Trump Muncul Pertama Kali sejak Dikalahkan Biden dalam Pilpres AS
Kamis, 12 November 2020 - 04:15 WIB
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan muncul ke publik pada Rabu waktu setempat atau untuk pertama kalinya setelah dia dikalahkan Joe Biden dalam pemilihan presiden (pilpres) Amerika. Trump akan menghadiri peringatan Hari Veteran.
Presiden dijadwalkan mengunjungi Makam Nasional Arlington sekitar pukul 11.00, empat hari setelah media AS memproyeksikan rivalnya dari Partai Demokrat; Joe Biden, akan menduduki Gedung Putih.
Sejak diproyeksikan kalah dalam pilpres, calon presiden petahana Partai Republik itu tidak berbicara kepada warga Amerika selain melalui Twitter. (Baca: Panik dengan Hasil Pilpres AS, Donald Trump Jr Serukan Perang Total )
Dengan kasus Covid-19 yang memecahkan rekor di seluruh negeri dan negara bagian memberlakukan pembatasan baru dalam upaya untuk menahan penyebaran virus sebelum musim dingin tiba, Trump memiliki semuanya kecuali mengesampingkan tugas normal kepresidenan.
Sebaliknya dia tetap diam di dalam rumah kepresidenan, mendorong kenyataan alternatif bahwa dia akan menang dan mengajukan tuntutan hukum dengan tuduhan penipuan pemilih yang sejauh ini hanya didukung oleh bukti paling kecil.
Pada Rabu pagi, dia men-tweet klaim baru tanpa bukti tentang kemenangan pemilu dan perusakan surat suara, terlepas dari konsensus dari pengamat internasional, pemimpin dunia, pejabat pemilu lokal dan media AS bahwa pemungutan suara 3 November itu bebas dan adil, dan bahwa tidak ada tuduhan kecurangan yang kredibel.
Mengklaim bahwa pemungutan suara di Wisconsin pada Hari Pemilu telah menghasilkan "kemungkinan penindasan ilegal", dia mengatakan bahwa dirinya sekarang bersiap untuk memenangkan pilpres di negara bagian itu yang pekan lalu dinyatakan dimenangkan oleh Biden.
"Banyak kejadian 'menyedihkan'!," tulis Trump di Twitter, seperti dikutip AFP, Kamis (12/11/2020). (Baca juga: Apesnya Donald Trump: Sudah Kalah Pilpres, Rentetan Gugatan Hukum Menanti )
Beberapa politisi Partai Republik terus membuat seruan agar presiden menyerah dan mengakui kemenangan Biden. Para ahli memperingatkan penolakan Trump akan kekalahannya dalam pilpres AS akan merusak proses demokrasi dan menunda transisi kekuasaan kepada Biden, yang mulai menjabat pada Januari 2021.
Sekretaris Montana, Corey Stapleton, yang selama ini menggembar-gemborkan "hal luar biasa" yang dicapai Trump selama menjabat telah menyerukan presiden yang dia dukung itu untuk mengucapkan selamat kepada Biden.
"Tapi waktu itu sekarang sudah berakhir. Angkat topimu, gigit bibir, dan ucapkan selamat kepada @JoeBiden," tulis dia di Twitter.
Namun, beberapa tokoh paling kuat di partai Republik—di antaranya Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan pemimpin Senat Mitch McConnell—tetap mendukung Trump dalam upayanya untuk merusak kemenangan Biden.
"Akan ada transisi yang mulus ke pemerintahan Trump yang kedua," kata Pompeo dalam konferensi pers pada Selasa lalu. Sedangkan McConnell mengatakan presiden "100 persen dalam haknya" untuk menggugat hasil pilpres di pengadilan.
Tak satu pun dari gugatan hukum tersebut berpotensi mengubah hasil pemungutan suara dan bahkan rencana penghitungan ulang kemenangan tipis Biden di Georgia, atau di mana pun, tidak akan mengubah perhitungan fundamental.
"Saya hanya berpikir itu memalukan, sejujurnya," kata Biden pada hari Selasa, ketika ditanya pendapatnya tentang penolakan presiden Trump untuk mengakui kekalahannya.
