Sheikh Al Azhar Sebut Membakar Alquran sebagai Aksi Terorisme
Rabu, 02 September 2020 - 15:42 WIB
KAIRO - Sheikh Ahmed el-Tayyeb, imam Al-Azhar Islamic Center Mesir, mengecam tindakan penistaan Alquran di Swedia dan Norwegia . Salinan kitab suci Alquran dibakar kelompok anti-Islam di Malmo, sedangkan di Oslo massa anti-Islam merobek dan meludahi salinan kitab suci tersebut.
Dua aksi penistaan kitab suci umat Islam di kedua negara itu berlangsung akhir pekan lalu. Ulah kelompok anti-Islam itu memicu kemarahan umat Muslim setempat hingga terjadi kerusuhan. (Baca: PM Norwegia Bela Penistaan Alquran sebagai Kebebasan Berbicara )
Dalam pesan yang di-posting di Facebook, seperti dilansir al-Alam TV, Sheikh Ahmed el-Tayyeb menggambarkan pembakaran Alquran sebagai tindakan terorisme.
"Ini adalah langkah rasisme dan kejahatan rasial yang ditentang oleh semua peradaban manusia," katanya yang dikutip International Quran News Agency (IQNA), Rabu (2/9/2020).
"Mereka yang melakukan kejahatan ini harus menyadari bahwa mereka menyakiti perasaan lebih dari satu miliar Muslim," ujarnya.
Negara-negara Muslim mengutuk keras insiden di Swedia dan Norwegia tersebut. Pembakaran salinan Alquran di Malmo dilakukan oleh kelompok ekstrimis sayap kanan pada hari Jumat.
Sehari kemudian, pada protes anti-Islam di Oslo, Norwegia—yang diadakan oleh kelompok sayap kanan Stop the Islamization of Norway (SION)—seorang pengunjuk rasa merobek halaman-halaman Alquran dan meludahinya. (Baca juga: Turki Desak Eropa Respons Serius Penistaan Alquran di Swedia dan Norwegia )
Sementara itu, Departemen Studi Islam Al-Azhar Islamic Center Mesir meluncurkan kampanye melawan Islamofobia.
"Islam that They Do Not Know (Islam yang Mereka Tidak Tahu)" adalah judul kampanye tersebut, yang diluncurkan di Twitter dan Facebook menyusul tindakan penistaan Alquran di dua negara Eropa.
Pejabat Al-Azhar, Nazir Ayad, mengatakan langkah itu bertujuan untuk mengoreksi citra yang salah yang ada dalam pikiran beberapa orang tentang Islam.
"Citra yang salah seperti itu telah menyebabkan penghinaan dan penodaan terhadap kesucian Islam dan memicu rasisme dan ekstremisme," katanya.
Dua aksi penistaan kitab suci umat Islam di kedua negara itu berlangsung akhir pekan lalu. Ulah kelompok anti-Islam itu memicu kemarahan umat Muslim setempat hingga terjadi kerusuhan. (Baca: PM Norwegia Bela Penistaan Alquran sebagai Kebebasan Berbicara )
Dalam pesan yang di-posting di Facebook, seperti dilansir al-Alam TV, Sheikh Ahmed el-Tayyeb menggambarkan pembakaran Alquran sebagai tindakan terorisme.
"Ini adalah langkah rasisme dan kejahatan rasial yang ditentang oleh semua peradaban manusia," katanya yang dikutip International Quran News Agency (IQNA), Rabu (2/9/2020).
"Mereka yang melakukan kejahatan ini harus menyadari bahwa mereka menyakiti perasaan lebih dari satu miliar Muslim," ujarnya.
Negara-negara Muslim mengutuk keras insiden di Swedia dan Norwegia tersebut. Pembakaran salinan Alquran di Malmo dilakukan oleh kelompok ekstrimis sayap kanan pada hari Jumat.
Sehari kemudian, pada protes anti-Islam di Oslo, Norwegia—yang diadakan oleh kelompok sayap kanan Stop the Islamization of Norway (SION)—seorang pengunjuk rasa merobek halaman-halaman Alquran dan meludahinya. (Baca juga: Turki Desak Eropa Respons Serius Penistaan Alquran di Swedia dan Norwegia )
Sementara itu, Departemen Studi Islam Al-Azhar Islamic Center Mesir meluncurkan kampanye melawan Islamofobia.
"Islam that They Do Not Know (Islam yang Mereka Tidak Tahu)" adalah judul kampanye tersebut, yang diluncurkan di Twitter dan Facebook menyusul tindakan penistaan Alquran di dua negara Eropa.
Pejabat Al-Azhar, Nazir Ayad, mengatakan langkah itu bertujuan untuk mengoreksi citra yang salah yang ada dalam pikiran beberapa orang tentang Islam.
"Citra yang salah seperti itu telah menyebabkan penghinaan dan penodaan terhadap kesucian Islam dan memicu rasisme dan ekstremisme," katanya.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda