Jet Tempur Canggih China Berikutnya Kemungkinan F-35 Super
Jum'at, 04 September 2020 - 07:03 WIB
BEIJING - Perancang jet tempur siluman J-20 China membocorkan sedikit visi tentang seperti apa tampilan jet tempur China berikutnya. Forbes menyimpulkan wujud pesawat masa depan itu akan seperti F-35 super, yakni versi lebih canggih dari jet tempur siluman F-35 Amerika Serikat (AS).
"Revolusioner, sebuah jet tempur generasi berikutnya yang merusak kognisi, characterized by long-range, kemampuan tinggi dalam penetrasi, awareness, berdaya tembak dan pengambilan keputusan yang cepat, akan segera muncul di tengah persaingan kekuatan yang hebat," demikian gambaran sekilas jet tempur berikutnya China yang disimpulkan media pemerintah Global Times.
Kesimpulan itu mengutip makalah teknis yang ditulis oleh Yang Wei, perancang pesawat di Aviation Industry Corporation of China yang juga kepala perancang pesawat tempur siluman J-20. Dengan laporan bahwa China berencana untuk mengembangkan jet siluman generasi berikutnya pada tahun 2035, fakta bahwamakalah Yang dikutip di media pemerintah China menjadi penting. (Baca: Media Israel: Mossad Dukung Penjualan Jet Tempur Siluman F-35 AS ke UEA )
"Mengutip proyek asing, Yang mengatakan bahwa jet tempur masa depan umumnya akan membutuhkan jarak tempur yang lebih jauh, daya tahan yang lebih lama, kemampuan siluman yang lebih kuat, muatan senjata air-to-air dan air-to-surface yang lebih besar, dan fungsionalitas untuk menyediakan pilot dengan gambar dan prediksi situasi medan perang yang mudah dipahami," lanjut laporan Global Times.
"Dalam sistem terintegrasi, pesawat harus dapat membentuk jaringan, menggambar tampilan situasi terintegrasi real-time, membuat beberapa rute serangan, dan mengirimkan informasi target ke seluruh area misi secara real-time."
"Visi Yang dapat menunjukkan seperti apa jet tempur masa depan China," imbuh media yang dikelola Partai Komunis China tersebut, seperti dikutip Forbes, Kamis (3/9/2020).
Menulis di jurnal aeronautika China, Acta Aeronautica et Astronautica Sinica, Yang menyimpulkan bahwa pada generasi jet tempur yang lebih tua, kemampuan manuver menjadi faktor penentu, tetapi konsep ini menjadi ketinggalan zaman dengan perkembangan rudal air-to-air jarak menengah, rudal dengan kemampuan serangan di luar jangkauan visual jet tempur tersebut.
"Informasi sekarang telah menjadi faktor penentu, karena jet tempur modern fokus untuk mendapatkan lebih banyak informasi dengan bantuan radar AESA dan rantai data, sementara juga mengurangi kemampuan lawan untuk mendapatkan informasi, termasuk menggunakan teknologi siluman dan electronic countermeasures," imbuh laporan Global Times. (Baca: Perancang J-20: Jet Tempur Siluman F-22 Raptor AS Tak Kompeten Melawan China )
Menurut Yang, artificial intelligence (AI) juga akan sangat penting untuk membantu pilot pesawat tempur berawak. Namun, Yang tidak menyebutnya sebagai jet tempur otonom murni, meskipun beberapa ahli Barat percaya bahwa pesawat tempur tak berawak hanyalah masalah waktu.
"China mengincar untuk mengembangkan jet tempur generasi berikutnya pada tahun 2035 atau lebih awal, yang dapat menampilkan laser, mesin adaptif dan kemampuan untuk memimpin drone," tulis Global Times.
Yang menarik bukanlah seperti apa pesawat tempur siluman China berikutnya, melainkan apa yang tidak. Itu tidak akan seperti Su-27, Su-30, dan Su-35 China. Itu pada dasarnya adalah desain pesawat era Perang Dingin yang dirancang untuk menjadi dogfighter yang sangat bermanuver, dan yang tidak memiliki otomatisasi dan datalink.
Pesawat tempur baru itu, menurut Forbes, tampaknya lebih dekat dengan pesawat tempur siluman J-20 China, yang merupakan pesawat berat dengan kemampuan manuver yang buruk dan dirancang untuk meluncurkan rudal air-to-air jarak jauh. Tetapi tidak ada bukti bahwa ia memiliki kemampuan jaringan yang ditemukan di pesawat Barat terbaru, di mana para jet tempur terus bertukar lokasi dan data penargetan dengan pesawat, kapal, dan pasukan darat lain.
Jaringan semacam itu sebenarnya terdengar seperti pesawat tempur siluman F-22 AS, yang dilengkapi dengan kemampuan datalink yang luas dan dapat menangkap target dari jarak jauh dengan rudal air-to-air AIM-120D yang baru. Kecuali bahwa F-22 bisa menjadi dogfighter yang sangat bermanuver jika perlu.
Yang meninggalkan satu pesawat lain untuk dijadikan model oleh China. Pesawat tempur siluman F-35 AS tidak terlalu cepat atau dapat bermanuver. Faktanya, jika F-35 melakukan pertempuran udara jarak dekat, maka pilotnya mungkin melakukan kesalahan. Tetapi F-35 secara tegas dirancang untuk menjadi pesawat dengan jaringan tinggi dengan otomatisasi ekstensif, termasuk sistem fusi sensor yang menghadirkan kesadaran situasional 360 derajat terintegrasi kepada pilot. Teknologi ini masih bermasalah untuk saat ini, tetapi sesuai dengan visi Yang tentang jet tempur China generasi berikutnya. (Baca juga: Hebat! Pesawat Tempur F-16 TNI AU Bisa Tembak 4 Target Sekaligus Tanpa Melihat )
Masih ada masalah dengan konsep pesawat tempur Amerika yang harus diatasi oleh China. F-35 dapat beroperasi secara diam-diam dengan muatan senjata terbatas di dalam ruang bom internal, atau mengorbankan kemampuan siluman untuk memasuki "beast mode" dan mengangkut lebih banyak muatan. Pesawat tempur modern juga cenderung tidak memiliki range pesawat yang lebih tua seperti F-4 Phantom, yang membuat mereka memiliki waktu lebih sedikit untuk mencapai target atau dengan lebih banyak kebutuhan untuk pengisian bahan bakar udara.
Meskipun demikian, China sedang bergerak menuju cara perang yang lebih dari Barat yang menekankan senjata canggih dan mahal yang dirancang untuk bertarung sebagai bagian dari tim yang memiliki jaringan tinggi.
"Revolusioner, sebuah jet tempur generasi berikutnya yang merusak kognisi, characterized by long-range, kemampuan tinggi dalam penetrasi, awareness, berdaya tembak dan pengambilan keputusan yang cepat, akan segera muncul di tengah persaingan kekuatan yang hebat," demikian gambaran sekilas jet tempur berikutnya China yang disimpulkan media pemerintah Global Times.
Kesimpulan itu mengutip makalah teknis yang ditulis oleh Yang Wei, perancang pesawat di Aviation Industry Corporation of China yang juga kepala perancang pesawat tempur siluman J-20. Dengan laporan bahwa China berencana untuk mengembangkan jet siluman generasi berikutnya pada tahun 2035, fakta bahwamakalah Yang dikutip di media pemerintah China menjadi penting. (Baca: Media Israel: Mossad Dukung Penjualan Jet Tempur Siluman F-35 AS ke UEA )
"Mengutip proyek asing, Yang mengatakan bahwa jet tempur masa depan umumnya akan membutuhkan jarak tempur yang lebih jauh, daya tahan yang lebih lama, kemampuan siluman yang lebih kuat, muatan senjata air-to-air dan air-to-surface yang lebih besar, dan fungsionalitas untuk menyediakan pilot dengan gambar dan prediksi situasi medan perang yang mudah dipahami," lanjut laporan Global Times.
"Dalam sistem terintegrasi, pesawat harus dapat membentuk jaringan, menggambar tampilan situasi terintegrasi real-time, membuat beberapa rute serangan, dan mengirimkan informasi target ke seluruh area misi secara real-time."
"Visi Yang dapat menunjukkan seperti apa jet tempur masa depan China," imbuh media yang dikelola Partai Komunis China tersebut, seperti dikutip Forbes, Kamis (3/9/2020).
