Rusia Pertanyakan Tudingan Microsoft
Minggu, 13 September 2020 - 09:53 WIB
Pada tahun 2016, kelompok peretas intelijen militer Rusia yang terkenal "Fancy Bear" diketahui telah menyerang tim kampanye Partai Demokrat. Grup tersebut tampaknya telah kembali. Microsoft menemukan bahwa organisasi tersebut baru-baru ini menargetkan pejabat nasional dan negara di AS serta konsultan yang bekerja untuk Partai Republik dan Demokrat.
Perusahaan itu mengatakan kelompok Rusia itu telah menargetkan lebih dari 200 organisasi, termasuk organisasi yang terkait dengan politik dan kebijakan di Eropa serta kelompok yang berafiliasi dengan pemilu.
Microsoft memiliki tim yang melacak grup peretasan canggih dan laporan yang dirilis Kamis memberikan wawasan paling mendalam tentang bagaimana peretas menargetkan pemilu.
Pejabat intelijen juga mengatakan mereka menemukan bukti bahwa Rusia saat ini mencampuri pemilu untuk merugikan kampanye Biden. (Baca: Tim Kampanye Biden dan Trump Jadi Target Hacker Tiga Negara )
Menurut pernyataan publik yang dikeluarkan oleh komunitas intelijen dan sumber yang mengetahui bukti yang mendasarinya komunitas intelijen AS telah menilai bahwa China dan Iran lebih suka Trump kalah pada November lalu, tetapi para pejabat belum memberikan indikasi hingga saat ini bahwa kedua negara tersebut bertindak berdasarkan preferensi itu dengan cara yang sama seperti Rusia.
Perusahaan itu mengatakan kelompok Rusia itu telah menargetkan lebih dari 200 organisasi, termasuk organisasi yang terkait dengan politik dan kebijakan di Eropa serta kelompok yang berafiliasi dengan pemilu.
Microsoft memiliki tim yang melacak grup peretasan canggih dan laporan yang dirilis Kamis memberikan wawasan paling mendalam tentang bagaimana peretas menargetkan pemilu.
Pejabat intelijen juga mengatakan mereka menemukan bukti bahwa Rusia saat ini mencampuri pemilu untuk merugikan kampanye Biden. (Baca: Tim Kampanye Biden dan Trump Jadi Target Hacker Tiga Negara )
Menurut pernyataan publik yang dikeluarkan oleh komunitas intelijen dan sumber yang mengetahui bukti yang mendasarinya komunitas intelijen AS telah menilai bahwa China dan Iran lebih suka Trump kalah pada November lalu, tetapi para pejabat belum memberikan indikasi hingga saat ini bahwa kedua negara tersebut bertindak berdasarkan preferensi itu dengan cara yang sama seperti Rusia.
(ber)
tulis komentar anda