Turki Sambut Pembebasan Kalbajar dari Pendudukan Armenia
Kamis, 26 November 2020 - 03:01 WIB
ANKARA - Kementerian Pertahanan (Kemhan) Turki menyambut pembebasan Kalbajar, Azerbaijan , dari pasukan pendudukan Armenia setelah hampir tiga dekade.
"Tentara Azerbaijan yang heroik memasuki Kalbajar setelah Aghdam sebagai bagian dari perjanjian yang ditandatangani setelah kemenangan besarnya di Karabakh. Kalbajar bertemu pemilik asli setelah 27 tahun," ungkap Kemhan Turki di Twitter.
"(Bendera) Bintang dan Bulan Sabit kita yang mulia sekarang akan dikibarkan di Kalbajar dengan suara adzan (panggilan untuk sholat)," papar Kemhan Turki, dikutip Anadolu.
Pernyataan itu muncul setelah Kementerian Pertahanan Azerbaijan pada Rabu (25/11) pagi mengumumkan bahwa tentara Azerbaijan memasuki Kalbajar setelah 27 tahun pendudukan ilegal Armenia. (Baca Juga: UEA Setop Penerbitan Visa Baru untuk Warga 13 Negara Mayoritas Muslim)
Menurut perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Rusia, yang ditandatangani Baku dan Yerevan pada 10 November setelah perang 44 hari, Armenia seharusnya meninggalkan Kalbajar pada 15 November. (Lihat Infografis: Meski Trump tak Lagi Berkuasa, Iran Tolak Negosiasi Baru)
Namun Armenia meminta lebih banyak waktu hingga 25 November. Azerbaijan setuju memberikan tambahan 10 hari. (Lihat Video: KKP Belum Memberikan Keterangan Terkait Penangkapan Edhy Prabowo)
Hubungan antara bekas republik Soviet Azerbaijan dan Armenia telah tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh atau Karabakh Atas.
Konflik baru meletus pada 27 September, dan tentara Armenia melanjutkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan, bahkan melanggar tiga perjanjian gencatan senjata kemanusiaan selama lebih dari enam pekan.
Azerbaijan membebaskan beberapa wilayah dataran tinggi strategis, kota, dan hampir 300 pemukiman dan desa dari pendudukan Armenia hingga saat ini.
Sebelum perang Karabakh terbaru, sekitar 20% wilayah Azerbaijan berada di bawah pendudukan ilegal Armenia selama hampir tiga dekade.
Pada 10 November, kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia untuk mengakhiri pertempuran dan bekerja menuju solusi yang komprehensif.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev memuji perjanjian itu sebagai "kemenangan" untuk negaranya dan "kekalahan Armenia".
Dia mengatakan keberhasilan militer Baku memungkinkannya mendapatkan keunggulan untuk mengakhiri pendudukan wilayahnya yang hampir selama tiga dekade.
Adapun Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan dia telah menandatangani kesepakatan "menyakitkan yang tak terkatakan" yang memungkinkan Azerbaijan mengklaim kendali atas wilayah-wilayah yang direbutnya kembali dalam pertempuran itu.
Pemerintah Turki juga menyambut baik gencatan senjata itu, menyebutnya sebagai "kemenangan besar" bagi Azerbaijan.
"Tentara Azerbaijan yang heroik memasuki Kalbajar setelah Aghdam sebagai bagian dari perjanjian yang ditandatangani setelah kemenangan besarnya di Karabakh. Kalbajar bertemu pemilik asli setelah 27 tahun," ungkap Kemhan Turki di Twitter.
"(Bendera) Bintang dan Bulan Sabit kita yang mulia sekarang akan dikibarkan di Kalbajar dengan suara adzan (panggilan untuk sholat)," papar Kemhan Turki, dikutip Anadolu.
Pernyataan itu muncul setelah Kementerian Pertahanan Azerbaijan pada Rabu (25/11) pagi mengumumkan bahwa tentara Azerbaijan memasuki Kalbajar setelah 27 tahun pendudukan ilegal Armenia. (Baca Juga: UEA Setop Penerbitan Visa Baru untuk Warga 13 Negara Mayoritas Muslim)
Menurut perjanjian gencatan senjata yang ditengahi Rusia, yang ditandatangani Baku dan Yerevan pada 10 November setelah perang 44 hari, Armenia seharusnya meninggalkan Kalbajar pada 15 November. (Lihat Infografis: Meski Trump tak Lagi Berkuasa, Iran Tolak Negosiasi Baru)
Namun Armenia meminta lebih banyak waktu hingga 25 November. Azerbaijan setuju memberikan tambahan 10 hari. (Lihat Video: KKP Belum Memberikan Keterangan Terkait Penangkapan Edhy Prabowo)
Hubungan antara bekas republik Soviet Azerbaijan dan Armenia telah tegang sejak 1991 ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh atau Karabakh Atas.
Konflik baru meletus pada 27 September, dan tentara Armenia melanjutkan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Azerbaijan, bahkan melanggar tiga perjanjian gencatan senjata kemanusiaan selama lebih dari enam pekan.
Azerbaijan membebaskan beberapa wilayah dataran tinggi strategis, kota, dan hampir 300 pemukiman dan desa dari pendudukan Armenia hingga saat ini.
Sebelum perang Karabakh terbaru, sekitar 20% wilayah Azerbaijan berada di bawah pendudukan ilegal Armenia selama hampir tiga dekade.
Pada 10 November, kedua negara menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia untuk mengakhiri pertempuran dan bekerja menuju solusi yang komprehensif.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev memuji perjanjian itu sebagai "kemenangan" untuk negaranya dan "kekalahan Armenia".
Dia mengatakan keberhasilan militer Baku memungkinkannya mendapatkan keunggulan untuk mengakhiri pendudukan wilayahnya yang hampir selama tiga dekade.
Adapun Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan dia telah menandatangani kesepakatan "menyakitkan yang tak terkatakan" yang memungkinkan Azerbaijan mengklaim kendali atas wilayah-wilayah yang direbutnya kembali dalam pertempuran itu.
Pemerintah Turki juga menyambut baik gencatan senjata itu, menyebutnya sebagai "kemenangan besar" bagi Azerbaijan.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda