Olimpiade Tokyo: Inggris Tuding Rusia Lakukan Serangan Siber
Selasa, 20 Oktober 2020 - 15:27 WIB
LONDON - Pemerintah Inggris menuduh GRU, dinas intelijen militer Rusia , melakukan serangan siber terhadap para pejabat dan organisasi yang terlibat dalam perencanaan Olimpiade 2020 .
Inggris menuduh GRU menargetkan penyelenggara, layanan logistik, dan sponsor dari event olahraga terbesar itu. Olimpiadi 2020 dijadwalkan berlangsung di Tokyo pada Juli tetapi ditunda karena pandemi.
Dalam sebuah pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengutuk tindakan GRU dalam "istilah terkuat", menyebut unit tersebut sinis dan sembrono.(Baca juga: Rusia Bantah Mencoba Curi Data Vaksin Covid-19 dari Seluruh Dunia )
Pernyataan itu juga menuduh badan Rusia itu menargetkan Olimpiade Musim Dingin 2018 dan Pertandingan Paralimpiade di Korea Selatan dengan serangan siber.
"Inggris untuk pertama kalinya hari ini mengonfirmasi sejauh mana GRU menargetkan Olimpiade Musim Dingin dan Paralimpiade 2018 di Pyeongchang, Republik Korea," bunyi pernyataan pemerintah Inggris.
"Unit cyber GRU berusaha menyamar sebagai peretas Korea Utara dan China ketika menargetkan upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2018," ungkap pernyataan itu seperti dilansir dari CNN, Selasa (20/10/2020).
Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris telah menilai serangan tersebut dan yakin bahwa serangan itu dimaksudkan untuk menyabotase kegiatan itu, karena malware yang digunakan dirancang untuk menghapus data dari dan menonaktifkan komputer dan jaringan.
Menanggapi meluasnya cakupan ancaman, IOC dan negara tuan rumah telah meningkatkan upaya keamanan siber dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam sebuah pernyataan, panitia penyelenggara Tokyo 2020 mengatakan melihat keamanan dunia maya sebagai aspek penting dari penyelenggaraan Olimpiade.
"Meskipun kami tidak dapat mengungkapkan rincian tindakan pencegahan karena sifat topiknya, kami akan terus bekerja sama dengan organisasi dan otoritas terkait untuk memastikan bahwa tindakan tersebut dilaksanakan secara menyeluruh," tambahnya.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan bahwa Tokyo bekerja sama erat dengan AS dan Inggris dalam masalah ini dan tidak akan "mengabaikan serangan siber berbahaya yang dapat mengguncang dasar demokrasi."
Pernyataan Inggris itu melengkapi tuduhan besar yang diumumkan di AS pada hari Senin.(Baca juga: Tim Kampanye Biden dan Trump Jadi Target Hacker Tiga Negara )
Enam perwira militer Rusia didakwa oleh Departemen Kehakiman AS, dalam apa yang digambarkan oleh para pejabat sebagai skema peretasan untuk menyerang beberapa kekuatan asing utama dan bekas republik Soviet.
Para penyerang siber juga merupakan anggota GRU, yang dituduh melakukan serangan siber terhadap Olimpiade Musim Dingin 2018.
Pejabat pemerintah AS mengatakan petugas telah meretas perangkat lunak menggunakan malware yang merusak yang mebnyebabkan black out ribuan komputer dan menyebabkan kerugian hampir USD1 miliar.
"Serangan itu dimaksudkan untuk mendukung upaya pemerintah Rusia untuk merusak, membalas, atau mengacaukan jaringan komputer di seluruh dunia," kata Departemen Kehakiman AS.
Olimpiade adalah target populer bagi penjahat dunia maya.
