Azerbaijan Tuduh Armenia Berencana Pakai Amunisi Fosfor
Minggu, 01 November 2020 - 00:03 WIB
BAKU - Azerbaijan menolak tuduhan "salah dan palsu" dari Armenia bahwa pasukan Azerbaijan menggunakan amunisi fosfor putih di Karabakh Atas.
Sebaliknya, Azerbaijan menuduh Armenia yang sebenarnya berniat menggunakan senjata ilegal tersebut.
“Armenia berusaha terus melancarkan provokasi lebih lanjut dengan mengirimkan kargo fosfor ke wilayah Khojavend,” ungkap pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Azerbaijan.
Mengutip data intelijen, Kemhan mengatakan, “Armenia kemungkinan menggunakan amunisi yang mengandung fosfor untuk melawan tentara Azerbaijan.” (Baca Juga: Azerbaijan Hancurkan Dua Sistem Rudal Armenia)
"Pihak Armenia meletakkan dasar untuk provokasi lebih lanjut dengan menyebarkan informasi palsu dan salah pada 30 Oktober tentang dugaan penggunaan senjata yang mengandung fosfor putih oleh tentara Azerbaijan," ungkap pernyataan Kemhan Azerbaijan. (Lihat Infografis: Selain Ditabrak Mobil, Berikut Beberapa Kejadian berbahaya di Masjidil Haram)
“Kami menyatakan sekali lagi bahwa Tentara Azerbaijan tidak memiliki amunisi terlarang dalam persenjataannya,” papar Kemhan Azerbaijan, dilansir Anadolu. (Lihat Video: Penabrak Masjidil Haram Dalam Kondisi Tidak Normal)
Bentrokan berlanjut di Agdere, Khojavend, dan Gubadli pada Sabtu (31/10). “Pasukan Armenia mencoba menargetkan kota Tartar, Agdam, dan Aghjabadi,” ungkap Kemhan Azerbaijan.
Pasukan Azerbaijan menghancurkan dua tank Armenia, tiga kendaraan lapis baja, empat sistem rudal, 12 howitzer, satu sistem rudal anti-pesawat, satu radar, dan dua kendaraan.
Hubungan antara dua bekas republik Soviet itu tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas, atau Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional.
Empat resolusi Dewan Keamanan PBB dan dua Sidang Umum PBB, serta organisasi internasional, menuntut penarikan secara lengkap dan tanpa syarat dari pasukan Armenia dari wilayah Azerbaijan yang diduduki.
Secara total, sekitar 20% wilayah Azerbaijan, termasuk Nagorno-Karabakh dan tujuh wilayah yang berdekatan, berada di bawah pendudukan Armenia secara ilegal selama hampir tiga dekade.
Sebaliknya, Azerbaijan menuduh Armenia yang sebenarnya berniat menggunakan senjata ilegal tersebut.
“Armenia berusaha terus melancarkan provokasi lebih lanjut dengan mengirimkan kargo fosfor ke wilayah Khojavend,” ungkap pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Azerbaijan.
Mengutip data intelijen, Kemhan mengatakan, “Armenia kemungkinan menggunakan amunisi yang mengandung fosfor untuk melawan tentara Azerbaijan.” (Baca Juga: Azerbaijan Hancurkan Dua Sistem Rudal Armenia)
"Pihak Armenia meletakkan dasar untuk provokasi lebih lanjut dengan menyebarkan informasi palsu dan salah pada 30 Oktober tentang dugaan penggunaan senjata yang mengandung fosfor putih oleh tentara Azerbaijan," ungkap pernyataan Kemhan Azerbaijan. (Lihat Infografis: Selain Ditabrak Mobil, Berikut Beberapa Kejadian berbahaya di Masjidil Haram)
“Kami menyatakan sekali lagi bahwa Tentara Azerbaijan tidak memiliki amunisi terlarang dalam persenjataannya,” papar Kemhan Azerbaijan, dilansir Anadolu. (Lihat Video: Penabrak Masjidil Haram Dalam Kondisi Tidak Normal)
Bentrokan berlanjut di Agdere, Khojavend, dan Gubadli pada Sabtu (31/10). “Pasukan Armenia mencoba menargetkan kota Tartar, Agdam, dan Aghjabadi,” ungkap Kemhan Azerbaijan.
Pasukan Azerbaijan menghancurkan dua tank Armenia, tiga kendaraan lapis baja, empat sistem rudal, 12 howitzer, satu sistem rudal anti-pesawat, satu radar, dan dua kendaraan.
Hubungan antara dua bekas republik Soviet itu tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Karabakh Atas, atau Nagorno-Karabakh, wilayah Azerbaijan yang diakui secara internasional.
Empat resolusi Dewan Keamanan PBB dan dua Sidang Umum PBB, serta organisasi internasional, menuntut penarikan secara lengkap dan tanpa syarat dari pasukan Armenia dari wilayah Azerbaijan yang diduduki.
Secara total, sekitar 20% wilayah Azerbaijan, termasuk Nagorno-Karabakh dan tujuh wilayah yang berdekatan, berada di bawah pendudukan Armenia secara ilegal selama hampir tiga dekade.
(sya)
tulis komentar anda