Pembunuhan Fakhrizadeh Bisa Ganggu Upaya Biden Lanjutkan Dialog dengan Iran
Senin, 07 Desember 2020 - 23:55 WIB
TEHERAN - Pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh berisiko tidak hanya mempertajam ketegangan di seluruh kawasan, tetapi juga sangat memperumit rencana Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Joe Biden untuk melanjutkan dialog dengan Teheran. Biden ingin membawa kembali AS ke dalam kesepakatan nuklir dan memperbaiki hubungan dengan Iran.
Iran menuduh musuh bebuyutan mereka, yakni Israel berusaha menabur "kekacauan" dengan membunuh Fakhrizadeh dan secara tegas menyiratkan bahwa negara Yahudi itu bertindak dengan restu AS.
(Baca: Analis: Biden akan Hadapi Tekanan Kuat Jika Ingin Kembali ke Kesepakatan Nuklir )
Bagi beberapa analis Amerika, pembunuhan Fakhrizadeh adalah tindakan berbahaya yang melemahkan niat Biden untuk menawarkan Iran jalan yang kredibel kembali ke diplomasi, sebagai langkah menuju AS untuk bergabung kembali dengan perjanjian nuklir.
Mantan kepala CIA, John Brennan menyebut pembunuhan ilmuwan terkemukan Iran itu adalah tindakan kriminal dan sangat sembrono, dan mengatakan itu berisiko pembalasan mematikan dan babak baru konflik regional.
Brennan, yang memimpin badan intelijen AS dari 2013-2017, ketika Barack Obama menjadi presiden dan Biden menjadi wakil presiden, mendesak Iran untuk menunggu pelantikan Biden dan untuk menahan dorongan untuk menanggapi pelaku yang dianggap bersalah.
Ben Friedman, seorang spesialis pertahanan di Universitas George Washington menyebut pembunuhan itu adalah aksi luar biasa, yang bisa mempeburuk hubungan Iran dan AS.
"Pembunuhan itu adalah tindakan sabotase terhadap diplomasi dan kepentingan AS dan kemungkinan akan membantu kelompok garis keras Iran yang menginginkan senjata nuklir," ucap Friednman, seperti dilansir Channel News Asia.
(Baca: Iran Desak Biden Akhiri Perilaku Nakal AS )
Bagi Ben Rhodes, mantan penasihat Obama, pembunuhan ini adalah tindakan keterlaluan yang ditujukan untuk merusak diplomasi antara pemerintahan AS yang akan datang dan Iran. "Sudah waktunya untuk eskalasi tanpa henti ini berhenti," ujarnya.
Beberapa analis, bagaimanapun melihat pembunuhan di Iran memberikan pengaruh kepada pemerintahan AS yang akan datang yang dapat berguna dalam kemungkinan negosiasi dengan Teheran.
"Masih hampir dua bulan sebelum Joe Biden menjabat. Banyak waktu bagi AS dan Israel untuk menimbulkan kerusakan parah pada rezim di Iran - dan membangun pengaruh bagi pemerintahan Biden," kata Mark Dubowitz, direktur Yayasan Pertahanan Demokrasi (FDD).
Iran menuduh musuh bebuyutan mereka, yakni Israel berusaha menabur "kekacauan" dengan membunuh Fakhrizadeh dan secara tegas menyiratkan bahwa negara Yahudi itu bertindak dengan restu AS.
(Baca: Analis: Biden akan Hadapi Tekanan Kuat Jika Ingin Kembali ke Kesepakatan Nuklir )
Bagi beberapa analis Amerika, pembunuhan Fakhrizadeh adalah tindakan berbahaya yang melemahkan niat Biden untuk menawarkan Iran jalan yang kredibel kembali ke diplomasi, sebagai langkah menuju AS untuk bergabung kembali dengan perjanjian nuklir.
Mantan kepala CIA, John Brennan menyebut pembunuhan ilmuwan terkemukan Iran itu adalah tindakan kriminal dan sangat sembrono, dan mengatakan itu berisiko pembalasan mematikan dan babak baru konflik regional.
Brennan, yang memimpin badan intelijen AS dari 2013-2017, ketika Barack Obama menjadi presiden dan Biden menjadi wakil presiden, mendesak Iran untuk menunggu pelantikan Biden dan untuk menahan dorongan untuk menanggapi pelaku yang dianggap bersalah.
Ben Friedman, seorang spesialis pertahanan di Universitas George Washington menyebut pembunuhan itu adalah aksi luar biasa, yang bisa mempeburuk hubungan Iran dan AS.
"Pembunuhan itu adalah tindakan sabotase terhadap diplomasi dan kepentingan AS dan kemungkinan akan membantu kelompok garis keras Iran yang menginginkan senjata nuklir," ucap Friednman, seperti dilansir Channel News Asia.
(Baca: Iran Desak Biden Akhiri Perilaku Nakal AS )
Bagi Ben Rhodes, mantan penasihat Obama, pembunuhan ini adalah tindakan keterlaluan yang ditujukan untuk merusak diplomasi antara pemerintahan AS yang akan datang dan Iran. "Sudah waktunya untuk eskalasi tanpa henti ini berhenti," ujarnya.
Beberapa analis, bagaimanapun melihat pembunuhan di Iran memberikan pengaruh kepada pemerintahan AS yang akan datang yang dapat berguna dalam kemungkinan negosiasi dengan Teheran.
"Masih hampir dua bulan sebelum Joe Biden menjabat. Banyak waktu bagi AS dan Israel untuk menimbulkan kerusakan parah pada rezim di Iran - dan membangun pengaruh bagi pemerintahan Biden," kata Mark Dubowitz, direktur Yayasan Pertahanan Demokrasi (FDD).
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda