Disanksi AS karena Beli S-400 Rusia, Turki Dibela Iran
Selasa, 15 Desember 2020 - 14:34 WIB
TEHERAN - Pemberian sanksi kepada Turki oleh Amerika Serikat (AS) atas pembelian sistem pertahanan udara S-400 Rusia memancing reaksi dari Iran . Menteri Luar Neheri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengutuk sanksi AS dan menyebutnya sebagai penghinaan terhadap hukum internasional.
"Kecanduan AS terhadap sanksi dan penghinaan terhadap hukum internasional kembali ditampilkan secara penuh. Kami sangat mengutuk sanksi AS baru-baru ini terhadap Turki dan mendukung rakyat dan pemerintahnya," tweet Zarif seperti dikutip dari Reuters, Selasa (15/12/2020).
Seperti diketahui, AS akhirnya menjatuhkan sanksi kepada Turki atas pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia. Langkah pemerintah Presiden Donald Trump ini diperkirakan akan semakin memicu ketegangan antara Washington dan Ankara dalam beberapa minggu menjelang pelantikan Presiden terpilih Joe Biden. Apa yang dilakukan Washington kepada sekutunya itu sekaligus mengirim pesan kepada pemerintah asing mana pun untuk mempertimbangkan kesepakatan senjata di masa depan dengan Rusia.
Sanksi itu dijatuhkan berdasarkan undang-undang Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) atau Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi, yang ditandatangani Trump pada Agustus 2017.
Sanksi tersebut melarang semua lisensi ekspor AS dan otorisasi kepada Kepresidenan Industri Pertahanan Republik Turki serta pembekuan aset dan pembatasan visa pada presiden organisasi, Ismail Demir, dan pejabat tinggi lainnya.
“Turki adalah sekutu yang berharga dan mitra keamanan regional yang penting bagi Amerika Serikat, dan kami berusaha untuk melanjutkan sejarah kerjasama produktif sektor pertahanan selama puluhan tahun dengan menghilangkan hambatan kepemilikan S-400 Turki sesegera mungkin,” kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan ketika mengumumkan sanksi Washington kepada Ankara.(Baca juga: AS Akhirnya Sanksi Turki karena Beli Sistem Rudal S-400 Rusia )
Menanggapi sanksi tersebut Pemerintah Ankara dengan cepat mengecam dan menolak keputusan Washington tersebut. Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan negara itu berhak untuk merespons sanksi Washngton, meski hal itu akan semakin memperburuk hubungan dua sekutu NATO tersebut.
"Turki akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan karena mendapatkan keputusan ini, yang pasti akan berdampak negatif pada hubungan kami. Selain itu, Turki tidak akan menahan diri untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk memastikan keamanan nasionalnya," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan, meski tidak merinci tindakan balasan yang dimaksud.(Baca juga: Dihukum AS karena Beli S-400 Rusia, Begini Reaksi Turki )
Kecaman juga dilontarkan Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan. Dia mengatakan Turki membutuhkan dukungan dari sekutu NATO-nya, bukan hukuman.
Erdogan mengatakan bahwa Turki tidak akan terhalang dalam membela diri baik oleh sanksi AS atas pembelian senjata Moskow, atau pun sanksi yang disetujui oleh Uni Eropa sebagai respons atas pengeboran gas Turki di perairan Mediterania yang diklaim oleh Siprus.
"Kami mengharapkan dukungan dari sekutu NATO kami, Amerika, dalam perang kami melawan organisasi dan pasukan teroris...bukan sanksi," kata Erdogan.(Baca juga: Dihukum AS karena S-400 Rusia, Erdogan: Berikan Dukungan, Bukan Sanksi )
Pada 2017, Presiden Turki Recep Erdogan menengahi kesepakatan senilai USD2,5 miliar dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk pembelian sistem rudal S-400.
S-400, sistem rudal surface-to-air mobile, diklaim menimbulkan risiko bagi aliansi NATO serta jet tempur siluman F-35, platform senjata paling mahal di Amerika.
Terlepas dari peringatan dari Amerika Serikat dan sekutu NATO lainnya, Turki menerima yang pertama dari empat baterai rudal S-400 pada Juli 2019. Seminggu kemudian, Amerika Serikat menghentikan Turki, mitra keuangan dan manufaktur, dari program F-35.
"Kecanduan AS terhadap sanksi dan penghinaan terhadap hukum internasional kembali ditampilkan secara penuh. Kami sangat mengutuk sanksi AS baru-baru ini terhadap Turki dan mendukung rakyat dan pemerintahnya," tweet Zarif seperti dikutip dari Reuters, Selasa (15/12/2020).
Seperti diketahui, AS akhirnya menjatuhkan sanksi kepada Turki atas pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia. Langkah pemerintah Presiden Donald Trump ini diperkirakan akan semakin memicu ketegangan antara Washington dan Ankara dalam beberapa minggu menjelang pelantikan Presiden terpilih Joe Biden. Apa yang dilakukan Washington kepada sekutunya itu sekaligus mengirim pesan kepada pemerintah asing mana pun untuk mempertimbangkan kesepakatan senjata di masa depan dengan Rusia.
Sanksi itu dijatuhkan berdasarkan undang-undang Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) atau Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi, yang ditandatangani Trump pada Agustus 2017.
Sanksi tersebut melarang semua lisensi ekspor AS dan otorisasi kepada Kepresidenan Industri Pertahanan Republik Turki serta pembekuan aset dan pembatasan visa pada presiden organisasi, Ismail Demir, dan pejabat tinggi lainnya.
“Turki adalah sekutu yang berharga dan mitra keamanan regional yang penting bagi Amerika Serikat, dan kami berusaha untuk melanjutkan sejarah kerjasama produktif sektor pertahanan selama puluhan tahun dengan menghilangkan hambatan kepemilikan S-400 Turki sesegera mungkin,” kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan ketika mengumumkan sanksi Washington kepada Ankara.(Baca juga: AS Akhirnya Sanksi Turki karena Beli Sistem Rudal S-400 Rusia )
Menanggapi sanksi tersebut Pemerintah Ankara dengan cepat mengecam dan menolak keputusan Washington tersebut. Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan negara itu berhak untuk merespons sanksi Washngton, meski hal itu akan semakin memperburuk hubungan dua sekutu NATO tersebut.
"Turki akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan karena mendapatkan keputusan ini, yang pasti akan berdampak negatif pada hubungan kami. Selain itu, Turki tidak akan menahan diri untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk memastikan keamanan nasionalnya," kata Kementerian Luar Negeri Turki dalam sebuah pernyataan, meski tidak merinci tindakan balasan yang dimaksud.(Baca juga: Dihukum AS karena Beli S-400 Rusia, Begini Reaksi Turki )
Kecaman juga dilontarkan Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan. Dia mengatakan Turki membutuhkan dukungan dari sekutu NATO-nya, bukan hukuman.
Erdogan mengatakan bahwa Turki tidak akan terhalang dalam membela diri baik oleh sanksi AS atas pembelian senjata Moskow, atau pun sanksi yang disetujui oleh Uni Eropa sebagai respons atas pengeboran gas Turki di perairan Mediterania yang diklaim oleh Siprus.
"Kami mengharapkan dukungan dari sekutu NATO kami, Amerika, dalam perang kami melawan organisasi dan pasukan teroris...bukan sanksi," kata Erdogan.(Baca juga: Dihukum AS karena S-400 Rusia, Erdogan: Berikan Dukungan, Bukan Sanksi )
Pada 2017, Presiden Turki Recep Erdogan menengahi kesepakatan senilai USD2,5 miliar dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk pembelian sistem rudal S-400.
S-400, sistem rudal surface-to-air mobile, diklaim menimbulkan risiko bagi aliansi NATO serta jet tempur siluman F-35, platform senjata paling mahal di Amerika.
Terlepas dari peringatan dari Amerika Serikat dan sekutu NATO lainnya, Turki menerima yang pertama dari empat baterai rudal S-400 pada Juli 2019. Seminggu kemudian, Amerika Serikat menghentikan Turki, mitra keuangan dan manufaktur, dari program F-35.
(ber)
tulis komentar anda