Pemilu AS 2024 Mengubah Makna Demokrasi, Berikut 5 Faktanya

Senin, 30 Desember 2024 - 22:55 WIB
Donald Trump menciptakan sejatah dengan mengubah makna demokrasi. Foto/X/@MAGAVoice
WASHINGTON - Tahun ini mungkin akan segera berakhir, tetapi peristiwa politik luar biasa di musim pemilihan Amerika Serikat akan membayangi tahun 2025 dan seterusnya.

Ada banyak momen bersejarah: dari vonis Presiden terpilih Donald Trump yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam persidangan uang tutup mulut di New York, hingga keluarnya Presiden Joe Biden yang mengejutkan – dan sangat tertunda – dari persaingan, hingga dua upaya pembunuhan terhadap calon presiden terpilih tersebut.

Dan, tentu saja, ada kemenangan Trump dalam pemilihan presiden November – kembalinya ke puncak bagi seorang pria yang banyak orang pikir sudah tamat secara politik ketika ia kalah dalam pemilihan 2020, dan menolak menerima hasilnya.

Dengan meredanya kemenangan Trump atas Wakil Presiden Kamala Harris, beberapa tren telah muncul mengenai apa yang memotivasi dan tidak memotivasi pemilih di salah satu negara paling berpengaruh di dunia.



Pemilu AS 2024 Mengubah Makna Demokrasi, Berikut 5 Faktanya

1. Kemenangan Donald yang Sangat Menyakinkan

Trump memang menyapu bersih negara-negara bagian medan pertempuran, sehingga peta Electoral College pada malam pemilihan menjadi sangat merah.

Ia memperoleh 312 suara elektoral, dibandingkan dengan Harris yang memperoleh 226 suara, dan untuk pertama kalinya dalam karier politiknya, memenangkan suara rakyat nasional, meningkatkan hasil tahun 2020-nya dengan beberapa demografi utama serta di daerah perkotaan utara yang telah lama dianggap sebagai wilayah Demokrat.

Namun dengan hasil akhir pemungutan suara yang diajukan pada tanggal 11 Desember, "mandat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan kuat" yang diklaim Trump pada malam pemilihan terbukti menjadi perubahan yang lebih tenang.

Dalam hitungan akhir, Trump gagal memperoleh dukungan mayoritas pemilih AS, memperoleh 49,9 persen suara berbanding 48,4 suara Harris. Itu adalah salah satu margin kemenangan paling ketat sejak 1968, kedua setelah margin tipis George W Bush vs Al Gore pada tahun 2020.

Ini jauh dari margin kemenangan 8,5 persen yang diraih Presiden Bill Clinton pada tahun 1996, dan lebih jauh lagi dari margin 18,2 persen yang diraih Ronald Reagan pada tahun 1984, Seth Masket, direktur Center on American Politics di University of Denver, mengemukakan.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More