Pengobatan Covid-19, WHO Dorong Penggunaan Obat Herbal
Sabtu, 09 Mei 2020 - 06:48 WIB
Di India, pusat pengobatan Ayurveda yang didasarkan pada pengobatan herbal, diet dan makanan, ternyata mendukung untuk penguatan imunitas. Perdana Menteri (PM) India Narenda Modi mengatakan, di antara strategi penanganan pandemi korona adalah meminta warga mengonsumsi obat tradisional. “Masyarakat harus mengikuti petunjuk konsumsi obat herbal kadha yang bisa meningkatkan imunitas,” katanya.
Filipina pun tidak ketinggalan. Departemen Sains dan Teknologi Filipina juga mencari pembuktian keefektivan obat herbal untuk melawan Covid-19. Juru bicara Presiden Filipina, Harry Roque, mengatakan lagundi, minyak kelapa, dan tawa-tawa sedang diuji coba untuk menyembuhkan pasien yang terinfeksi virus corona. Presiden Filipina Rodrigo Duterte bahkan akan menyediakan hadiah senilai 50 juta peso bagi siapa saja yang bisa menemukan obat untuk menyembuhkan penyakit corona.
Sebelumnya Profesor Fabian Dayri, Mary Newport dari Spring Hill Neonatolody di Florida, Amerika Serikat, juga telah mengusulkan studi klinis yang sama tentang pemanfaatan minyak kelapa untuk pengobatan pasien penyakit menular. Minyak kelapa yang mengandung asam laurat baik untuk kesehatan manusia. Saat dikonsumsi, asam tersebut akan memaksa tubuh memproduksi senyawa monolaurin yang mampu memicu aktivitas penolakan virus. Sifat antivirus dalam asam laurat bekerja dalam tiga mekanisme.
Temulawak-Kulit Jeruk
Di Indonesia masyarakat melakukan berbagai cara agar terhindar dari penularan Covid-19. Di antara yang dilakukan adalah mengonsumsi empon-empon. Dari penelitian yang sudah dilakukan, di antara tanaman herbal yang berkhasiat dalam membangun daya tahan tubuh adalah temulawak (curcuma xanthorrhiza roxb). Tanaman yang mengandung curcumin ini sudah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan, dan pengobatan penyakit hingga pada masa pemulihan. Obat asli Indonesia ini disinyalir mampu mengendalikan produksi sitokin akibat dari satu sel yang terinfeksi oleh virus, baik influenza ataupun corona.
Ketua Tim Riset Korona dan Formulasi Vaksin dari Profesor Nidom Foundation (PNF) Prof Chairul A Nidom mengatakan, sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh. “Apabila tubuh terpapar virus terus-menerus maka dapat terjadi badai sitokin yang membuat paru- paru padat dan kaku sehingga terjadi sesak napas, bahkan gagal napas dan bisa berlanjut kepada kematian,” katanya.
Dalam penelitiannya pada 2008, curcumin pada temulawak mampu mengendalikan sitokin inflamatori sehingga tidak terjadi badai sitokin. Hasil penelitian Prof Nidom ini sejalan dan memperkuat penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa temulawak memiliki efek terhadap daya tahan tubuh, yaitu sebagai imunomodulator. Melalui penelitian ini juga dinyatakan bahwa curcumin dapat memodulasi sistem daya tahan tubuh dengan cara meningkatkan kemampuan proliferasi sel T.
Penelitian bioinformatika yang dipublikasikan pada Maret 2020 dan kepustakaan terbaru telah menyebut bahwa curcumin merupakan satu di antara kandidat antivirus SARS-CoV-2. Curcumin yang terkandung pada temulawak diharapkan mampu meningkatkan ekspresi ACE2 bentuk soluble yang dapat menghambat terjadi ikatan antara protein virus dengan ACE2 bentuk fixed pada permukaan sel inang. ACE 2 merupakan sel inang bagi Covid-19.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr Inggrid Tania mendukung hasil penelitian tersebut. Dia menjelaskan, secara fungsional ada dua bentuk ACE2, yaitu fixed (menempel pada permukaan sel) dan soluble (bentuk bebas dalam darah). “Temulawak sudah dikonsumsi masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Berdasarkan empirical experiental evidence, scientific evidence, danclinical evidence,temulawak terbukti aman dan memberikan manfaat daya tahan tubuh,” jelasnya.