Menulis di jurnal aeronautika China, Acta Aeronautica et Astronautica Sinica, Yang menyimpulkan bahwa pada generasi jet tempur yang lebih tua, kemampuan manuver menjadi faktor penentu, tetapi konsep ini menjadi ketinggalan zaman dengan perkembangan rudal air-to-air jarak menengah, rudal dengan kemampuan serangan di luar jangkauan visual jet tempur tersebut.
"Informasi sekarang telah menjadi faktor penentu, karena jet tempur modern fokus untuk mendapatkan lebih banyak informasi dengan bantuan radar AESA dan rantai data, sementara juga mengurangi kemampuan lawan untuk mendapatkan informasi, termasuk menggunakan teknologi siluman dan electronic countermeasures," imbuh laporan Global Times. (Baca: Perancang J-20: Jet Tempur Siluman F-22 Raptor AS Tak Kompeten Melawan China )
Menurut Yang, artificial intelligence (AI) juga akan sangat penting untuk membantu pilot pesawat tempur berawak. Namun, Yang tidak menyebutnya sebagai jet tempur otonom murni, meskipun beberapa ahli Barat percaya bahwa pesawat tempur tak berawak hanyalah masalah waktu.
"China mengincar untuk mengembangkan jet tempur generasi berikutnya pada tahun 2035 atau lebih awal, yang dapat menampilkan laser, mesin adaptif dan kemampuan untuk memimpin drone," tulis Global Times.
Yang menarik bukanlah seperti apa pesawat tempur siluman China berikutnya, melainkan apa yang tidak. Itu tidak akan seperti Su-27, Su-30, dan Su-35 China. Itu pada dasarnya adalah desain pesawat era Perang Dingin yang dirancang untuk menjadi dogfighter yang sangat bermanuver, dan yang tidak memiliki otomatisasi dan datalink.
Pesawat tempur baru itu, menurut Forbes, tampaknya lebih dekat dengan pesawat tempur siluman J-20 China, yang merupakan pesawat berat dengan kemampuan manuver yang buruk dan dirancang untuk meluncurkan rudal air-to-air jarak jauh. Tetapi tidak ada bukti bahwa ia memiliki kemampuan jaringan yang ditemukan di pesawat Barat terbaru, di mana para jet tempur terus bertukar lokasi dan data penargetan dengan pesawat, kapal, dan pasukan darat lain.
Jaringan semacam itu sebenarnya terdengar seperti pesawat tempur siluman F-22 AS, yang dilengkapi dengan kemampuan datalink yang luas dan dapat menangkap target dari jarak jauh dengan rudal air-to-air AIM-120D yang baru. Kecuali bahwa F-22 bisa menjadi dogfighter yang sangat bermanuver jika perlu.
Yang meninggalkan satu pesawat lain untuk dijadikan model oleh China. Pesawat tempur siluman F-35 AS tidak terlalu cepat atau dapat bermanuver. Faktanya, jika F-35 melakukan pertempuran udara jarak dekat, maka pilotnya mungkin melakukan kesalahan. Tetapi F-35 secara tegas dirancang untuk menjadi pesawat dengan jaringan tinggi dengan otomatisasi ekstensif, termasuk sistem fusi sensor yang menghadirkan kesadaran situasional 360 derajat terintegrasi kepada pilot. Teknologi ini masih bermasalah untuk saat ini, tetapi sesuai dengan visi Yang tentang jet tempur China generasi berikutnya. (Baca juga: Hebat! Pesawat Tempur F-16 TNI AU Bisa Tembak 4 Target Sekaligus Tanpa Melihat )
Masih ada masalah dengan konsep pesawat tempur Amerika yang harus diatasi oleh China. F-35 dapat beroperasi secara diam-diam dengan muatan senjata terbatas di dalam ruang bom internal, atau mengorbankan kemampuan siluman untuk memasuki "beast mode" dan mengangkut lebih banyak muatan. Pesawat tempur modern juga cenderung tidak memiliki range pesawat yang lebih tua seperti F-4 Phantom, yang membuat mereka memiliki waktu lebih sedikit untuk mencapai target atau dengan lebih banyak kebutuhan untuk pengisian bahan bakar udara.
Meskipun demikian, China sedang bergerak menuju cara perang yang lebih dari Barat yang menekankan senjata canggih dan mahal yang dirancang untuk bertarung sebagai bagian dari tim yang memiliki jaringan tinggi.
(min)
tulis komentar anda