Tetapi sebaliknya, dia sebagian besar mengabaikan Trump, yang menandakan bahwa meskipun ada upaya oleh Partai Republik untuk menghalangi transisi ke kekuasaan, dia tetap menunggunya. Biden akan dilantik sebagai presiden baru AS pada 20 Januari 2021.
Presiden dijadwalkan mengunjungi Makam Nasional Arlington sekitar pukul 11.00, empat hari setelah media AS memproyeksikan rivalnya dari Partai Demokrat; Joe Biden, akan menduduki Gedung Putih.
Sejak diproyeksikan kalah dalam pilpres, calon presiden petahana Partai Republik itu tidak berbicara kepada warga Amerika selain melalui Twitter. (Baca: Panik dengan Hasil Pilpres AS, Donald Trump Jr Serukan Perang Total )
Dengan kasus Covid-19 yang memecahkan rekor di seluruh negeri dan negara bagian memberlakukan pembatasan baru dalam upaya untuk menahan penyebaran virus sebelum musim dingin tiba, Trump memiliki semuanya kecuali mengesampingkan tugas normal kepresidenan.
Sebaliknya dia tetap diam di dalam rumah kepresidenan, mendorong kenyataan alternatif bahwa dia akan menang dan mengajukan tuntutan hukum dengan tuduhan penipuan pemilih yang sejauh ini hanya didukung oleh bukti paling kecil.
Pada Rabu pagi, dia men-tweet klaim baru tanpa bukti tentang kemenangan pemilu dan perusakan surat suara, terlepas dari konsensus dari pengamat internasional, pemimpin dunia, pejabat pemilu lokal dan media AS bahwa pemungutan suara 3 November itu bebas dan adil, dan bahwa tidak ada tuduhan kecurangan yang kredibel.
Mengklaim bahwa pemungutan suara di Wisconsin pada Hari Pemilu telah menghasilkan "kemungkinan penindasan ilegal", dia mengatakan bahwa dirinya sekarang bersiap untuk memenangkan pilpres di negara bagian itu yang pekan lalu dinyatakan dimenangkan oleh Biden.
"Banyak kejadian 'menyedihkan'!," tulis Trump di Twitter, seperti dikutip AFP, Kamis (12/11/2020). (Baca juga: Apesnya Donald Trump: Sudah Kalah Pilpres, Rentetan Gugatan Hukum Menanti )
Beberapa politisi Partai Republik terus membuat seruan agar presiden menyerah dan mengakui kemenangan Biden. Para ahli memperingatkan penolakan Trump akan kekalahannya dalam pilpres AS akan merusak proses demokrasi dan menunda transisi kekuasaan kepada Biden, yang mulai menjabat pada Januari 2021.
Sekretaris Montana, Corey Stapleton, yang selama ini menggembar-gemborkan "hal luar biasa" yang dicapai Trump selama menjabat telah menyerukan presiden yang dia dukung itu untuk mengucapkan selamat kepada Biden.
"Tapi waktu itu sekarang sudah berakhir. Angkat topimu, gigit bibir, dan ucapkan selamat kepada @JoeBiden," tulis dia di Twitter.
Namun, beberapa tokoh paling kuat di partai Republik—di antaranya Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan pemimpin Senat Mitch McConnell—tetap mendukung Trump dalam upayanya untuk merusak kemenangan Biden.
"Akan ada transisi yang mulus ke pemerintahan Trump yang kedua," kata Pompeo dalam konferensi pers pada Selasa lalu. Sedangkan McConnell mengatakan presiden "100 persen dalam haknya" untuk menggugat hasil pilpres di pengadilan.
Tak satu pun dari gugatan hukum tersebut berpotensi mengubah hasil pemungutan suara dan bahkan rencana penghitungan ulang kemenangan tipis Biden di Georgia, atau di mana pun, tidak akan mengubah perhitungan fundamental.
"Saya hanya berpikir itu memalukan, sejujurnya," kata Biden pada hari Selasa, ketika ditanya pendapatnya tentang penolakan presiden Trump untuk mengakui kekalahannya.
Tetapi sebaliknya, dia sebagian besar mengabaikan Trump, yang menandakan bahwa meskipun ada upaya oleh Partai Republik untuk menghalangi transisi ke kekuasaan, dia tetap menunggunya. Biden akan dilantik sebagai presiden baru AS pada 20 Januari 2021.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda