Qatar Tolak Normalisasi dengan Israel sebelum Masalah Palestina Tuntas
Kamis, 17 September 2020 - 00:03 WIB
DOHA - Qatar menolak melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Alasannya, alasan normalisasi hubungan bukanlah inti solusi konflik Israel-Palestina yang sampai saat ini masih berlangsung.
"Kami tidak berpikir bahwa normalisasi adalah inti dari konflik ini dan karenanya tidak bisa menjadi jawabannya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Lolwah Rashid Al-Khater kepada Bloomberg.
"Inti dari konflik ini adalah tentang kondisi drastis yang dialami Palestina sebagai 'orang tanpa negara', hidup di bawah pendudukan," lanjut Al-Khater. (Baca: Bahrain, UEA dan Israel Teken Perjanjian Damai di Gedung Putih )
Dia juga menyinggung kemajuan menuju solusi untuk krisis dengan Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA) yang memberlakukan blokade yang mencekik terhadap Qatar sejak Juni 2017.
Diplomat tersebut memuji upaya Kuwait untuk mengakhiri perselisihan dan blokade ekonomi dan diplomatik terhadap Doha. "Dalam dua bulan terakhir, ada pesan dan pembawa pesan yang bolak-balik," katanya.
“Masih terlalu dini untuk membicarakan terobosan nyata, tetapi beberapa minggu ke depan mungkin akan mengungkap sesuatu," ujarnya. (Baca juga: Daftar 4 Negara Arab dalam Pelukan Israel, yang Terbaru Bahrain )
Pada hari Selasa (15/9/2020) waktu Washington, Israel bersama UEA dan Bahrain menandatangani kesepakatan normalisasi hubungan di Gedung Putih, Amerika Serikat (AS). Presiden AS Donald Trump ikut meneken pakta itu sebagai saksi.
Palestina telah mengecam normalisasi hubungan Israel dan UEA serta Israel dan Bahrain sebagai bentuk pengkianatan saudara Arab-nya terhadap perjuangan rakyat Palestina melawan pendudukan Zionis Israel. Iran dan Turki juga melontarkan kecaman serupa.
"Kami tidak berpikir bahwa normalisasi adalah inti dari konflik ini dan karenanya tidak bisa menjadi jawabannya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Lolwah Rashid Al-Khater kepada Bloomberg.
"Inti dari konflik ini adalah tentang kondisi drastis yang dialami Palestina sebagai 'orang tanpa negara', hidup di bawah pendudukan," lanjut Al-Khater. (Baca: Bahrain, UEA dan Israel Teken Perjanjian Damai di Gedung Putih )
Dia juga menyinggung kemajuan menuju solusi untuk krisis dengan Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA) yang memberlakukan blokade yang mencekik terhadap Qatar sejak Juni 2017.
Diplomat tersebut memuji upaya Kuwait untuk mengakhiri perselisihan dan blokade ekonomi dan diplomatik terhadap Doha. "Dalam dua bulan terakhir, ada pesan dan pembawa pesan yang bolak-balik," katanya.
“Masih terlalu dini untuk membicarakan terobosan nyata, tetapi beberapa minggu ke depan mungkin akan mengungkap sesuatu," ujarnya. (Baca juga: Daftar 4 Negara Arab dalam Pelukan Israel, yang Terbaru Bahrain )
Pada hari Selasa (15/9/2020) waktu Washington, Israel bersama UEA dan Bahrain menandatangani kesepakatan normalisasi hubungan di Gedung Putih, Amerika Serikat (AS). Presiden AS Donald Trump ikut meneken pakta itu sebagai saksi.
Palestina telah mengecam normalisasi hubungan Israel dan UEA serta Israel dan Bahrain sebagai bentuk pengkianatan saudara Arab-nya terhadap perjuangan rakyat Palestina melawan pendudukan Zionis Israel. Iran dan Turki juga melontarkan kecaman serupa.
(min)
tulis komentar anda