Maduro Pastikan Venezuela Akan Adili Dua 'Rambo' AS
Kamis, 07 Mei 2020 - 08:23 WIB
CARACAS - Venezuela akan mengadili dua warga Amerika Serikat (AS) yang ditangkap saat menyusup ke negara itu dan merencanakan sebuah serangan. Hal itu dikatakan oleh Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, ketika AS berjanji akan menggunakan setiap alat yang tersedia untuk membawa mereka pulang.
Venezuela mengumumkan pada hari Senin bahwa mereka telah menangkap pasangan tersebut karena dicurigai berusaha menggulingkan Maduro dalam operasi yang didukung oleh oposisi yang didukung AS. (Baca: Venezuela Tangkap 2 'Rambo' AS yang Hendak Bunuh Maduro )
"Mereka adalah terpidana, mengaku, tertangkap basah dan sedang diadili oleh jaksa agung republik, oleh pengadilan sipil Venezuela, dan prosesnya akan dijamin penuh dan adil," kata Maduro seperti dikutip dari AFP, Kamis (7/5/2020).
Pemimpin negara Amerika Selatan yang dilanda krisis itu menyatakan bahwa dua warga AS, yang diidentifikasi sebagai Luke Denman dan Airan Berry, telah diperlakukan dengan baik dan hormat.
Maduro kemudian menunjukkan paspor Denman (34) dan Berry (41) di televisi pemerintah. Media AS melaporkan militer AS telah mengkonfirmasi bahwa mereka adalah mantan anggota pasukan keamanan AS.
Denman dan Berry adalah dua di antara 17 orang yang ditangkap karena diduga menjadi bagian dari pasukan invasi yang berencana untuk membunuh Maduro tetapi berhasil dicegat pada Minggu pagi di lepas pantai, sekitar 40 menit dari Ibu Kota Caracas. Delapan lainnya yang diduga penyerang tewas.
"Mereka telah mengakui kesalahan mereka, mereka melanggar hukum internasional, mereka melanggar hukum Venezuela," ungkap Maduro.
"Mereka ada di tangan keadilan sekarang dan kami menjamin akan ada keadilan dalam kasus ini terhadap warga Amerika ini dan tentara bayaran lainnya, dan bahwa kebenaran akan terwujud," ujarnya
Maduro pun mengulangi tuduhannya bahwa Trump berada tepat di belakang serangan itu. Ia mengklaim Trump mengontrak seorang mantan petugas medis militer AS, Jordan Goudreau, untuk melatih pasukan tentara bayaran.
"Presiden Donald Trump adalah pemimpin langsung dari seluruh serangan," kata Maduro, yang menunjukkan video di mana Denman mengaku dia disewa oleh Goudreau untuk misi yang bertujuan untuk mengendalikan bandara internasional di Caracas.
Maduro menggambarkannya sebagai "remake" dari invasi Teluk Babi 1961 yang gagal, ketika orang-orang buangan Kuba secara diam-diam dibiayai dan diarahkan oleh pemerintah AS berusaha menggulingkan pemimpin Kuba, Fidel Castro.
Maduro - yang juga menuduh presiden tetangganya Kolombia, Ivan Duque, terlibat - mengatakan dia akan meminta AS untuk mengekstradisi Goudreau.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya telah membantah keterlibatan pemerintahannya dengan misi tersebut, dan Washington menuduh Maduro meluncurkan "kampanye disinformasi." (Baca: Trump Bantah Keterlibatan AS dalam Upaya Pembunuhan Maduro )
Meski begitu, pemerintah Trump telah berulang kali mengklaim bahwa "semua opsi ada di atas meja" ketika membahas langkah-langkah yang mungkin untuk membantu Guaido memaksa Maduro keluar dari kantor presiden.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pemerintah akan menggunakan setiap alat yang di miliki untuk mencoba memulangkan kembali kedua warganya.
Pompeo pun mengolok-olok klaim Maduro dengan mengatakan bahwa jika AS "terlibat, itu akan berbeda."
Venezuela mengumumkan pada hari Senin bahwa mereka telah menangkap pasangan tersebut karena dicurigai berusaha menggulingkan Maduro dalam operasi yang didukung oleh oposisi yang didukung AS. (Baca: Venezuela Tangkap 2 'Rambo' AS yang Hendak Bunuh Maduro )
"Mereka adalah terpidana, mengaku, tertangkap basah dan sedang diadili oleh jaksa agung republik, oleh pengadilan sipil Venezuela, dan prosesnya akan dijamin penuh dan adil," kata Maduro seperti dikutip dari AFP, Kamis (7/5/2020).
Pemimpin negara Amerika Selatan yang dilanda krisis itu menyatakan bahwa dua warga AS, yang diidentifikasi sebagai Luke Denman dan Airan Berry, telah diperlakukan dengan baik dan hormat.
Maduro kemudian menunjukkan paspor Denman (34) dan Berry (41) di televisi pemerintah. Media AS melaporkan militer AS telah mengkonfirmasi bahwa mereka adalah mantan anggota pasukan keamanan AS.
Denman dan Berry adalah dua di antara 17 orang yang ditangkap karena diduga menjadi bagian dari pasukan invasi yang berencana untuk membunuh Maduro tetapi berhasil dicegat pada Minggu pagi di lepas pantai, sekitar 40 menit dari Ibu Kota Caracas. Delapan lainnya yang diduga penyerang tewas.
"Mereka telah mengakui kesalahan mereka, mereka melanggar hukum internasional, mereka melanggar hukum Venezuela," ungkap Maduro.
"Mereka ada di tangan keadilan sekarang dan kami menjamin akan ada keadilan dalam kasus ini terhadap warga Amerika ini dan tentara bayaran lainnya, dan bahwa kebenaran akan terwujud," ujarnya
Maduro pun mengulangi tuduhannya bahwa Trump berada tepat di belakang serangan itu. Ia mengklaim Trump mengontrak seorang mantan petugas medis militer AS, Jordan Goudreau, untuk melatih pasukan tentara bayaran.
"Presiden Donald Trump adalah pemimpin langsung dari seluruh serangan," kata Maduro, yang menunjukkan video di mana Denman mengaku dia disewa oleh Goudreau untuk misi yang bertujuan untuk mengendalikan bandara internasional di Caracas.
Maduro menggambarkannya sebagai "remake" dari invasi Teluk Babi 1961 yang gagal, ketika orang-orang buangan Kuba secara diam-diam dibiayai dan diarahkan oleh pemerintah AS berusaha menggulingkan pemimpin Kuba, Fidel Castro.
Maduro - yang juga menuduh presiden tetangganya Kolombia, Ivan Duque, terlibat - mengatakan dia akan meminta AS untuk mengekstradisi Goudreau.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya telah membantah keterlibatan pemerintahannya dengan misi tersebut, dan Washington menuduh Maduro meluncurkan "kampanye disinformasi." (Baca: Trump Bantah Keterlibatan AS dalam Upaya Pembunuhan Maduro )
Meski begitu, pemerintah Trump telah berulang kali mengklaim bahwa "semua opsi ada di atas meja" ketika membahas langkah-langkah yang mungkin untuk membantu Guaido memaksa Maduro keluar dari kantor presiden.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pemerintah akan menggunakan setiap alat yang di miliki untuk mencoba memulangkan kembali kedua warganya.
Pompeo pun mengolok-olok klaim Maduro dengan mengatakan bahwa jika AS "terlibat, itu akan berbeda."
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda