Putin: Konflik Libya, Yaman dan Suriah Sebarkan Terorisme
Kamis, 12 November 2020 - 07:07 WIB
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan konflik di Libya, Yaman dan Suriah merupakan sarang penyebaran terorisme ke Timur Tengah dan Afrika Utara.
Berbicara dalan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tahunan Organisasi Kerjasama Shanghai, Putin mengatakan fenomena yang paling mengkhawatirkan adalah jika para militan meninggalkan kawasan itu karena akan meningkatkan intensitas konflik.
"Masih ada kasus ketidakstabilan serius yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara di mana konfrontasi bersenjata di Libya, Yaman dan kantong geng yang tersisa di wilayah Suriah merupakan sumber penyebaran terorisme, narkoba dan senjata," ujar Putin.
Mengomentari perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani antara Armenia dan Azerbaijan pada Senin, Putin mengatakan, "Memang benar, untuk menyelesaikan konflik yang begitu sulit dan terpotong-potong seperti itu, perlu dicari kompromi, untuk mencapai kompromi ini, dan ini membutuhkan keberanian dari mereka yang membuat keputusan." (Baca Juga: Armenia, Azerbaijan, Rusia Sepakat Akhiri Konflik Nagorno-Karabakh)
Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan mengumumkan berakhirnya konflik di wilayah Nagorno-Karabakh dalam posting Facebook. Dia mengatakan bahwa pemerintah menandatangani kesepakatan dengan Azerbaijan dan Rusia untuk menghentikan pertempuran. (Lihat Infografis: Penuh Rintangan, Bisakah Joe Biden Menjadi Presiden Hebat?)
Menurut kesepakatan damai, pertempuran dan pergerakan di semua sisi dihentikan pada tengah malam, dan pasukan Armenia akan ditarik dari wilayah yang secara internasional diakui sebagai milik Azerbaijan pada 20 November. (Lihat Video: Terkait Status Habib Rizieq, Ini Penjelasan Polisi)
Koridor Lachin selebar lima kilometer juga akan dibuka untuk memfasilitasi penarikan dan pergerakan antara Nagorno-Karabakh dan Armenia.
Selain itu, pasukan penjaga perdamaian Rusia menjaga koridor selama lima tahun sementara Azerbaijan berkewajiban menjamin perjalanan yang aman.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
Berbicara dalan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tahunan Organisasi Kerjasama Shanghai, Putin mengatakan fenomena yang paling mengkhawatirkan adalah jika para militan meninggalkan kawasan itu karena akan meningkatkan intensitas konflik.
"Masih ada kasus ketidakstabilan serius yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara di mana konfrontasi bersenjata di Libya, Yaman dan kantong geng yang tersisa di wilayah Suriah merupakan sumber penyebaran terorisme, narkoba dan senjata," ujar Putin.
Mengomentari perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani antara Armenia dan Azerbaijan pada Senin, Putin mengatakan, "Memang benar, untuk menyelesaikan konflik yang begitu sulit dan terpotong-potong seperti itu, perlu dicari kompromi, untuk mencapai kompromi ini, dan ini membutuhkan keberanian dari mereka yang membuat keputusan." (Baca Juga: Armenia, Azerbaijan, Rusia Sepakat Akhiri Konflik Nagorno-Karabakh)
Perdana Menteri (PM) Armenia Nikol Pashinyan mengumumkan berakhirnya konflik di wilayah Nagorno-Karabakh dalam posting Facebook. Dia mengatakan bahwa pemerintah menandatangani kesepakatan dengan Azerbaijan dan Rusia untuk menghentikan pertempuran. (Lihat Infografis: Penuh Rintangan, Bisakah Joe Biden Menjadi Presiden Hebat?)
Menurut kesepakatan damai, pertempuran dan pergerakan di semua sisi dihentikan pada tengah malam, dan pasukan Armenia akan ditarik dari wilayah yang secara internasional diakui sebagai milik Azerbaijan pada 20 November. (Lihat Video: Terkait Status Habib Rizieq, Ini Penjelasan Polisi)
Koridor Lachin selebar lima kilometer juga akan dibuka untuk memfasilitasi penarikan dan pergerakan antara Nagorno-Karabakh dan Armenia.
Selain itu, pasukan penjaga perdamaian Rusia menjaga koridor selama lima tahun sementara Azerbaijan berkewajiban menjamin perjalanan yang aman.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(sya)
tulis komentar anda