Pemuda Turun ke Jalan Protes Kebrutalan Polisi, Kota di Nigeria Lumpuh
Rabu, 14 Oktober 2020 - 19:17 WIB
ABUJA - Aksi protes terhadap kebrutalan polisi di Nigeria telah membuat sejumlah kota terbesar di negara itu lumpuh dan mendominasi postingan di media sosial. Para demonstran yang merasa frustasi meluapkan kemarahannya dan memaksa pemerintah untuk mendengarkan tuntutan mereka.
Dari penggalangan dana secara online hingga influencer yang menarik banyak orang, kampanye tersebut telah menduduki puncak Twitter di seluruh dunia dan menerima dukungan dari beberapa selebriti ternama Afrika.
Di Lagos, Abuja, Port Harcourt, dan kota-kota lain, para pengunjuk rasa yang terdiri dari anak muda bernyanyi dan menari, membuat grafiti serta mengambil foto diri mereka sendiri untuk Instagram saat mereka mengacungkan poster bertuliskan "hentikan kekerasan polisi", "tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian".
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata Udo Jude Ilo dari Open Society Initiative di Afrika Barat, sambil menunjukkan bahwa protes di Nigeria biasanya diorganisir oleh partai politik atau serikat pekerja.
"Anak muda yang biasanya dianggap disingkirkan dari pemerintahan kini mengajukan pertanyaan sulit," imbuhnya seperti dilansir dari France24, Rabu (14/10/2020).
Gerakan itu pertama kali menargetkan Pasukan Anti-Perampokan Khusus (SARS) federal yang terkenal kejam setelah video seorang petugas yang diduga membunuh seorang pria menjadi viral.
Tagar "EndSARS" menjadi tren di seluruh dunia di Twitter akhir pekan lalu, bagian dari kampanye yang dipimpin oleh anak muda di negara terpadat di Afrika itu, di mana usia rata-rata adalah 18 tahun.
Pada hari Minggu, pemerintah Nigeria mengumumkan bahwa mereka membubarkan unit tersebut - yang telah lama dituduh melakukan penangkapan yang melanggar hukum, penyiksaan dan pembunuhan di luar hukum - dan badan independen akan menyelidiki aksi penyalahgunaan kekuasaan.(Baca juga: Tuntut Presiden Mundur, Demonstran Duduki Stasiun TV Pemerintah Mali )
Tetapi pemerintah yang sebelumnya telah berjanji untuk membubarkan unit itu tidak menindaklanjutinya, sehingga aksi protes terus berlanjut dan bahkan menyebar. Para pemuda di negara itu berjanji untuk meminta pertanggungjawaban pihak berwenang.
"Bukan berita bagi kami bahwa segala sesuatunya dikatakan tetapi tidak benar-benar dilakukan," kata Anita Izato, seorang pengacara muda yang berbasis di Ibu Kota Abuja.
"Kami telah belajar untuk tidak percaya sampai kami melihat tindakan (nyata)," sambungnya.
"Bagi saya itu pribadi karena saya punya lima saudara laki-laki, dan polisi biasanya menargetkan pemuda," kata pria berusia 24 tahun itu, yang membantu menjadi ujung tombak aksi demonstrasi.
Di negara yang diperintah oleh elit politik tua yang mengakar, seringkali kaum muda yang menderita akibat dampak korupsi, kekerasan, dan kurangnya kesempatan.
Korban kekerasan polisi di Nigeria seringkali berusia antara 16 dan 35 tahun menurut data yang dikumpulkan oleh SBM Intelligence, sebuah lembaga peneliti dan data konsultan.
"Mobilisasi sangat besar karena kaum muda sebenarnya menghadapi ketidakadilan yang bisa mereka rasakan, yang melampaui suku dan latar belakang keluarga," ucap Leo Dasilva, seorang investor ekuitas berusia 28 tahun dan pengembang real estat yang memiliki hampir 100.000 pengikut di Twitter kepada AFP.
Salah satu perbedaan utama dengan protes sebelumnya, menurut analis SBM Intelligence Confidence MacHarry, adalah penetrasi internet telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir dan kebrutalan polisi sekarang sering ditampilkan serta dibagikan secara online.
Obong Roviel, yang memiliki hampir 300.000 pengikut Twitter, adalah salah satu dari sekian banyak yang telah menggalang dukungan - tetapi dia menolak istilah "pemimpin".