Pada 2016, peretas Rusia membobol database Badan Anti Doping Dunia melalui akun yang dibuat oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk Olimpiade Musim Panas di Rio de Janeiro, Brasil. Grup tersebut mencuri informasi tentang atlet bintang Amerika seperti Simone Biles dan Venus Williams.(Lihat video: Pemain Bosnia Positif Corona, Timnas Ganti Lawan )
Inggris menuduh GRU menargetkan penyelenggara, layanan logistik, dan sponsor dari event olahraga terbesar itu. Olimpiadi 2020 dijadwalkan berlangsung di Tokyo pada Juli tetapi ditunda karena pandemi.
Dalam sebuah pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengutuk tindakan GRU dalam "istilah terkuat", menyebut unit tersebut sinis dan sembrono.(Baca juga: Rusia Bantah Mencoba Curi Data Vaksin Covid-19 dari Seluruh Dunia )
Pernyataan itu juga menuduh badan Rusia itu menargetkan Olimpiade Musim Dingin 2018 dan Pertandingan Paralimpiade di Korea Selatan dengan serangan siber.
"Inggris untuk pertama kalinya hari ini mengonfirmasi sejauh mana GRU menargetkan Olimpiade Musim Dingin dan Paralimpiade 2018 di Pyeongchang, Republik Korea," bunyi pernyataan pemerintah Inggris.
"Unit cyber GRU berusaha menyamar sebagai peretas Korea Utara dan China ketika menargetkan upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin 2018," ungkap pernyataan itu seperti dilansir dari CNN, Selasa (20/10/2020).
Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris telah menilai serangan tersebut dan yakin bahwa serangan itu dimaksudkan untuk menyabotase kegiatan itu, karena malware yang digunakan dirancang untuk menghapus data dari dan menonaktifkan komputer dan jaringan.
Menanggapi meluasnya cakupan ancaman, IOC dan negara tuan rumah telah meningkatkan upaya keamanan siber dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam sebuah pernyataan, panitia penyelenggara Tokyo 2020 mengatakan melihat keamanan dunia maya sebagai aspek penting dari penyelenggaraan Olimpiade.
"Meskipun kami tidak dapat mengungkapkan rincian tindakan pencegahan karena sifat topiknya, kami akan terus bekerja sama dengan organisasi dan otoritas terkait untuk memastikan bahwa tindakan tersebut dilaksanakan secara menyeluruh," tambahnya.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Katsunobu Kato mengatakan bahwa Tokyo bekerja sama erat dengan AS dan Inggris dalam masalah ini dan tidak akan "mengabaikan serangan siber berbahaya yang dapat mengguncang dasar demokrasi."
Pernyataan Inggris itu melengkapi tuduhan besar yang diumumkan di AS pada hari Senin.(Baca juga: Tim Kampanye Biden dan Trump Jadi Target Hacker Tiga Negara )
Enam perwira militer Rusia didakwa oleh Departemen Kehakiman AS, dalam apa yang digambarkan oleh para pejabat sebagai skema peretasan untuk menyerang beberapa kekuatan asing utama dan bekas republik Soviet.
Para penyerang siber juga merupakan anggota GRU, yang dituduh melakukan serangan siber terhadap Olimpiade Musim Dingin 2018.
Pejabat pemerintah AS mengatakan petugas telah meretas perangkat lunak menggunakan malware yang merusak yang mebnyebabkan black out ribuan komputer dan menyebabkan kerugian hampir USD1 miliar.
"Serangan itu dimaksudkan untuk mendukung upaya pemerintah Rusia untuk merusak, membalas, atau mengacaukan jaringan komputer di seluruh dunia," kata Departemen Kehakiman AS.
Olimpiade adalah target populer bagi penjahat dunia maya.
Pada 2016, peretas Rusia membobol database Badan Anti Doping Dunia melalui akun yang dibuat oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk Olimpiade Musim Panas di Rio de Janeiro, Brasil. Grup tersebut mencuri informasi tentang atlet bintang Amerika seperti Simone Biles dan Venus Williams.(Lihat video: Pemain Bosnia Positif Corona, Timnas Ganti Lawan )
(ber)
tulis komentar anda