Dr Raphael Aswin Susilowidodo, VP Research and Development SOHO Global Health, menganjurkan masyarakat untuk menggunakan temulawak yang telah diekstrak karena kadar curcumin-nya lebih terukur sehingga sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Filipina pun tidak ketinggalan. Departemen Sains dan Teknologi Filipina juga mencari pembuktian keefektivan obat herbal untuk melawan Covid-19. Juru bicara Presiden Filipina, Harry Roque, mengatakan lagundi, minyak kelapa, dan tawa-tawa sedang diuji coba untuk menyembuhkan pasien yang terinfeksi virus corona. Presiden Filipina Rodrigo Duterte bahkan akan menyediakan hadiah senilai 50 juta peso bagi siapa saja yang bisa menemukan obat untuk menyembuhkan penyakit corona.
Sebelumnya Profesor Fabian Dayri, Mary Newport dari Spring Hill Neonatolody di Florida, Amerika Serikat, juga telah mengusulkan studi klinis yang sama tentang pemanfaatan minyak kelapa untuk pengobatan pasien penyakit menular. Minyak kelapa yang mengandung asam laurat baik untuk kesehatan manusia. Saat dikonsumsi, asam tersebut akan memaksa tubuh memproduksi senyawa monolaurin yang mampu memicu aktivitas penolakan virus. Sifat antivirus dalam asam laurat bekerja dalam tiga mekanisme.
Temulawak-Kulit Jeruk
Di Indonesia masyarakat melakukan berbagai cara agar terhindar dari penularan Covid-19. Di antara yang dilakukan adalah mengonsumsi empon-empon. Dari penelitian yang sudah dilakukan, di antara tanaman herbal yang berkhasiat dalam membangun daya tahan tubuh adalah temulawak (curcuma xanthorrhiza roxb). Tanaman yang mengandung curcumin ini sudah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan, dan pengobatan penyakit hingga pada masa pemulihan. Obat asli Indonesia ini disinyalir mampu mengendalikan produksi sitokin akibat dari satu sel yang terinfeksi oleh virus, baik influenza ataupun corona.
Ketua Tim Riset Korona dan Formulasi Vaksin dari Profesor Nidom Foundation (PNF) Prof Chairul A Nidom mengatakan, sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh. “Apabila tubuh terpapar virus terus-menerus maka dapat terjadi badai sitokin yang membuat paru- paru padat dan kaku sehingga terjadi sesak napas, bahkan gagal napas dan bisa berlanjut kepada kematian,” katanya.
Dalam penelitiannya pada 2008, curcumin pada temulawak mampu mengendalikan sitokin inflamatori sehingga tidak terjadi badai sitokin. Hasil penelitian Prof Nidom ini sejalan dan memperkuat penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa temulawak memiliki efek terhadap daya tahan tubuh, yaitu sebagai imunomodulator. Melalui penelitian ini juga dinyatakan bahwa curcumin dapat memodulasi sistem daya tahan tubuh dengan cara meningkatkan kemampuan proliferasi sel T.
Penelitian bioinformatika yang dipublikasikan pada Maret 2020 dan kepustakaan terbaru telah menyebut bahwa curcumin merupakan satu di antara kandidat antivirus SARS-CoV-2. Curcumin yang terkandung pada temulawak diharapkan mampu meningkatkan ekspresi ACE2 bentuk soluble yang dapat menghambat terjadi ikatan antara protein virus dengan ACE2 bentuk fixed pada permukaan sel inang. ACE 2 merupakan sel inang bagi Covid-19.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr Inggrid Tania mendukung hasil penelitian tersebut. Dia menjelaskan, secara fungsional ada dua bentuk ACE2, yaitu fixed (menempel pada permukaan sel) dan soluble (bentuk bebas dalam darah). “Temulawak sudah dikonsumsi masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Berdasarkan empirical experiental evidence, scientific evidence, danclinical evidence,temulawak terbukti aman dan memberikan manfaat daya tahan tubuh,” jelasnya.
Dr Raphael Aswin Susilowidodo, VP Research and Development SOHO Global Health, menganjurkan masyarakat untuk menggunakan temulawak yang telah diekstrak karena kadar curcumin-nya lebih terukur sehingga sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Lihat Juga :
tulis komentar anda