Teroris Boko Haram Gunakan Keledai Diikat Bom untuk Sergap Gubernur
Rabu, 30 September 2020 - 09:58 WIB
MAIDUGURI - Kelompok teroris Boko Haram yang berafiliasi dengan ISIS mengirim keledai yang diikat dengan bom untuk menyergap konvoi Guburnur Borno; Babagana Zalum. Para pejabat Nigeria menyebutnya sebagai penyergapan terkoordinasi.
Serangan bom yang memperdaya keledai itu terjadi hari Minggu. Taktik kotor ini bukan yang pertama kali dilakukan kelompok teroris tersebut.
Mengutip laporan BBC, Rabu (30/9/2020), Zalum sedang dalam perjalanan pulang ke Maiduguri, Ibu Kota Negara Bagian Borno, setelah kunjungan untuk bertemu ratusan penduduk yang baru saja pulang setelah melarikan diri dari rumah-rumah mereka enam tahun lalu. Mereka melarikan diri dari kekerasan dan pemberlakuan hukum syariah yang ketat versi Boko Haram. (Baca: Jet Tempur F-16 Turki Tembak Su-25 Armenia, Azerbaijan Anggap Bualan )
Borno berfungsi sebagai tempat kelahiran pemberontakan militan yang dimulai pada 2009. Namun, pemerintahan Zalum telah berupaya untuk mendorong penduduk yang telantar—banyak dari mereka telah tinggal di kamp-kamp jorok dengan sedikit bantuan—untuk kembali ke kota dan desa mereka.
Para tentara yang mengawal konvoi Zalum dilaporkan telah melihat seekor keledai sendirian, dan merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Tentara menembak hewan itu yang memicu ledakan ledakan, dan kemudian para milisi Boko Haram keluar dari persembunyian mereka yang kemudian melepaskan tembakan.
Tak seorang pun di dalam konvoi itu, termasuk Zalum, yang terluka. (Baca: Seorang Suami Paksa Istrinya Penggal Kepala Pria Selingkuhannya )
Dua hari sebelumnya, pejabat setempat juga lolos dari upaya pembunuhan saat dalam perjalanan ke daerah dekat Danau Chad. Sedikitnya 18 orang tewas dalam serangan itu, termasuk empat warga sipil dan 14 petugas penegak hukum.
Namun terlepas dari beberapa keberhasilan di medan perang untuk memadamkan kampanye kebrutalan Boko Haram—dan pengakuan presiden Nigeria tahun lalu bahwa kelompok teroris itu telah dikalahkan secara teknis, Boko Haram terus mendatangkan malapetaka di wilayah tersebut.
Pemberontakan Boko Haram—yang bertujuan untuk pembentukan negara Islam di bawah hukum syariat versi mereka sendiri—telah merenggut nyawa lebih dari 30.000 jiwa sejak dipicu lebih dari satu dekade lalu. Pemberontakan itu juga menyebabkan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. (Baca: Menolak Divaksin Covid-19, Elon Musk: Bill Gates Orang Bodoh )
Kebiadaban kelompok teroris itu pernah menjadi pusat perhatian publik internasional pada tahun 2014 setelah mereka menculik 276 siswi sekolah Kristen yang sebagian besar dari kota Chibok di timur laut Nigeria. Penculikan massal itu memicu kampanye aktivisme #bringbackourgirls yang viral di seluruh dunia.
Namun, penculikan, pemerkosaan, konversi paksa hingga pengunaan keledai untuk pemboman hanyalah beberapa dari sekian banyak alat teror yang digunakan oleh Boko Haram, kelompok yang secara harfiah bermakna "Pendidikan Barat haram".
Sebuah laporan yang dirilis pada bulan Juli oleh Perwakilan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak dan Konflik Bersenjata menggambarkan pelanggaran mengerikan terhadap anak-anak yang sedang berlangsung dan di wilayah operasi Boko Haram, yang mencakup Nigeria dan sebagian Chad, Kamerun dan Niger. (Baca juga: Hari Ini Debat Pertama Trump vs Biden, Berikut 5 Topik Debat )
Laporan tersebut, yang mendokumentasikan pelanggaran antara Januari 2017 hingga Desember 2019, menekankan bahwa perekrutan dan penggunaan anak-anak merupakan jumlah terbesar dari pelanggaran terverifikasi, dengan total 3.601 anak laki-laki dan perempuan terkena dampak. Boko Haram bertanggung jawab atas perekrutan dan penggunaan 1.385 anak, terutama melalui penculikan, digunakan dalam permusuhan langsung, dan dalam berbagai peran pendukung, termasuk sebagai budak seksual.
"Salah satu praktik khusus dan paling tercela dari Boko Haram adalah menggunakan anak-anak, terutama perempuan, sebagai pembawa alat peledak improvisasi yang dibawa oleh personel," bunyi laporan itu. "Juga dikenal sebagai 'bom manusia'."
Serangan bom yang memperdaya keledai itu terjadi hari Minggu. Taktik kotor ini bukan yang pertama kali dilakukan kelompok teroris tersebut.
Mengutip laporan BBC, Rabu (30/9/2020), Zalum sedang dalam perjalanan pulang ke Maiduguri, Ibu Kota Negara Bagian Borno, setelah kunjungan untuk bertemu ratusan penduduk yang baru saja pulang setelah melarikan diri dari rumah-rumah mereka enam tahun lalu. Mereka melarikan diri dari kekerasan dan pemberlakuan hukum syariah yang ketat versi Boko Haram. (Baca: Jet Tempur F-16 Turki Tembak Su-25 Armenia, Azerbaijan Anggap Bualan )
Borno berfungsi sebagai tempat kelahiran pemberontakan militan yang dimulai pada 2009. Namun, pemerintahan Zalum telah berupaya untuk mendorong penduduk yang telantar—banyak dari mereka telah tinggal di kamp-kamp jorok dengan sedikit bantuan—untuk kembali ke kota dan desa mereka.
Para tentara yang mengawal konvoi Zalum dilaporkan telah melihat seekor keledai sendirian, dan merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Tentara menembak hewan itu yang memicu ledakan ledakan, dan kemudian para milisi Boko Haram keluar dari persembunyian mereka yang kemudian melepaskan tembakan.
Tak seorang pun di dalam konvoi itu, termasuk Zalum, yang terluka. (Baca: Seorang Suami Paksa Istrinya Penggal Kepala Pria Selingkuhannya )
Dua hari sebelumnya, pejabat setempat juga lolos dari upaya pembunuhan saat dalam perjalanan ke daerah dekat Danau Chad. Sedikitnya 18 orang tewas dalam serangan itu, termasuk empat warga sipil dan 14 petugas penegak hukum.
Namun terlepas dari beberapa keberhasilan di medan perang untuk memadamkan kampanye kebrutalan Boko Haram—dan pengakuan presiden Nigeria tahun lalu bahwa kelompok teroris itu telah dikalahkan secara teknis, Boko Haram terus mendatangkan malapetaka di wilayah tersebut.
Pemberontakan Boko Haram—yang bertujuan untuk pembentukan negara Islam di bawah hukum syariat versi mereka sendiri—telah merenggut nyawa lebih dari 30.000 jiwa sejak dipicu lebih dari satu dekade lalu. Pemberontakan itu juga menyebabkan jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka. (Baca: Menolak Divaksin Covid-19, Elon Musk: Bill Gates Orang Bodoh )
Kebiadaban kelompok teroris itu pernah menjadi pusat perhatian publik internasional pada tahun 2014 setelah mereka menculik 276 siswi sekolah Kristen yang sebagian besar dari kota Chibok di timur laut Nigeria. Penculikan massal itu memicu kampanye aktivisme #bringbackourgirls yang viral di seluruh dunia.
Namun, penculikan, pemerkosaan, konversi paksa hingga pengunaan keledai untuk pemboman hanyalah beberapa dari sekian banyak alat teror yang digunakan oleh Boko Haram, kelompok yang secara harfiah bermakna "Pendidikan Barat haram".
Sebuah laporan yang dirilis pada bulan Juli oleh Perwakilan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Anak-anak dan Konflik Bersenjata menggambarkan pelanggaran mengerikan terhadap anak-anak yang sedang berlangsung dan di wilayah operasi Boko Haram, yang mencakup Nigeria dan sebagian Chad, Kamerun dan Niger. (Baca juga: Hari Ini Debat Pertama Trump vs Biden, Berikut 5 Topik Debat )
Laporan tersebut, yang mendokumentasikan pelanggaran antara Januari 2017 hingga Desember 2019, menekankan bahwa perekrutan dan penggunaan anak-anak merupakan jumlah terbesar dari pelanggaran terverifikasi, dengan total 3.601 anak laki-laki dan perempuan terkena dampak. Boko Haram bertanggung jawab atas perekrutan dan penggunaan 1.385 anak, terutama melalui penculikan, digunakan dalam permusuhan langsung, dan dalam berbagai peran pendukung, termasuk sebagai budak seksual.
"Salah satu praktik khusus dan paling tercela dari Boko Haram adalah menggunakan anak-anak, terutama perempuan, sebagai pembawa alat peledak improvisasi yang dibawa oleh personel," bunyi laporan itu. "Juga dikenal sebagai 'bom manusia'."
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda