Konflik Politik Malaysia Memanas, UMNO-PAS Justru Meraih Keuntungan
Senin, 11 Mei 2020 - 10:45 WIB
KUALA LUMPUR - Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) dan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) yang merupakan anggota Barisan Nasional (BN) akan menjadi pemenang besar ketika Mahathir Mohamad sukses menggulirkan mosi tidak percaya terhadap Perdana Menteri (PM) Muhyiddin Yassin. Babak baru konflik politik Malaysia kini kembali bergulir di tengah pandemi Covid-19.
“Rakyat Malaysia kini tidak mendukung Pakatan Harapan (PH) yang tidak melakukan hal terbaik saat berkuasa selama 22 tahun. Jika ada pemungutan suara mosi tidak percaya, Muhyiddin bisa saja kalah, tetapi PH tidak akan menang,” kata pakar politik Universitas Teknologi Malaysia, Azmi Hassan, dilansir Free Malaysia Today. Jika mosi tersebut gagal, menurut Hassan, itu akan menjadi akhir bagi karier panjang politik Mahathir.
Hassan dan pakar politik Awan Azman Pawi dari Universitas Malaya juga sepakat jika PM kehilangan mayoritas di parlemen, maka pemilu sela bisa saja digelar. Baik UMNO dan PAS bisa saja menjadi pemenang pada pemilu sela tersebut. ”Partai Bersatu sudah keluar dari PH, berada di tengah sesuatu yang tidak jelas, dan PH tanpa dukungan partai berhaluan Melayu,” kata Hassan dan Awan. (Baca: Kepemimpinan Politik Dilema Besar, KOnflik Mahathir-Anwar Memanas)
Azmi Hassan mengungkapkan, mosi tidak percaya bisa didebatkan pada Juli mendatang saat kubu Muhyiddin sudah menyolidkan dukungan. Muhyiddin pun tidak ingin menggelar pemilu karena kondisi ekonomi yang hampir lumpur. “Saya yakin UMNO dan PAS akan memberikan dukungan bagi Muhyiddin,” katanya.
Awang Azman pun mengatakan, Muhyiddin sebagai PM memiliki keuntungan baik untuk memperkuat posisinya. Namun, jika Mahathir menunjukkan kemampuannya dalam berpolitik, karena Partai Bersatu bisa saja melepaskan dukungan dari Muhyiddin. “Pakatan Harapan juga tidak akan menang pemilu karena mereka tidak memiliki dukungan akar rumput yang kuat di kalangan warga Melayu,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Parlemen Malaysia Mohamad Ariff Md Yusoff menerima mosi tidak percaya dari Mahathir yang menyebutkan Muhyiddin tidak memiliki kepercayaan mayoritas dari anggota parlemen. Namun, tidak disebutkan apakah mosi itu akan diperdebatkan saat rapat pada 18 Mei mendatang. (Baca juga: Berusaha redam Konflik Politik Malaysia)
Dalam pernyataan sama, Mohamad Ariff juga menolak mosi terpisah yang diajukan Mahathir bahwa dirinya akan tetap bertahan sebagai ketua parlemen hingga parlemen dibubarkan. Dia juga menolak pengajuan mosi yang diajukan anggota parlemen dari Semporna dan Menteri Besar Sabah Mohd Shafie Apdal untuk menentukan apakah Mahathir memiliki kepercayaan diri di parlemen. Shafie dikenal sebagai pendukung Mahathir. Dalam surat yang dikirim kepada ketua parlemen, Shafie mengatakan ingin meminta ketua parlemen mengajukan resolusi yang menyebutkan bahwa Mahathir masih mendapatkan dukungan mayoritas anggota parlemen untuk ditunjuk sebagai PM.
Parlemen dijadwalkan bersidang pada 18 Mei mendatang. Sebenarnya sidang parlemen dijadwalkan dari 9 Maret menjadi 16 April dan ditunda lagi hingga 18 Mei. Itu menyusul perubahan pemerintahan di mana Muhyiddin ditunjuk sebagai PM. Pemerintah memutuskan menggelar sidang pada 18 Mei di tengah pemberlakuan karantina wilayah. (Andika H Mustaqim)
“Rakyat Malaysia kini tidak mendukung Pakatan Harapan (PH) yang tidak melakukan hal terbaik saat berkuasa selama 22 tahun. Jika ada pemungutan suara mosi tidak percaya, Muhyiddin bisa saja kalah, tetapi PH tidak akan menang,” kata pakar politik Universitas Teknologi Malaysia, Azmi Hassan, dilansir Free Malaysia Today. Jika mosi tersebut gagal, menurut Hassan, itu akan menjadi akhir bagi karier panjang politik Mahathir.
Hassan dan pakar politik Awan Azman Pawi dari Universitas Malaya juga sepakat jika PM kehilangan mayoritas di parlemen, maka pemilu sela bisa saja digelar. Baik UMNO dan PAS bisa saja menjadi pemenang pada pemilu sela tersebut. ”Partai Bersatu sudah keluar dari PH, berada di tengah sesuatu yang tidak jelas, dan PH tanpa dukungan partai berhaluan Melayu,” kata Hassan dan Awan. (Baca: Kepemimpinan Politik Dilema Besar, KOnflik Mahathir-Anwar Memanas)
Azmi Hassan mengungkapkan, mosi tidak percaya bisa didebatkan pada Juli mendatang saat kubu Muhyiddin sudah menyolidkan dukungan. Muhyiddin pun tidak ingin menggelar pemilu karena kondisi ekonomi yang hampir lumpur. “Saya yakin UMNO dan PAS akan memberikan dukungan bagi Muhyiddin,” katanya.
Awang Azman pun mengatakan, Muhyiddin sebagai PM memiliki keuntungan baik untuk memperkuat posisinya. Namun, jika Mahathir menunjukkan kemampuannya dalam berpolitik, karena Partai Bersatu bisa saja melepaskan dukungan dari Muhyiddin. “Pakatan Harapan juga tidak akan menang pemilu karena mereka tidak memiliki dukungan akar rumput yang kuat di kalangan warga Melayu,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Parlemen Malaysia Mohamad Ariff Md Yusoff menerima mosi tidak percaya dari Mahathir yang menyebutkan Muhyiddin tidak memiliki kepercayaan mayoritas dari anggota parlemen. Namun, tidak disebutkan apakah mosi itu akan diperdebatkan saat rapat pada 18 Mei mendatang. (Baca juga: Berusaha redam Konflik Politik Malaysia)
Dalam pernyataan sama, Mohamad Ariff juga menolak mosi terpisah yang diajukan Mahathir bahwa dirinya akan tetap bertahan sebagai ketua parlemen hingga parlemen dibubarkan. Dia juga menolak pengajuan mosi yang diajukan anggota parlemen dari Semporna dan Menteri Besar Sabah Mohd Shafie Apdal untuk menentukan apakah Mahathir memiliki kepercayaan diri di parlemen. Shafie dikenal sebagai pendukung Mahathir. Dalam surat yang dikirim kepada ketua parlemen, Shafie mengatakan ingin meminta ketua parlemen mengajukan resolusi yang menyebutkan bahwa Mahathir masih mendapatkan dukungan mayoritas anggota parlemen untuk ditunjuk sebagai PM.
Parlemen dijadwalkan bersidang pada 18 Mei mendatang. Sebenarnya sidang parlemen dijadwalkan dari 9 Maret menjadi 16 April dan ditunda lagi hingga 18 Mei. Itu menyusul perubahan pemerintahan di mana Muhyiddin ditunjuk sebagai PM. Pemerintah memutuskan menggelar sidang pada 18 Mei di tengah pemberlakuan karantina wilayah. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
tulis komentar anda