Kamboja Hancurkan Fasilitas Militer Buatan AS, Bantah Akan Digunakan China
Senin, 05 Oktober 2020 - 14:00 WIB
"Pembongkaran baru-baru ini tampaknya mengonfirmasi bahwa perubahan sedang berlangsung di pangkalan Angkatan Laut dan sekali lagi menimbulkan pertanyaan tentang akses China yang dikabarkan," kata CSIS.
Menteri Pertahanan Kamboja Jenderal Tea Banh menggambarkan klaim AS sebagai perilaku "pembuat masalah".
"Penghancuran gedung-gedung yang dibantu AS terjadi di wilayah kedaulatan Kamboja. Kami punya hak untuk menata kembali. Tidak aneh sama sekali. (Pangkalan) itu perlu dikembangkan agar lebih komprehensif, termasuk pelabuhan dan dermaga. Sekarang air terlalu dangkal untuk melayani," katanya. (Baca juga: Operasikan 2.500 Pesawat dan S-400 Rusia, AS Anggap China Ancaman Besar )
Jenderal Banh mengatakan bahwa proyek baru itu akan menelan biaya ratusan kali lebih banyak daripada yang didanai AS untuk gedung itu.
Dia mengatakan bangunan yang dihancurkan itu adalah Markas Komando Taktis Komite Nasional Keamanan Maritim dan sedang dipindahkan ke Koh Preap, 29 km jauhnya.
Dugaan tentang Angkatan Laut China akan beroperasi di Pangkalan Angkatan Laut Ream pertama kali dilaporkan The Wall Street Journal pada Juli 2019.
Dilaporkan bahwa kesepakatan rahasia telah dicapai antara kedua negara agar China menggunakan pangkalan itu. Laporan itu dibantah keras oleh kedua negara.
"Pakta—ditandatangani musim semi ini tetapi tidak diungkapkan oleh kedua belah pihak— memberi China hak eksklusif untuk menjadi bagian dari instalasi Angkatan Laut Kamboja di Teluk Thailand, tidak jauh dari bandara besar yang sekarang sedang dibangun oleh sebuah perusahaan China," bunyi laporan The Wall Street Journal.
Laporan media Amerika itu juga mengatakan kesepakatan itu akan memungkinkan militer China ditempatkan di pangkalan tersebut selama 30 tahun dan memungkinkan militer Beijing untuk menempatkan pasukan, menyimpan senjata, dan menempatkan kapal perang.
Wakil presiden AS Mike Pence juga telah mengirim surat kepada Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, yang meningkatkan kekhawatiran atas berita bahwa ada pangkalan Angkatan Laut China di negara itu.
Menteri Pertahanan Kamboja Jenderal Tea Banh menggambarkan klaim AS sebagai perilaku "pembuat masalah".
"Penghancuran gedung-gedung yang dibantu AS terjadi di wilayah kedaulatan Kamboja. Kami punya hak untuk menata kembali. Tidak aneh sama sekali. (Pangkalan) itu perlu dikembangkan agar lebih komprehensif, termasuk pelabuhan dan dermaga. Sekarang air terlalu dangkal untuk melayani," katanya. (Baca juga: Operasikan 2.500 Pesawat dan S-400 Rusia, AS Anggap China Ancaman Besar )
Jenderal Banh mengatakan bahwa proyek baru itu akan menelan biaya ratusan kali lebih banyak daripada yang didanai AS untuk gedung itu.
Dia mengatakan bangunan yang dihancurkan itu adalah Markas Komando Taktis Komite Nasional Keamanan Maritim dan sedang dipindahkan ke Koh Preap, 29 km jauhnya.
Dugaan tentang Angkatan Laut China akan beroperasi di Pangkalan Angkatan Laut Ream pertama kali dilaporkan The Wall Street Journal pada Juli 2019.
Dilaporkan bahwa kesepakatan rahasia telah dicapai antara kedua negara agar China menggunakan pangkalan itu. Laporan itu dibantah keras oleh kedua negara.
"Pakta—ditandatangani musim semi ini tetapi tidak diungkapkan oleh kedua belah pihak— memberi China hak eksklusif untuk menjadi bagian dari instalasi Angkatan Laut Kamboja di Teluk Thailand, tidak jauh dari bandara besar yang sekarang sedang dibangun oleh sebuah perusahaan China," bunyi laporan The Wall Street Journal.
Laporan media Amerika itu juga mengatakan kesepakatan itu akan memungkinkan militer China ditempatkan di pangkalan tersebut selama 30 tahun dan memungkinkan militer Beijing untuk menempatkan pasukan, menyimpan senjata, dan menempatkan kapal perang.
Wakil presiden AS Mike Pence juga telah mengirim surat kepada Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, yang meningkatkan kekhawatiran atas berita bahwa ada pangkalan Angkatan Laut China di negara itu.
Lihat Juga :
tulis komentar anda