"Saya hanya warga negara yang teliti seperti orang lain yang terkena dampak kebrutalan polisi. Saya bukan seorang aktivis, saya tidak memainkan peran apa pun, saya hanya menggunakan suara saya," kata pria berusia 23 tahun itu kepada AFP.
"Tidak ada pemimpin dan itulah mengapa protes telah berlangsung selama ini," ungkapnya.
"Mobilisasi ini adalah tentang hubungan pemuda, yang di luar sana di jalanan, menggalang dana, menggunakan pengaruh mereka dengan benar, pemuda yang merupakan tokoh masyarakat menyuruh semua orang untuk berdiri teguh dan pemuda di diaspora yang benar-benar peduli," tuturnya.
Pemicu protes adalah dukungan profil tinggi dari beberapa bintang terbesar Afrika yang sebelumnya dianggap menjauhi politik.
Musisi Davido berada di garis depan aksi protes di Abuja sementara bintang Afropop Wizkid muncul pada pertemuan di depan kedutaan Nigeria di London.(Baca juga: Pembunuhan Terhadap Penyanyi Ethiopia Picu Aksi Protes )
"Itu penting," kata jurnalis musik Oris Aigbokhaevbolo kepada AFP.
"Ada rasa lapar bagi musisi pop untuk mengambil alih kepemimpinan di negara ini, terutama di selatan di mana bintang Afropop adalah tokoh paling populer di seluruh kelas sosial," jelasnya.
Rapper Amerika Kanye West juga bergabung pada hari Senin, men-tweet bahwa dia berdiri bersama "saudara laki-laki dan perempuan Nigeria untuk mengakhiri kebrutalan polisi."
Ketika aksi protes memasuki minggu kedua dimulai dan pemerintah membuat pengumuman baru, banyak yang bertanya-tanya berapa lama gerakan itu akan bertahan.
"Kami akan beristirahat saat mendapatkan hasil. Kami akan beristirahat saat mendapatkan Nigeria yang lebih baik. Kami akan beristirahat saat kebrutalan polisi benar-benar hilang," jawab Izato.
Masih banyak ketidakpastian seputar nasib petugas yang diduga atau dituduh melakukan pelanggaran HAM dan bentuk satuan kepolisian yang akan menggantikan SARS.
"Kami akan terus memantau apa yang terjadi dan melaporkan jika orang-orang dilecehkan atau ketidakadilan dilakukan," kata Obong.
"Saya pikir itu akan menjadi gaya hidup sekarang," tukasnya.(Baca juga: Demonstran Tolak Afrika Jadi Tempat Percobaan Calon Vaksin Covid-19 )
Dari penggalangan dana secara online hingga influencer yang menarik banyak orang, kampanye tersebut telah menduduki puncak Twitter di seluruh dunia dan menerima dukungan dari beberapa selebriti ternama Afrika.
Di Lagos, Abuja, Port Harcourt, dan kota-kota lain, para pengunjuk rasa yang terdiri dari anak muda bernyanyi dan menari, membuat grafiti serta mengambil foto diri mereka sendiri untuk Instagram saat mereka mengacungkan poster bertuliskan "hentikan kekerasan polisi", "tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian".
"Ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata Udo Jude Ilo dari Open Society Initiative di Afrika Barat, sambil menunjukkan bahwa protes di Nigeria biasanya diorganisir oleh partai politik atau serikat pekerja.
"Anak muda yang biasanya dianggap disingkirkan dari pemerintahan kini mengajukan pertanyaan sulit," imbuhnya seperti dilansir dari France24, Rabu (14/10/2020).
Gerakan itu pertama kali menargetkan Pasukan Anti-Perampokan Khusus (SARS) federal yang terkenal kejam setelah video seorang petugas yang diduga membunuh seorang pria menjadi viral.
Tagar "EndSARS" menjadi tren di seluruh dunia di Twitter akhir pekan lalu, bagian dari kampanye yang dipimpin oleh anak muda di negara terpadat di Afrika itu, di mana usia rata-rata adalah 18 tahun.
Pada hari Minggu, pemerintah Nigeria mengumumkan bahwa mereka membubarkan unit tersebut - yang telah lama dituduh melakukan penangkapan yang melanggar hukum, penyiksaan dan pembunuhan di luar hukum - dan badan independen akan menyelidiki aksi penyalahgunaan kekuasaan.(Baca juga: Tuntut Presiden Mundur, Demonstran Duduki Stasiun TV Pemerintah Mali )
Tetapi pemerintah yang sebelumnya telah berjanji untuk membubarkan unit itu tidak menindaklanjutinya, sehingga aksi protes terus berlanjut dan bahkan menyebar. Para pemuda di negara itu berjanji untuk meminta pertanggungjawaban pihak berwenang.
