Konser Ritual Kematian Warga Singapura Ditayangkan Online
Rabu, 09 September 2020 - 10:25 WIB
SINGAPURA - Lampu studio menyala terang, setrum listrik mengalir ke sound system, dan band-band serta penyanyi solo mulai bersiap-siap menampilkan performa terbaik mereka selama konser getai di Singapura kemarin.
Meski tak seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka tampak bersemangat untuk melantunkan nada-nada riang. Konser getai merupakan bagian dari Festival Hantu Kelaparan (Hungry Ghost Festival) yang dibawa bangsa China ke Singapura. Warga setempat biasanya menyambut arwah gentayangan yang diyakini kembali ke dunia dengan menggelar berbagai macam hiburan. (Baca: 9 Cara Menghindari Dosa Dusta dan Ghibah)
Salah satunya konser musik yang disiapkan secara istimewa. Namun, konser getai tahun ini sedikit berbeda dari tahun lalu. Dengan mewabahnya virus corona (Covid-19), aksi konser terpaksa dilakukan secara online yang ditayangkan secara live dari studio musik. Bagi sebagian musisi, konser getai merupakan jalan hidup mereka dalam meraih penghasilan.
Begitu pun dengan Febe Huang yang sering konser ke berbagai distrik. “Ketika Covid-19 mewabah di Singapura, saya dan suami tidak memperoleh penghasilan seperak pun dalam tiga atau dua bulan terakhir dari industri musik,” ujar Huang, dikutip Reuters. “Dengan kondisi itu, kami sempat beralih profesi menjadi penjual online untuk dapat bertahan hidup. Meski kecil, kami bersyukur. Sekarang, kami kembali ikut konser getai.” (Baca juga: Kemendikbud Khawatir Banyak Anak Putus Sekolah karena Covid-19)
Festival Hantu Kelaparan digelar pada bulan ketujuh dalam kalender China. Para musisi mengatakan, konser getai merupakan perayaan budaya yang selalu menarik banyak pengunjung. Meski konser tidak dibatalkan dan tetap dilaksanakan secara online, mereka menilai atmosfer dan auranya berbeda dengan konser langsung di atas panggung.
“Setiap tahun, kami selalu memiliki perasaan yang sama ketika Festival Hantu Kelaparan tiba, semuanya merasa senang. Namun, tahun ini saya pribadi merasa hampa. Saya tidak dapat merasakan rasa istimewa yang biasa saya rasakan ketika akan menyambut festival ini di Singapura,” kata Sam Loo yang sudah 37 tahun memeriahkan konser getai.
Antusias warga lokal untuk menyaksikan konser getai juga tidak menurun dan masih tinggi. Konser online getai sedikitnya menarik ratusan ribu penonton. Pendiri firma yang menyusun konser getai, Aaron Tan, berharap kenaikan jumlah penonton secara virtual dapat tumpah ke lapangan dalam pertunjukan langsung ketika situasi kembali normal. (Lihat videonya: Kesultanan Buton yag Tidak Pernah Dijajah Negara Eropa)
Menjelang konser, jamaah kuil telah menyembah patung dewa dan menawarkan makanan dan minuman, mulai bir Guinness hingga Martell Cordon Bleu. Berdandan secara mencolok, para penyanyi juga mulai melantunkan berbagai lagu dengan dialek Hokkien, dialek diaspora asal China yang tinggal di Asia Tenggara. Para komedian juga mulai beraksi dan menggelitik para penonton. (Muh Shamil)
Meski tak seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka tampak bersemangat untuk melantunkan nada-nada riang. Konser getai merupakan bagian dari Festival Hantu Kelaparan (Hungry Ghost Festival) yang dibawa bangsa China ke Singapura. Warga setempat biasanya menyambut arwah gentayangan yang diyakini kembali ke dunia dengan menggelar berbagai macam hiburan. (Baca: 9 Cara Menghindari Dosa Dusta dan Ghibah)
Salah satunya konser musik yang disiapkan secara istimewa. Namun, konser getai tahun ini sedikit berbeda dari tahun lalu. Dengan mewabahnya virus corona (Covid-19), aksi konser terpaksa dilakukan secara online yang ditayangkan secara live dari studio musik. Bagi sebagian musisi, konser getai merupakan jalan hidup mereka dalam meraih penghasilan.
Begitu pun dengan Febe Huang yang sering konser ke berbagai distrik. “Ketika Covid-19 mewabah di Singapura, saya dan suami tidak memperoleh penghasilan seperak pun dalam tiga atau dua bulan terakhir dari industri musik,” ujar Huang, dikutip Reuters. “Dengan kondisi itu, kami sempat beralih profesi menjadi penjual online untuk dapat bertahan hidup. Meski kecil, kami bersyukur. Sekarang, kami kembali ikut konser getai.” (Baca juga: Kemendikbud Khawatir Banyak Anak Putus Sekolah karena Covid-19)
Festival Hantu Kelaparan digelar pada bulan ketujuh dalam kalender China. Para musisi mengatakan, konser getai merupakan perayaan budaya yang selalu menarik banyak pengunjung. Meski konser tidak dibatalkan dan tetap dilaksanakan secara online, mereka menilai atmosfer dan auranya berbeda dengan konser langsung di atas panggung.
“Setiap tahun, kami selalu memiliki perasaan yang sama ketika Festival Hantu Kelaparan tiba, semuanya merasa senang. Namun, tahun ini saya pribadi merasa hampa. Saya tidak dapat merasakan rasa istimewa yang biasa saya rasakan ketika akan menyambut festival ini di Singapura,” kata Sam Loo yang sudah 37 tahun memeriahkan konser getai.
Antusias warga lokal untuk menyaksikan konser getai juga tidak menurun dan masih tinggi. Konser online getai sedikitnya menarik ratusan ribu penonton. Pendiri firma yang menyusun konser getai, Aaron Tan, berharap kenaikan jumlah penonton secara virtual dapat tumpah ke lapangan dalam pertunjukan langsung ketika situasi kembali normal. (Lihat videonya: Kesultanan Buton yag Tidak Pernah Dijajah Negara Eropa)
Menjelang konser, jamaah kuil telah menyembah patung dewa dan menawarkan makanan dan minuman, mulai bir Guinness hingga Martell Cordon Bleu. Berdandan secara mencolok, para penyanyi juga mulai melantunkan berbagai lagu dengan dialek Hokkien, dialek diaspora asal China yang tinggal di Asia Tenggara. Para komedian juga mulai beraksi dan menggelitik para penonton. (Muh Shamil)
(ysw)
tulis komentar anda