluruh dunia, dinasionalisasi secara efektif.
(min)
tulis komentar anda