"Bukan berita bagi kami bahwa segala sesuatunya dikatakan tetapi tidak benar-benar dilakukan," kata Anita Izato, seorang pengacara muda yang berbasis di Ibu Kota Abuja.
"Kami telah belajar untuk tidak percaya sampai kami melihat tindakan (nyata)," sambungnya.
"Bagi saya itu pribadi karena saya punya lima saudara laki-laki, dan polisi biasanya menargetkan pemuda," kata pria berusia 24 tahun itu, yang membantu menjadi ujung tombak aksi demonstrasi.
Di negara yang diperintah oleh elit politik tua yang mengakar, seringkali kaum muda yang menderita akibat dampak korupsi, kekerasan, dan kurangnya kesempatan.
Korban kekerasan polisi di Nigeria seringkali berusia antara 16 dan 35 tahun menurut data yang dikumpulkan oleh SBM Intelligence, sebuah lembaga peneliti dan data konsultan.
"Mobilisasi sangat besar karena kaum muda sebenarnya menghadapi ketidakadilan yang bisa mereka rasakan, yang melampaui suku dan latar belakang keluarga," ucap Leo Dasilva, seorang investor ekuitas berusia 28 tahun dan pengembang real estat yang memiliki hampir 100.000 pengikut di Twitter kepada AFP.
Salah satu perbedaan utama dengan protes sebelumnya, menurut analis SBM Intelligence Confidence MacHarry, adalah penetrasi internet telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir dan kebrutalan polisi sekarang sering ditampilkan serta dibagikan secara online.
Obong Roviel, yang memiliki hampir 300.000 pengikut Twitter, adalah salah satu dari sekian banyak yang telah menggalang dukungan - tetapi dia menolak istilah "pemimpin".
"Saya hanya warga negara yang teliti seperti orang lain yang terkena dampak kebrutalan polisi. Saya bukan seorang aktivis, saya tidak memainkan peran apa pun, saya hanya menggunakan suara saya," kata pria berusia 23 tahun itu kepada AFP.
"Tidak ada pemimpin dan itulah mengapa protes telah berlangsung selama ini," ungkapnya.
"Mobilisasi ini adalah tentang hubungan pemuda, yang di luar sana di jalanan, menggalang dana, menggunakan pengaruh mereka dengan benar, pemuda yang merupakan tokoh masyarakat menyuruh semua orang untuk berdiri teguh dan pemuda di diaspora yang benar-benar peduli," tuturnya.
Pemicu protes adalah dukungan profil tinggi dari beberapa bintang terbesar Afrika yang sebelumnya dianggap menjauhi politik.
Musisi Davido berada di garis depan aksi protes di Abuja sementara bintang Afropop Wizkid muncul pada pertemuan di depan kedutaan Nigeria di London.(Baca juga: Pembunuhan Terhadap Penyanyi Ethiopia Picu Aksi Protes )
"Itu penting," kata jurnalis musik Oris Aigbokhaevbolo kepada AFP.
"Ada rasa lapar bagi musisi pop untuk mengambil alih kepemimpinan di negara ini, terutama di selatan di mana bintang Afropop adalah tokoh paling populer di seluruh kelas sosial," jelasnya.
Rapper Amerika Kanye West juga bergabung pada hari Senin, men-tweet bahwa dia berdiri bersama "saudara laki-laki dan perempuan Nigeria untuk mengakhiri kebrutalan polisi."
Ketika aksi protes memasuki minggu kedua dimulai dan pemerintah membuat pengumuman baru, banyak yang bertanya-tanya berapa lama gerakan itu akan bertahan.
"Kami akan beristirahat saat mendapatkan hasil. Kami akan beristirahat saat mendapatkan Nigeria yang lebih baik. Kami akan beristirahat saat kebrutalan polisi benar-benar hilang," jawab Izato.
Masih banyak ketidakpastian seputar nasib petugas yang diduga atau dituduh melakukan pelanggaran HAM dan bentuk satuan kepolisian yang akan menggantikan SARS.
"Kami akan terus memantau apa yang terjadi dan melaporkan jika orang-orang dilecehkan atau ketidakadilan dilakukan," kata Obong.
"Saya pikir itu akan menjadi gaya hidup sekarang," tukasnya.(Baca juga: Demonstran Tolak Afrika Jadi Tempat Percobaan Calon Vaksin Covid-19 )
(ber)
tulis komentar anda