Rusia kepada Turki: Bantu Damaikan Armenia-Azerbaijan, Bukan Menyiramkan Bensin
Selasa, 29 September 2020 - 20:56 WIB
MOSKOW - Rusia menyebut Turki , yang telah memberikan dukungan di belakang Azerbaijan, untuk menyerukan perdamaian bukan malah menyimrankan bensin saat pertempuran mematikan antara Armenia dengan Azerbaijan berkecamuk memasuki hari ketiga di Nagorno Karabakh .
"Setiap pernyataan tentang dukungan militer atau kegiatan militer pasti menambah bahan bakar ke dalam api," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (29/9/2020).
Ia mengatakan Rusia mengharapkan semua negara dan terutama negara mitra seperti Turki untuk melakukan segalanya untuk membujuk pihak yang bertikai untuk menghentikan kekerasan.
Peskov mengatakan pertempuran itu adalah subjek untuk analisis mendalam oleh Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif yang dipimpin Rusia, menolak berkomentar lebih lanjut tentang apa yang dia katakan sebagai masalah yang sangat sensitif.
Pernyataan ini muncul setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuntut Armenia mengakhiri "pendudukan" di Nagorno-Karabakh dan menyerukannya untuk meninggalkan wilayah tersebut, yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan.(Baca juga: Erdogan pada Armenia: Segera Angkat Kaki dari Nagorno-Karabakh! )
Sementara gejolak sebelumnya hanya berlangsung beberapa hari, skala pertempuran saat ini yang melibatkan tank, pesawat dan artileri tampak lebih besar dari kapan pun sejak Rusia menjadi perantara gencatan senjata tahun 1994 untuk menghentikan perang yang menewaskan sekitar 30.000 orang dan membuat lebih dari satu juta dari mereka mengungsi. Kedua belah pihak tidak pernah menandatangani perjanjian damai.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan bertemu dalam sesi tertutup untuk membahas krisis atas permintaan negara-negara Eropa, mengutip pejabat diplomatik yang tidak diidentifikasi.(Baca juga: Perang Armenia dengan Azerbaijan, Ini Perbandingan Kekuatan Militernya )
"Setiap pernyataan tentang dukungan militer atau kegiatan militer pasti menambah bahan bakar ke dalam api," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (29/9/2020).
Ia mengatakan Rusia mengharapkan semua negara dan terutama negara mitra seperti Turki untuk melakukan segalanya untuk membujuk pihak yang bertikai untuk menghentikan kekerasan.
Peskov mengatakan pertempuran itu adalah subjek untuk analisis mendalam oleh Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif yang dipimpin Rusia, menolak berkomentar lebih lanjut tentang apa yang dia katakan sebagai masalah yang sangat sensitif.
Pernyataan ini muncul setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuntut Armenia mengakhiri "pendudukan" di Nagorno-Karabakh dan menyerukannya untuk meninggalkan wilayah tersebut, yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan.(Baca juga: Erdogan pada Armenia: Segera Angkat Kaki dari Nagorno-Karabakh! )
Sementara gejolak sebelumnya hanya berlangsung beberapa hari, skala pertempuran saat ini yang melibatkan tank, pesawat dan artileri tampak lebih besar dari kapan pun sejak Rusia menjadi perantara gencatan senjata tahun 1994 untuk menghentikan perang yang menewaskan sekitar 30.000 orang dan membuat lebih dari satu juta dari mereka mengungsi. Kedua belah pihak tidak pernah menandatangani perjanjian damai.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan bertemu dalam sesi tertutup untuk membahas krisis atas permintaan negara-negara Eropa, mengutip pejabat diplomatik yang tidak diidentifikasi.(Baca juga: Perang Armenia dengan Azerbaijan, Ini Perbandingan Kekuatan Militernya )
(ber)
tulis komentar anda