SpaceX Luncurkan Empat Astronaut ke Stasiun Luar Angkasa

Senin, 16 November 2020 - 10:59 WIB
Misi SpaceX Crew Dragon yang membawa empat astronaut ke Stasiun Luar Angkasa melesat dari Kennedy Space Center di Florida, Amerika Serikat, Minggu (15/11/2020). Foto/REUTERS/Tom Baur
WASHINGTON - Empat astronaut berhasil diluncurkan di SpaceX Crew Dragon "Resilience" ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada Minggu waktu Amerika Serikat (AS). Keberhasilan ini merupakan yang pertama dari apa yang diharapkan AS bahwa akan banyak misi rutin setelah uji terbang yang sukses akhir musim semi.

Mengutip Reuters, tiga orang Amerika—Michael Hopkins, Victor Glover dan Shannon Walker—dan Soichi Noguchi dari Jepang meluncur pada pukul 19.27 malam (pukul 00.27 GMT Senin, 16 November) dari Kennedy Space Center di Florida, sehingga mengakhiri hampir satu dekade ketergantungan internasional pada Rusia untuk tumpangan roket Soyuznya.

Presiden terpilih AS Joe Biden memuji peluncuran tersebut di Twitter. "Bukti kekuatan sains dan apa yang dapat kami capai dengan memanfaatkan inovasi, kecerdikan, dan tekad kami," tulis Biden. Sedangkan Presiden AS Presiden Donald Trump mengagumi misi itu dengan menyebutnya "hebat". (Baca: Donald Trump Akhirnya Akui Biden Menang Pilpres AS )



Wakil Presiden Mike Pence, yang menghadiri peluncuran bersama istrinya Karen, menyebutnya sebagai era baru dalam penjelajahan luar angkasa oleh manusia di Amerika.

Pence bergabung dengan administrator NASA Jim Bridenstine dan istrinya Michelle untuk menyaksikan peluncuran, dan bertepuk tangan saat roket lepas landas.

Kapsul tersebut berhasil dipisahkan dari tahap kedua roket dan, menurut anggota tim SpaceX yang berbicara melalui radio, telah mencapai "penyisipan orbit nominal". Artinya kapsul saat ini berada di jalur yang benar untuk mencapai ISS.

Para awak akan berlabuh di tujuan mereka sekitar pukul 23.00 malam pada Senin waktu AS (pukul 04.00 GMT Selasa), bergabung dengan dua orang Rusia dan satu orang Amerika di ISS, dan tinggal selama enam bulan.

Pada bulan Mei, SpaceX menyelesaikan misi demonstrasi yang menunjukkan bahwa mereka dapat membawa astronaut ke ISS dan membawa mereka kembali dengan selamat, sebuah perkembangan penting yang memungkinkan AS untuk mulai melakukan perjalanan ke ISS sekali lagi dengan kekuatannya sendiri.

Crew Dragon awal pekan ini menjadi pesawat ruang angkasa pertama yang disertifikasi oleh NASA sejak Space Shuttle (Pesawat Ulang Alik) hampir 40 tahun lalu.

Ini adalah kapsul, bentuknya mirip dengan pesawat ruang angkasa yang mendahului Space Shuttle, dan kendaraan peluncurannya adalah roket SpaceX Falcon 9 yang dapat digunakan kembali.

Di akhir misinya, Crew Dragon menyebarkan parasut dan kemudian menabrak air, seperti di era Apollo.

NASA beralih ke SpaceX dan Boeing setelah menutup program Space Shuttle pada tahun 2011, yang gagal dalam tujuan utamanya membuat perjalanan luar angkasa terjangkau dan aman.

Badan tersebut akan menghabiskan lebih dari USD8 miliar untuk program Commercial Crew pada tahun 2024, dengan harapan bahwa sektor swasta dapat mengurus kebutuhan NASA di "orbit rendah Bumi" sehingga dibebaskan untuk fokus pada misi kembali ke Bulan dan kemudian ke Mars.

SpaceX, yang didirikan oleh Elon Musk pada 2002, telah melompati saingannya yang jauh lebih tua, Boeing, yang programnya gagal setelah uji coba Starliner yang gagal tahun lalu.

Rusia Tidak Terkesan

Tetapi kesuksesan SpaceX tidak berarti AS akan berhenti berhubungan dengan Rusia sama sekali. Demikian disampaikan Bridenstine.

"Kami ingin melakukan pertukaran kursi di mana astronaut Amerika dapat terbang dengan roket Soyuz Rusia dan kosmonot Rusia dapat terbang dengan kendaraan awak komersial," katanya, menjelaskan hal itu perlu jika salah satu program tidak berfungsi untuk jangka waktu tertentu.

Kenyataannya, bagaimanapun, adalah bahwa hubungan luar angkasa antara AS dan Rusia— salah satu dari sedikit titik terang dalam hubungan bilateral mereka—telah rusak dalam beberapa tahun terakhir, dan masih banyak yang tidak pasti.

Rusia mengatakan tidak akan menjadi mitra dalam program Artemis untuk kembali ke Bulan pada 2024, dan mengklaim misi yang dipimpin NASA itu terlalu berpusat pada AS.

Dmitry Rogozin, kepala badan antariksa Rusia juga berulang kali mengejek teknologi SpaceX, dan musim panas ini mengumumkan Roscosmos akan membuat roket yang melampaui Musk.

Dia mengatakan kepada kantor berita negara Rusia bahwa dia tidak terkesan dengan pendaratan di air Crew Dragon, menyebutnya "agak kasar" dan mengatakan agensinya sedang mengembangkan roket metana yang dapat digunakan kembali 100 kali.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More