NATO Serukan Dunia Singkirkan Bom Nuklir, tapi Tidak untuk Anggotanya
Kamis, 12 November 2020 - 00:01 WIB
Daftar perjanjian ini termasuk Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987 yang melarang kedua negara memiliki dan mengembangkan rudal jarak pendek dan jarak menengah berhulu ledak nuklir.
Satu lagi adalah Perjanjian New START 1991 yang membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang bisa dimiliki masing-masing pihak hingga 6.000 unit dan jumlah kendaraan pengirim hulu ledak nuklir, seperti rudal balistik atau pembom berat dan kapal selam, menjadi 1.600 unit.
Perjanjian New START 2010 selanjutnya membatasi jumlah hulu ledak nuklir menjadi 1.550 dan 800 kendaraan pengirim, dengan hanya 700 di antaranya yang dikerahkan, untuk masing-masing pihak.
Sekarang, Stoltenberg menyerukan kepada Moskow dan Washington untuk "terus memimpin kendali senjata" dan secara khusus memperpanjang perjanjian New START, yang akan berakhir pada Februari 2021.
Sekjen NATO, bagaimanapun, tidak menyinggung anggotanya, yakni AS, yang enggan melakukan hal itu hingga sekarang. Pada pertengahan Oktober, Washington menolak usulan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memperpanjang perjanjian New START selama satu tahun tanpa prasyarat dan untuk mengerjakan rincian perpanjangan yang diperpanjang nanti.
Stoltenberg juga tidak menyebutkan bahwa AS-lah yang secara sepihak meninggalkan Perjanjian INF pada tahun 2019, menempatkan Eropa di ambang menjadi teater bagi perlombaan senjata nuklir yang potensial. Dia juga tidak mengatakan bahwa Washington melakukan uji coba rudal yang sebelumnya dilarang oleh Perjanjian INF kurang dari sebulan setelah AS menarik diri dari perjanjian tersebut.
Sebaliknya, dia mengikuti narasi AS dalam menyatakan bahwa China-lah yang memiliki "tanggung jawab" untuk terlibat dalam negosiasi pengendalian senjata—sesuatu yang telah lama dituntut oleh Washington.
Satu lagi adalah Perjanjian New START 1991 yang membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang bisa dimiliki masing-masing pihak hingga 6.000 unit dan jumlah kendaraan pengirim hulu ledak nuklir, seperti rudal balistik atau pembom berat dan kapal selam, menjadi 1.600 unit.
Perjanjian New START 2010 selanjutnya membatasi jumlah hulu ledak nuklir menjadi 1.550 dan 800 kendaraan pengirim, dengan hanya 700 di antaranya yang dikerahkan, untuk masing-masing pihak.
Sekarang, Stoltenberg menyerukan kepada Moskow dan Washington untuk "terus memimpin kendali senjata" dan secara khusus memperpanjang perjanjian New START, yang akan berakhir pada Februari 2021.
Sekjen NATO, bagaimanapun, tidak menyinggung anggotanya, yakni AS, yang enggan melakukan hal itu hingga sekarang. Pada pertengahan Oktober, Washington menolak usulan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memperpanjang perjanjian New START selama satu tahun tanpa prasyarat dan untuk mengerjakan rincian perpanjangan yang diperpanjang nanti.
Stoltenberg juga tidak menyebutkan bahwa AS-lah yang secara sepihak meninggalkan Perjanjian INF pada tahun 2019, menempatkan Eropa di ambang menjadi teater bagi perlombaan senjata nuklir yang potensial. Dia juga tidak mengatakan bahwa Washington melakukan uji coba rudal yang sebelumnya dilarang oleh Perjanjian INF kurang dari sebulan setelah AS menarik diri dari perjanjian tersebut.
Sebaliknya, dia mengikuti narasi AS dalam menyatakan bahwa China-lah yang memiliki "tanggung jawab" untuk terlibat dalam negosiasi pengendalian senjata—sesuatu yang telah lama dituntut oleh Washington.
(min)
tulis komentar anda