Pangeran Arab Saudi: Jika Jadi Presiden AS, Biden seperti Trump Pro-Israel
Jum'at, 06 November 2020 - 07:40 WIB
ABU DHABI - Pangeran senior Arab Saudi; Turki Al-Faisal, mengatakan jika terpilih sebagai presiden Amerika Serikat (AS) , Joe Biden akan membuat kebijakan seperti Donald Trump yang pro-Israel.
Pangeran Turki percaya Biden tidak akan membatalkan kebijakan pemerintah Trump seperti pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. (Baca: Hasil Electoral Votes Pilpres AS: Biden 264, Trump 214 )
Pangeran Turki Al-Faisal adalah mantan kepala intelijen Arab Saudi dan pernah menjadi Duta Besar untuk AS.
"Saya pikir Biden sebagai presiden tidak akan mundur dari tempat Trump yang telah mendorong Amerika—apakah itu di Yerusalem, di Dataran Tinggi Golan, atau di apa yang disebut Kesepakatan Abraham," kata Pangeran Turki pada pertemuan puncak Beirut Institute di Abu Dhabi.
"Kekhawatiran saya tentang beberapa wilayah Arab terutama teman dan saudara Palestina saya adalah jika mereka mengharapkan presiden Biden akan berbeda dari Trump, saya pikir mereka akan sangat kecewa dengan itu," ujarnya seperti dikutip dari Al Arabiya English, Jumat (6/11/2020).
Tahun lalu, Trump mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, wilayah yang direbut oleh Israel dalam perang Arab-Israel tahun 1967 dan secara resmi dianeksasi dari Suriah pada tahun 1981.
Seorang pejabat senior kampanye Biden mengatakan kepada Jewish News Syndicate minggu ini bahwa Biden kemungkinan tidak akan menarik kembali pengakuan AS untuk kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.
Trump memindahkan kedutaan AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem pada tahun 2017, keputusan kontroversial yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Biden sendiri telah mengatakan dia akan mempertahankan kedutaan AS di Yerusalem jika terpilih sebagai presiden.
Israel menganggap seluruh kota Yerusalem sebagai ibu kotanya, sementara Palestina memandang Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
Tahun ini, Trump menjadi perantara Abraham Accords (Kesepakatan Abraham)—perjanjian normalisasi antara Israel dan negara-negara Teluk Arab; Uni Emirat Arab, dan Bahrain. (Baca juga: Viral Video TV China Tampilkan Gambar Nabi Muhammad, Begini Faktanya )
Biden mengatakan pada saat itu dia bersyukur oleh perdamaian Israel-UEA pada saat pengumumannya.
“Uni Emirat Arab dan Israel telah menunjukkan jalan menuju Timur Tengah yang lebih damai dan stabil. Pemerintahan Biden-Harris akan berusaha untuk membangun kemajuan ini,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Namun, pasangan Joe Biden-Kamala Harris berjanji minggu ini bahwa jika terpilih, Biden akan mengembalikan bantuan ekonomi ke Palestina dan membuka kembali kantor Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Washington—membalikkan langkah yang diambil oleh pemerintahan Trump.
Di bawah Trump, Departemen Luar Negeri memotong lebih dari USD200 juta bantuan ke Tepi Barat dan Gaza dan menutup misi PLO di Ibu Kota AS.
Pangeran Turki Al-Faisal mencatat bahwa Biden pernah mengatakan dia akan membalikkan satu kebijakan Timur Tengah Trump, yakni penarikan Amerika dari kesepakatan nuklir Iran 2015, yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
“Biden telah mengatakan bahwa dia akan kembali ke JCPOA, tetapi dia akan memiliki syarat untuk kembali. Kami masih belum tahu seperti apa kondisinya," ujarnya.
Pangeran Turki percaya Biden tidak akan membatalkan kebijakan pemerintah Trump seperti pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dan kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. (Baca: Hasil Electoral Votes Pilpres AS: Biden 264, Trump 214 )
Pangeran Turki Al-Faisal adalah mantan kepala intelijen Arab Saudi dan pernah menjadi Duta Besar untuk AS.
"Saya pikir Biden sebagai presiden tidak akan mundur dari tempat Trump yang telah mendorong Amerika—apakah itu di Yerusalem, di Dataran Tinggi Golan, atau di apa yang disebut Kesepakatan Abraham," kata Pangeran Turki pada pertemuan puncak Beirut Institute di Abu Dhabi.
"Kekhawatiran saya tentang beberapa wilayah Arab terutama teman dan saudara Palestina saya adalah jika mereka mengharapkan presiden Biden akan berbeda dari Trump, saya pikir mereka akan sangat kecewa dengan itu," ujarnya seperti dikutip dari Al Arabiya English, Jumat (6/11/2020).
Tahun lalu, Trump mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, wilayah yang direbut oleh Israel dalam perang Arab-Israel tahun 1967 dan secara resmi dianeksasi dari Suriah pada tahun 1981.
Seorang pejabat senior kampanye Biden mengatakan kepada Jewish News Syndicate minggu ini bahwa Biden kemungkinan tidak akan menarik kembali pengakuan AS untuk kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.
Trump memindahkan kedutaan AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem pada tahun 2017, keputusan kontroversial yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Biden sendiri telah mengatakan dia akan mempertahankan kedutaan AS di Yerusalem jika terpilih sebagai presiden.
Israel menganggap seluruh kota Yerusalem sebagai ibu kotanya, sementara Palestina memandang Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
Tahun ini, Trump menjadi perantara Abraham Accords (Kesepakatan Abraham)—perjanjian normalisasi antara Israel dan negara-negara Teluk Arab; Uni Emirat Arab, dan Bahrain. (Baca juga: Viral Video TV China Tampilkan Gambar Nabi Muhammad, Begini Faktanya )
Biden mengatakan pada saat itu dia bersyukur oleh perdamaian Israel-UEA pada saat pengumumannya.
“Uni Emirat Arab dan Israel telah menunjukkan jalan menuju Timur Tengah yang lebih damai dan stabil. Pemerintahan Biden-Harris akan berusaha untuk membangun kemajuan ini,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Namun, pasangan Joe Biden-Kamala Harris berjanji minggu ini bahwa jika terpilih, Biden akan mengembalikan bantuan ekonomi ke Palestina dan membuka kembali kantor Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di Washington—membalikkan langkah yang diambil oleh pemerintahan Trump.
Di bawah Trump, Departemen Luar Negeri memotong lebih dari USD200 juta bantuan ke Tepi Barat dan Gaza dan menutup misi PLO di Ibu Kota AS.
Pangeran Turki Al-Faisal mencatat bahwa Biden pernah mengatakan dia akan membalikkan satu kebijakan Timur Tengah Trump, yakni penarikan Amerika dari kesepakatan nuklir Iran 2015, yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
“Biden telah mengatakan bahwa dia akan kembali ke JCPOA, tetapi dia akan memiliki syarat untuk kembali. Kami masih belum tahu seperti apa kondisinya," ujarnya.
(min)
tulis komentar anda