Akses Data Pemilih, AS Tuding Iran dan Rusia Coba Kacaukan Pilpres
Kamis, 22 Oktober 2020 - 10:56 WIB
WASHINGTON - Pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa Iran dan Rusia telah mengintervensi pemilihan presiden (pilpres) . Kedua negara itu disebut telah mengakses data pemilih dan mengirimkan email palsu yang memicu ketakutan dan keresahan di masyarakat.
Direktur Intelijen Nasional AS, John Ratcliffe mengatakan, Iran telah mengirim email palsu yang dirancang untuk mengintimidasi pemilih, menghasut kerusuhan sosial, dan merusak Presiden Trump. Dia menyebut bahwa telah ada laporan terkait email ini dalam 24 jam terakhir
Ratcliffe mengatakan Iran juga telah mendistribusikan konten video yang menyiratkan bahwa seseorang dapat melakukan kecurangan dalam surat suara, bahkan dari luar negeri. Informasi dalam video itu tidak benar, Ratcliffe menekankan, seraya menambahkan bahwa warga Amerika dapat mempercayai bahwa suaranya aman.
"Tindakan ini adalah upaya putus asa oleh musuh yang putus asa," ujarnya seperti dilansir dari CBS News, Kamis (22/10/2020).
Ratcliffe juga mengatakan komunitas intelijen belum melihat aksi serupa dari Rusia, meski memperoleh informasi pemilih seperti yang dilakukan pada 2016 lalu.(Baca juga: Rusia Pilih Trump, China Dukung Biden )
"Bahkan jika musuh mengejar upaya lebih lanjut untuk mengintimidasi ketahuilah bahwa sistem pemilu kami hebat dan Anda dapat yakin bahwa suara Anda aman," imbaunya.
Ratcliffe menambahkan bahwa ini bukan masalah partisan dan AS tidak akan mentolerir campur tangan asing dalam pemilunya.
Sementara itu Direktur FBI Christopher Wray juga berusaha meyakinkan publik.
"Anda harus yakin bahwa suara Anda dihitung," kata Wray.
Direktur Intelijen Nasional AS, John Ratcliffe mengatakan, Iran telah mengirim email palsu yang dirancang untuk mengintimidasi pemilih, menghasut kerusuhan sosial, dan merusak Presiden Trump. Dia menyebut bahwa telah ada laporan terkait email ini dalam 24 jam terakhir
Ratcliffe mengatakan Iran juga telah mendistribusikan konten video yang menyiratkan bahwa seseorang dapat melakukan kecurangan dalam surat suara, bahkan dari luar negeri. Informasi dalam video itu tidak benar, Ratcliffe menekankan, seraya menambahkan bahwa warga Amerika dapat mempercayai bahwa suaranya aman.
"Tindakan ini adalah upaya putus asa oleh musuh yang putus asa," ujarnya seperti dilansir dari CBS News, Kamis (22/10/2020).
Ratcliffe juga mengatakan komunitas intelijen belum melihat aksi serupa dari Rusia, meski memperoleh informasi pemilih seperti yang dilakukan pada 2016 lalu.(Baca juga: Rusia Pilih Trump, China Dukung Biden )
"Bahkan jika musuh mengejar upaya lebih lanjut untuk mengintimidasi ketahuilah bahwa sistem pemilu kami hebat dan Anda dapat yakin bahwa suara Anda aman," imbaunya.
Ratcliffe menambahkan bahwa ini bukan masalah partisan dan AS tidak akan mentolerir campur tangan asing dalam pemilunya.
Sementara itu Direktur FBI Christopher Wray juga berusaha meyakinkan publik.
"Anda harus yakin bahwa suara Anda dihitung," kata Wray.
tulis komentar anda