Nagorno-Karabakh, Konflik Etnik yang Meledak Jadi Perang Regional

Rabu, 07 Oktober 2020 - 12:42 WIB
Tentara etnik Armenia menembakkan artileri di Nagorno-Karabakh, 5 Oktober 2020. Foto/REUTERS
MOSKOW - Pertempuran telah beberapa pekan meledak di Nagorno-Karabakh , wilayah pecahan Azerbaijan yang dihuni mayoritas etnik Armenia . Perang itu pun menyalakan alarm risiko perang lebih besar yang menarik campur tangan Rusia , Turki dan Iran .

Konflik memang telah berlangsung selama puluhan tahun di wilayah pegunungan terpencing di Kaukasus itu tanpa dipandang strategis oleh siapa pun. Namun konflik kali ini skalanya lebih besar dan berbahaya dibandingkan sebelumnya.

Satu perbedaan besarnya adalah keterlibatan Turki yang mendukung etnik Turkic di Azerbaijan , kawasan yang masih dipengaruhi Rusia. Pertempuran itu terjadi saat Turki meningkatkan manuvernya di Timur Tengah dan Afrika Utara, menambah bahaya eskalasi regional yang biasanya hanya berupa konflik etnik itu.



“Teralihkan oleh pandemi virus corona, para mediator internasional mengabaikan tanda peringatan saat ketegangan meningkat di Nagorno-Karabakh selama musim panas,” ungkap para pengamat, dilansir New York Times.

Perang yang dimulai pada akhir periode Soviet antara Armenia dan Azerbaijan itu menjadi pondasi pertempuran hari ini di Nagorno-Karabakh. Etnik Armenia yang tinggal di Azerbaijan itu mendeklarasikan kemerdekaan dan hampir habis ditumpas saat perang sebelum para pejuangnya menguasai wilayah di Azerbaijan dalam serangkaian kemenangan hingga gencatan senjata 1994.

Kawasan itu menjadi salah satu dari beberapa zona konflik beku di wilayah bekas Uni Soviet. Dengan permusuhan etnik yang mengakar, ini menjadi wilayah yang tidak diduduki militer Rusia.

Kesepakatan tercapai 26 tahun silam, sehingga 600.000 warga Azerbaijan meninggalkan wilayah itu dan Nagorno-Karabakh rawan diserang oleh Azerbaijan yang bertekad menguasai kembali kawasan itu.

Pasar minyak global menjadi latar belakang konflik saat ekonomi dan militer Azerbaijan menguat sebagai eksportir minyak.

Kawasan Nagorno-Karabakh selalu rawan konflik lokal, tapi di masa lalu, Rusia dan Turki bekerja sama meredam ketegangan. Saat pertempuran baru terjadi pada 27 September, Azerbaijan menyebut Armenia membombardir wilayahnya untuk pertama kali. Adapun Armenia menyatakan Azerbaijan melancarkan serangan tanpa diprovokasi. Sekitar 150 orang pun tewas dan jumlahnya terus bertambah.

Pertempuran itu pun menarik berbagai kekuatan regional untuk terlibat. Turki dan Rusia tak lagi seirama saat keduanya sama-sama agresif di Timur Tengah dan Amerika Serikat (AS) mulai menarik diri.

Hubungan antara Turki, Rusia dan AS pun semakin rumit. Turki berupaya mengasingkan AS dengan membeli rudal antipesawat dari Rusia dan memutus kesepakatan jaringan pipa gas alam yang merugikan Ukraina. Pada saat yang sama, pertempuran terjadi antara para milisi yang didukung Turki untuk melawan Rusia di Suriah dan Libya.

Setelah serangan udara Rusia di Suriah yang menewaskan tentara Turki awal tahun ini, Turki segera muncul di medan perang lain di mana Rusia lemah.

Pada Mei, Turki mengerahkan penasehat militer, drone militer dan pejuang asal Suriah ke Libya untuk mendukung pemerintahan Libya yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Aliansi Turki berhasil mengusir mundur faksi yang didukung Rusia dalam perang Libya.

Pada Juli dan Agustus, Turki mengirim pasukan dan peralatan perang ke Azerbaijan untuk latihan militer.

Armenia menyatakan Turki terlibat langsung dalam perang itu dan jet tempur F-16 Turki menembak jatuh satu jet Armenia. Turki menyangkal tuduha nitu.

Rusia dan Prancis mendukung klaim Armenia bahwa Turki mengerahkan militan Suriah ke Nagorno-Karabakh setelah terlibat di Libya. (Baca Juga: Azerbaijan Akui Gunakan Drone Turki dalam Konflik di Nagorno-Karabakh)

Deputi Ketua Komite Urusan Internasional Parlemen Rusia menyebut prospek intervensi militer Rusia sebagai penjaga perdamaian. Pejabat lain menyarankan Kremlin untuk mendorong negosiasi gencatan senjata. (Baca Infografis: Kemenangan Biden Makin Nyata di Pilpres Amerika Serikat)

Iran yang memiliki perbatasan dengan Nagorno-Karabakh bersiap untuk segala kemungkinan. Militer Nagorno-Karabakh menyatakan menembak jatuh satu helikopter Azerbaijan yang jatuh di Iran. (Lihat Video: Pedagang Tanaman Hias Raup Untung Ditengah Pandemi Covid-19)
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More