Menhan AS: Taliban Tidak Memenuhi Komitmen Mereka
Rabu, 06 Mei 2020 - 08:28 WIB
WASHINGTON - Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Mark Esper mengatakan Taliban tidak memenuhi komitmen mereka berdasarkan perjanjian yang telah ditandatangani tahun ini. Pernyataan itu dilontarkan Esper di tengah tekanan terhadap kesepatan itu oleh kebuntuan politik di Afghanistan dan meningkatnya kekerasan Taliban.
Setelah pembicaraan panjang di balik pintu tertutup, Taliban dan Washington menandatangani perjanjian pada bulan Februari untuk mengurangi kekerasan dan langkah menuju pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan. Tetapi serangan oleh kelompok tersebut telah meningkat sejak saat itu.
"Saya kira tidak," kata Esper kepada wartawan ketika ditanya apakah Taliban memenuhi komitmen mereka seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/5/2020).
Esper menambahkan bahwa ia percaya pemerintah Afghanistan juga tidak memenuhi komitmennya. Pemerintah Afghanistan sendiri bukan bagian dari perjanjian yang diteken antara AS dan Taliban.
Esper mengatakan pemerintah Afghanistan dan Taliban keduanya harus bersatu dan membuat kemajuan dengan syarat yang telah ditetapkan.
Kemajuan menuju negosiasi antara kelompok militan dan pemerintah Afghanistan telah tertunda, sebagian karena perseteruan politik antara Presiden Ashraf Ghani dan Abdullah Abdullah, yang keduanya mengklaim sebagai pemimpin sah Afghanistan setelah pemilu yang disengketakan bulan September.
Kebuntuan politik terjadi ketika Taliban meningkatkan laju kekerasan.
Taliban telah melakukan lebih dari 4.500 serangan di Afghanistan dalam 45 hari sejak menandatangani kesepakatan dengan Amerika Serikat yang membuka jalan bagi penarikan pasukan AS, menurut data yang dilihat oleh Reuters. (Baca: Pasca Teken Kesepakatan dengan AS, Serangan Taliban Semakin Menggila )
Pejabat senior Barat, Afganistan, dan independen yang melacak situasi di lapangan mengatakan bahwa peningkatan serangan menunjukkan kelompok pemberontak itu dengan sengaja mengabaikan janji untuk mengurangi kekerasan yang dibuat sebagai bagian dari perjanjian yang ditandatangani pada akhir Februari.
AS sendiri telah melanjutkan penarikan pasukannya di Afghanistan, yang diperkirakan akan mencapai sekitar 8.600 tentara pada musim panas ini.
Kekerasan di negara yang dirusak perang itu bertepatan dengan penyebaran infeksi virus Corona yang cepat.
Setelah pembicaraan panjang di balik pintu tertutup, Taliban dan Washington menandatangani perjanjian pada bulan Februari untuk mengurangi kekerasan dan langkah menuju pembicaraan dengan pemerintah Afghanistan. Tetapi serangan oleh kelompok tersebut telah meningkat sejak saat itu.
"Saya kira tidak," kata Esper kepada wartawan ketika ditanya apakah Taliban memenuhi komitmen mereka seperti dikutip dari Reuters, Rabu (6/5/2020).
Esper menambahkan bahwa ia percaya pemerintah Afghanistan juga tidak memenuhi komitmennya. Pemerintah Afghanistan sendiri bukan bagian dari perjanjian yang diteken antara AS dan Taliban.
Esper mengatakan pemerintah Afghanistan dan Taliban keduanya harus bersatu dan membuat kemajuan dengan syarat yang telah ditetapkan.
Kemajuan menuju negosiasi antara kelompok militan dan pemerintah Afghanistan telah tertunda, sebagian karena perseteruan politik antara Presiden Ashraf Ghani dan Abdullah Abdullah, yang keduanya mengklaim sebagai pemimpin sah Afghanistan setelah pemilu yang disengketakan bulan September.
Kebuntuan politik terjadi ketika Taliban meningkatkan laju kekerasan.
Taliban telah melakukan lebih dari 4.500 serangan di Afghanistan dalam 45 hari sejak menandatangani kesepakatan dengan Amerika Serikat yang membuka jalan bagi penarikan pasukan AS, menurut data yang dilihat oleh Reuters. (Baca: Pasca Teken Kesepakatan dengan AS, Serangan Taliban Semakin Menggila )
Pejabat senior Barat, Afganistan, dan independen yang melacak situasi di lapangan mengatakan bahwa peningkatan serangan menunjukkan kelompok pemberontak itu dengan sengaja mengabaikan janji untuk mengurangi kekerasan yang dibuat sebagai bagian dari perjanjian yang ditandatangani pada akhir Februari.
AS sendiri telah melanjutkan penarikan pasukannya di Afghanistan, yang diperkirakan akan mencapai sekitar 8.600 tentara pada musim panas ini.
Kekerasan di negara yang dirusak perang itu bertepatan dengan penyebaran infeksi virus Corona yang cepat.
(ber)
tulis komentar anda