Trump Akan Fokus Bisnis

Jum'at, 13 November 2020 - 10:11 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto/Reuters
JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana fokus membangun bisnis dan investasi jika tidak mampu mempertahankan kedudukannya di Gedung Putih pada 2021.

Dia juga akan berjuang keras untuk mengganti citra sebagai politikus yang kalah dan mencari uang sebanyak mungkin untuk kembali mencalonkan diri pada pemilu presiden 2024. (Baca: Gelombang PHK Tak Terbendung, Pengangguran di Bekasi Melonjak)

Trump (74) yang lahir dari keluarga kaya, membangun bisnis global, menjadi bintang televisi dan mampu memenangi kursi kepresidenan meski tidak memiliki pengalaman politik. Legasi utama yang dimiliki Trump adalah mampu sukses melawan segala rintangan dan halangan yang dimilikinya.



Namun, kesialan dan ketidakberuntungan juga diprediksi menimpa Trump selepas meninggal Gedung Putih. Dia akan menghadapi banyak kasus di pengadilan. Bukan kasus gugatan politik kecurangan pemilu, tetapi Kantor Jaksa Agung New York tengah menyelidiki kasus kredit, penyalahgunaan pajak, dan keuntungan ekonomi selama Trump berkuasa. Selain itu, jaksa distrik Manhattan juga masih menyelidiki dua perempuan yang diminta diam karena kasus perselingkuhan dengan Trump karena terkait kampanye pemilu 2016.

Selepas tidak lagi menjadi presiden, Trump pun kehilangan imunitas hukum dan Departemen Kehakiman tidak akan menyelidiki presiden yang berkuasa. Penulis biografi Trump, Tim O’Brien, mengungkapkan, Trump memang kerap selamat dari kasus hukum karena kekayaan, selebritas, dan kepresidenan. Itu bisa saja diperpanjang dengan kekuasaan pascakepresidenannya. “Akankah Trump akan mampu menghentikan kasusnya karena dia masih memiliki pelampung yang selalu menempel di kedua lengannya?” kata O’Brien. (Baca juga: Kenali Ciri-ciri Rumah Tangga Diganggu Setan Dasim)

Bukan Trump kalau tidak memiliki strategi menghadapi semua kasus itu. Sumber di Partai Republik yang paham situasi tersebut mengatakan, Trump sudah memiliki skenario bahwa dia akan mengeluarkan uang untuk membayar pengacara hebat guna menjaga agar penyidik tidak menyelidikinya.

Trump juga mungkin akan mendirikan partai politik sendiri. Maklum, dia memiliki banyak musuh di Partai Republik. Tak semua orang di Partai Republik menyambutnya dengan baik. Apalagi banyak anggota Republik yang menjaga jarak dengan Trump.

Namun, Trump memiliki banyak orang kepercayaan yang akan menyiapkan dirinya dengan partai barunya untuk kembali melawan Joe Biden pada 2024. “Saya yakini Trump akan tetap terlibat dengan politik dan menyiapkan diri untuk maju pada 2024,” kata Mick Mulvaney, penasihat politik Trump. (Baca juga: Bantuan Kuota Internet, Nadiem Minta Kepsek Segera Unggah Surat Pernyataan)

Empat tahun menjadi waktu yang cukup untuk menyiapkan perlawanan. Dengan bermain di politik, Trump juga memiliki kesempatan untuk bertahan dalam menghadapi gugatan hukum, gugatan utang, dan penyelidikan kriminal.

Dengan begitu, ambisi Trump belum berakhir. Dia bisa saja akan mengikuti jejak Grover Cleveland yang mencalonkan diri untuk kedua kalinya. Cleveland adalah satu-satunya presiden yang meninggalkan Gedung Putih dan kembali empat tahun kemudian, menjadi presiden pada 1885, dan lagi pada 1893. Faktanya Konstitusi AS menyatakan tak seorang pun boleh dipilih sebagai presiden lebih dari dua kali.

Mantan orang-orang dekat telah mengisyaratkan bahwa Trump mungkin akan mencalonkan diri lagi. "Tentu saya akan memasukkan Trump ke dalam daftar calon orang yang kemungkinan besar mencalonkan diri pada tahun 2024," kata mantan kepala staf, Mick Mulvaney.

Trump jelas menyukai strategi kampanye yang dikatakan sukses karena mampu mengumpulkan 71,5 juta suara dalam pemilu tahun ini. Kenapa? Itu menjadi rekor tertinggi bagi calon yang kalah, dan petunjuk nyata bahwa Trump punya basis pendukung besar di kalangan masyarakat. “Trump akan meninggalkan kursi presiden dengan merek pada tataran tertentu, sama berpengaruhnya ketika ia mulai menjadi presiden," kata Tim Calkins, guru besar pemasaran di School of Management, Northwestern University, dilansir BBC. (Baca juga: Manfaat Produk Herbal untuk Ibu Hamil dan Menyusui)

Untuk bisa mengendalikan politik, Trump harus memiliki banyak uang dan donasi politik yang kuat. Mau tak mau, Trump pun harus kembali mengurusi bisnisnya yang memiliki lebih dari 500 perusahaan, baik hotel, resor, maupun golf club. The Trump Organization diperkirakan mengalami kerugian jutaan dolar karena pandemi korona. Forbes memperkirakan kekayaan bersih Trump menurun USD1 miliar selama pandemi ini.

Apalagi dia harus fokus membayar utang. Seperti dilaporkan The New York Times, utang Trump mencapai lebih dari USD400 juta (Rp5,5 triliun) yang jatuh tempo pada tahun-tahun ini. Berdasarkan dokumen pajak selama dua dekade yang diperoleh New York Times, koran itu juga melaporkan "kerugian kronis dan penghindaran pajak selama bertahun-tahun", dengan mengatakan, “Trump sama sekali tidak menyetor pajak selama 10 sampai 15 tahun sebelumnya.” Penyebab terbesarnya karena ia mengalami kerugian lebih besar dibandingkan pemasukan yang diterimanya.

Selain itu, Trump akan membangun jaringan media atau berinvestasi di industri media yang sudah ada, seperti Newsmax, yang sahamnya dimiliki kawan dekatnya, Chris Ruddy. Opsi lainnya, Trump akan mengembangkan One America News Network, media yang selalu memuji Trump. Selain itu, pilihan lain adalah Sinclair Broadcasting, yang memiliki semua stasiun televisi lokal di seluruh AS. (Lihat videonya: Angin Puting Beliung Rusak Sejumlah Rumah)

“Saya pikir Trump memiliki platform media,” kata Michael D’Atonio, penulis biografi Trump, dilansir Politico. “Saya pikir banyak orang akan melihat Trump melalui media,” imbuhnya.

Apalagi Presiden Trump tak asing di layar televisi, setelah menjadi pembawa acara sukses untuk program realitas The Apprentice. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More