Imam Al Azhar: Jika Menghina Nabi Muhammad Kebebasan Berbicara, Kami Tegas Menolak
Senin, 09 November 2020 - 10:18 WIB
KAIRO - Dr Ahmed Al Tayeb, Imam Besar Al Azhar Al Sharif, bersumpah akan menuntut semua orang yang menghina Nabi Muhammad SAW di pengadilan internasional. Al Azhar Al Sharif merupakan otoritas agama tertinggi Mesir.
Al Tayeb membuat pernyataan tersebut selama pertemuan hari Minggu dengan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian, yang mengunjungi Mesir untuk membantu mengurangi ketegangan setelah komentar Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang Islam. (Baca: Putra Mahkota Abu Dhabi Telepon Macron: Kekerasan Tak Wakili Ajaran Nabi Muhammad SAW )
“Jika menghina Nabi kami adalah kebebasan berbicara, kami dengan tegas menolaknya," katanya. "Saya orang pertama yang memprotes kebebasan berbicara ketika kebebasan ini melanggar agama apa pun, tidak hanya Islam," katanya lagi, seperti dikutip dari Gulf News, Senin (9/11/2020).
Dia menambahkan bahwa Eropa berutang budi kepada Nabi Muhammad SAW dan Islam, karena pencerahan yang diperkenalkan Islam kepada seluruh umat manusia. "Kami menolak menyebut terorisme sebagai 'Islami' dan setiap orang harus segera berhenti menggunakan istilah ini, karena itu melukai perasaan Muslim di seluruh dunia dan itu bertentangan dengan kebenaran yang diketahui oleh semua orang," kata Al Tayeb.
Al Tayeb menegaskan bahwa Muslim di seluruh dunia menolak terorisme yang bertindak di bawah kedok agama, dan menekankan bahwa Islam dan Nabi-nya tidak ada hubungannya dengan terorisme. (Baca juga: Setelah Nabi Muhammad, Charlie Hebdo Pajang Kartun Cabul Erdogan )
“Al Azhar mewakili suara hampir dua miliar Muslim, dan saya katakan teroris tidak mewakili kami dan kami tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka. Itu saya umumkan di semua forum internasional, di Paris, London, Jenewa, Amerika Serikat, Roma, negara-negara Asia dan di mana-mana," tegas sang Imam Besar.
“Saat kami mengatakan ini, kami tidak mengatakannya sebagai permintaan maaf. Islam di atas permintaan maaf," imbuh dia.
“Pelanggaran tersedia di antara pengikut semua agama dan di bawah semua sistem. Jika kami mengatakan bahwa Kristen tidak bertanggung jawab atas insiden Selandia Baru, kami juga harus mengatakan bahwa Islam tidak bertanggung jawab atas terorisme orang-orang yang berperang atas namanya," paparnya.
Imam Besar tersebut menyoroti peran Al Azhar yang mencerahkan dalam menghadapi terorisme, dengan mengatakan bahwa otoritas itu menempatkan kurikulum baru yang menegaskan bahwa teroris adalah penjahat dan bahwa Islam tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Al Tayeb membuat pernyataan tersebut selama pertemuan hari Minggu dengan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian, yang mengunjungi Mesir untuk membantu mengurangi ketegangan setelah komentar Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang Islam. (Baca: Putra Mahkota Abu Dhabi Telepon Macron: Kekerasan Tak Wakili Ajaran Nabi Muhammad SAW )
“Jika menghina Nabi kami adalah kebebasan berbicara, kami dengan tegas menolaknya," katanya. "Saya orang pertama yang memprotes kebebasan berbicara ketika kebebasan ini melanggar agama apa pun, tidak hanya Islam," katanya lagi, seperti dikutip dari Gulf News, Senin (9/11/2020).
Dia menambahkan bahwa Eropa berutang budi kepada Nabi Muhammad SAW dan Islam, karena pencerahan yang diperkenalkan Islam kepada seluruh umat manusia. "Kami menolak menyebut terorisme sebagai 'Islami' dan setiap orang harus segera berhenti menggunakan istilah ini, karena itu melukai perasaan Muslim di seluruh dunia dan itu bertentangan dengan kebenaran yang diketahui oleh semua orang," kata Al Tayeb.
Al Tayeb menegaskan bahwa Muslim di seluruh dunia menolak terorisme yang bertindak di bawah kedok agama, dan menekankan bahwa Islam dan Nabi-nya tidak ada hubungannya dengan terorisme. (Baca juga: Setelah Nabi Muhammad, Charlie Hebdo Pajang Kartun Cabul Erdogan )
“Al Azhar mewakili suara hampir dua miliar Muslim, dan saya katakan teroris tidak mewakili kami dan kami tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka. Itu saya umumkan di semua forum internasional, di Paris, London, Jenewa, Amerika Serikat, Roma, negara-negara Asia dan di mana-mana," tegas sang Imam Besar.
“Saat kami mengatakan ini, kami tidak mengatakannya sebagai permintaan maaf. Islam di atas permintaan maaf," imbuh dia.
“Pelanggaran tersedia di antara pengikut semua agama dan di bawah semua sistem. Jika kami mengatakan bahwa Kristen tidak bertanggung jawab atas insiden Selandia Baru, kami juga harus mengatakan bahwa Islam tidak bertanggung jawab atas terorisme orang-orang yang berperang atas namanya," paparnya.
Imam Besar tersebut menyoroti peran Al Azhar yang mencerahkan dalam menghadapi terorisme, dengan mengatakan bahwa otoritas itu menempatkan kurikulum baru yang menegaskan bahwa teroris adalah penjahat dan bahwa Islam tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka.
tulis komentar anda