PM Norwegia Bela Penistaan Alquran sebagai Kebebasan Berbicara
loading...
A
A
A
OSLO - Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg membela aksi perempuan dari kelompok Stop Islamization of Norway (SIAN) yang merobek dan meludahi salinan kitab suci Alquran sebagai kebebasan berbicara yang dijamin konstitusi. Meski demikian, Solberg mengaku menjauhkan diridari kelompok tersebut.
Kelompok SIAN melakukan penistaan salinan Alquran dalam unjuk rasa anti-Islam di dekat gedung parlemen, Sabtu pekan lalu. Tindakan kelompok itu memicu kemarahan umat Islam setempat dan terjadilah kerusuhan. (Baca: Turki Desak Eropa Respons Serius Penodaan Alquran di Swedia dan Norwegia )
Polisi mengerahkan gas air mata dan semprotan merica sebagai bagian dari upaya untuk memisahkan kelompok-kelompok yang berseteru dalam kerusuhan tersebut, tetapi seorang pengunjuk rasa rival SIAN berhasil menembus barisan dan menendang perempuan yang menista salinan Alquran. Polisi melakukan beberapa kali penangkapan.
"(Saya) sangat khawatir bahwa kebebasan berbicara, yang kami bela dengan kuat di Norwegia, dapat dialami secara berbeda di negara lain, atau mungkin dianggap bahwa kami tidak peduli dengan pandangan yang dimiliki SIAN, karena kami melakukan," kata Solberg kepada kantor berita NTB.
"Saya sangat memisahkan diri saya dari semua yang mereka (SIAN) perjuangkan," katanya. "Saya pikir menyakitkan mendengar bagaimana mereka berbicara tentang orang-orang yang tinggal di negara ini, berbicara tentang iman orang-orang yang tinggal di negara ini." (Baca juga: Jawab Kecaman Turki, Partai Kemajuan: Membakar Alquran Legal di Norwegia )
Pernyataan Solberg muncul sehari setelah Turki mengecam protes SIAN. Kementerian Luar Negeri Turki, seperti dikutip Daily Sabah, Rabu (2/9/2020), mengatakan sangat salah melihat rasisme dan permusuhan terhadap Islam sebagai bagian dari kebebasan berbicara.
Faktanya, kata kementerian itu, bahwa partai politik arus utama tidak mencegah, atau sebagian mengizinkan pidato rasis ini hanya untuk mendapatkan suara adalah ancaman serius.
Kelompok SIAN melakukan penistaan salinan Alquran dalam unjuk rasa anti-Islam di dekat gedung parlemen, Sabtu pekan lalu. Tindakan kelompok itu memicu kemarahan umat Islam setempat dan terjadilah kerusuhan. (Baca: Turki Desak Eropa Respons Serius Penodaan Alquran di Swedia dan Norwegia )
Polisi mengerahkan gas air mata dan semprotan merica sebagai bagian dari upaya untuk memisahkan kelompok-kelompok yang berseteru dalam kerusuhan tersebut, tetapi seorang pengunjuk rasa rival SIAN berhasil menembus barisan dan menendang perempuan yang menista salinan Alquran. Polisi melakukan beberapa kali penangkapan.
"(Saya) sangat khawatir bahwa kebebasan berbicara, yang kami bela dengan kuat di Norwegia, dapat dialami secara berbeda di negara lain, atau mungkin dianggap bahwa kami tidak peduli dengan pandangan yang dimiliki SIAN, karena kami melakukan," kata Solberg kepada kantor berita NTB.
"Saya sangat memisahkan diri saya dari semua yang mereka (SIAN) perjuangkan," katanya. "Saya pikir menyakitkan mendengar bagaimana mereka berbicara tentang orang-orang yang tinggal di negara ini, berbicara tentang iman orang-orang yang tinggal di negara ini." (Baca juga: Jawab Kecaman Turki, Partai Kemajuan: Membakar Alquran Legal di Norwegia )
Pernyataan Solberg muncul sehari setelah Turki mengecam protes SIAN. Kementerian Luar Negeri Turki, seperti dikutip Daily Sabah, Rabu (2/9/2020), mengatakan sangat salah melihat rasisme dan permusuhan terhadap Islam sebagai bagian dari kebebasan berbicara.
Faktanya, kata kementerian itu, bahwa partai politik arus utama tidak mencegah, atau sebagian mengizinkan pidato rasis ini hanya untuk mendapatkan suara adalah ancaman serius.
(min)