Bill Gates Tawarkan Rp2,3 Triliun demi Vaksin Corona 7 Miliar Orang

Kamis, 16 April 2020 - 10:49 WIB
Miliarder pendiri Microsoft, Bill Gates. Foto/REUTERS/Tiksa Negeri
WASHINGTON - Yayasan milik miliarder Bill Gates, Bill & Melinda Gates Foundation, menyerukan kerjasama global untuk menyiapkan vaksin COVID-19 bagi 7 miliar orang. Yayasan tersebut menawarkan USD150 juta (Rp2,3 triliun) untuk mengembangkan vaksin.

Tawaran itu diumumkan kepala eksekutif yayasan, Mark Suzman, pada Rabu waktu Washington. Menurutnya, ketika pengembangan dan uji vaksin virus corona baru (COVID-19) yang aman akan memakan waktu 18 bulan, otoritas global dan bisnis perlu memulai sekarang dengan rencana untuk memproduksinya.

“Adalah normal untuk memiliki, maksimum, ratusan juta dosis yang diproduksi,” katanya.



"Ketika Anda berurusan dengan patogen baru seperti COVID-19, ketika kita mengidentifikasi vaksin yang berhasil, kita akan membutuhkan miliaran dosis," ujarnya, seperti dikutip AFP, Kamis (16/4/2020).

"Ada tujuh miliar orang di planet ini," katanya. “Kita perlu memvaksinasi hampir setiap orang. Tidak ada kapasitas produksi untuk melakukan itu."

Suzman mengumumkan yayasan Gates, yang dimulai dan dikendalikan oleh miliarder pendiri Microsoft; Bill Gates, dan istrinya Melinda Gates, menambahkan USD150 juta ke dana pengembangan vaksin USD100 juta yang diumumkan pada Februari lalu.

Menurutnya, sebagian besar uang itu untuk mendukung pengembangan tes diagnostik COVID-19, perawatan terapi dan vaksin, dan untuk membuatnya tersedia secara global.

Beberapa uang itu juga untuk membantu negara-negara termiskin di Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara, yang kekurangan pasokan, peralatan, dan infrastruktur untuk menghadapi epidemi baru.

Tetapi yayasan tersebut memiliki fokus pada persiapan untuk pembuatan vaksin yang secara efektif dapat menghentikan penyebaran virus corona baru.

Suzman mengatakan sekitar 100 vaksin potensial sedang dikembangkan dan diuji oleh para ilmuwan di seluruh dunia. Menurutnya, banyak yang mungkin tampak penuh harapan pada tes awal yang kecil, tetapi sebagian besar akan gagal dalam uji coba yang lebih besar.

“Vaksin yang berhasil harus tersedia untuk tujuh miliar orang. Anda perlu menguji apakah ada efek samping yang tidak terduga, atau efek samping dalam kelompok, apakah itu wanita hamil atau orang tua atau sangat muda," kata Suzman.

“Sebagian besar kandidat vaksin gagal dalam uji coba yang lebih besar, yang disebut uji coba fase-tiga.”

Tetapi bahkan ketika uji coba itu berlangsung, kata dia, perlu ada kelompok pakar internasional, negara, dan perusahaan yang mengasah vaksin-vaksin yang paling menjanjikan dan bersiap-siap sebelumnya untuk membuatnya.

Dia mengatakan baik China, Amerika Serikat, maupun Organsiasi Kesehatan Dunia (WHO) harus menjadi bagian dari upaya bersama. Seruan ini muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan dia menghentikan pendanaan AS untuk WHO.

"Jelas bagi kami, Organisasi Kesehatan Dunia adalah mitra yang sangat kuat dan andal," kata Suzman, mencatat Gates Foundation adalah sumber pendanaan terbesar kedua WHO setelah AS.

Sebelumnya pada Rabu, Kepala Komisioner Eropa Ursula von der Leyen mengadakan konferensi donor untuk 4 Mei guna mendanai pembuatan dan penyebaran vaksin COVID-19 secara global."Ini upaya kolektif terbaik kita dalam mengalahkan virus," katanya.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More