6 Negara Arab yang Warganya Banyak Ikut Rayakan Natal, Siapa Saja?
Selasa, 24 Desember 2024 - 21:01 WIB
RIYADH - Terdapat sejumlah negara Arab yang warganya banyak ikut rayakan Natal. Dari sekian nama, termasuk juga Arab Saudi yang sudah banyak mengalami perubahan sejak naiknya pengaruh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).
Natal adalah perayaan penting bagi umat Kristiani di penjuru dunia. Umumnya, momen tersebut jatuh pada 25 Desember setiap tahunnya.
Tak hanya negara-negara dengan penduduk mayoritas Kristen, perayaan Natal juga diramaikan masyarakat di kawasan Arab.
Menariknya, momen semacam ini tidak hanya dirayakan komunitas Kristen, tetapi juga warga lokal yang menganut agama lain, tak terkecuali Islam.
Negara Arab yang Warganya Banyak Ikut Rayakan Natal
Arab Saudi dikenal sebagai negara dengan kekayaan warisan budaya dan tradisi Islam yang menawan.
Kendati begitu, Riyadh sudah mengalami banyak perubahan dan mulai terbuka untuk budaya-budaya asing, termasuk dari kalangan non-Islam.
Salah satu titik balik perubahan di Arab Saudi terlihat setelah Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) menjadi Putra Mahkota. Putra Raja Salman tersebut telah mengubah banyak hal di sana dengan pemahaman yang lebih liberal.
Mengutip Arab News, beberapa tahun yang lalu, Natal merupakan acara yang sederhana di Arab Saudi. Momen semacam ini hanya dirayakan oleh para ekspatriat di balik pintu tertutup.
Kini, berkat perubahan lingkungan dan budaya toleransi beragama, perayaan Natal telah dirayakan secara lebih terbuka.
Menariknya, tak hanya dinikmati para ekspatriat, sejumlah warga negara Muslim di sini juga ikut memeriahkannya.
Senada dengan hal tersebut, mulai banyak tempat seperti kafe, restoran, toko perlengkapan pesta hingga mal di seluruh Kerajaan dihiasi dengan lampu dan dekorasi ala Natal.
Pengunjung juga dapat menemukan pohon natal, ikat kepala rusa, topi Santa, sampai pernak-pernik dengan berbagai bentuk dan ukuran yang menarik di toko-toko tersebut.
Kendati Natal bukanlah tradisi Islam, sejumlah Muslim di sana percaya momen ini adalah waktu untuk berbagi kegembiraan.
Maka dari itu, mereka tak keberatan untuk merayakan Natal meski hanya sekadar berkumpul dengan teman, keluarga, dan tetangga.
Lebih jauh, Natal bukan satu-satunya hari raya ‘asing’ yang dirayakan secara terbuka di Arab Saudi era modern. Warga Riyadh juga banyak yang ikut merayakan momen seperti Hari Valentine dan Malam Tahun Baru.
Berikutnya ada Lebanon. Sebagian orang yang bukan penganut Kristen di sini juga bersemangat merayakan Natal.
Alasannya beragam, baik untuk menunjukkan rasa toleransi atau memang tertarik pada budaya orang Kristen yang merayakan Natal.
Sebagian dari mereka yang tertarik melihat Natal sebagai hari raya yang menyenangkan di mana orang-orang dapat berkumpul dan menghabiskan waktu bersama dengan kegembiraan.
Hal tersebut tak mengherankan mengingat komunitas Kristen di Lebanon memiliki banyak tradisi menarik. Di antaranya adalah keberadaan ‘Le panier des pauvres’ atau ‘Keranjang orang miskin’.
Mengutip L’Orient Today, Le panier des pauvres merupakan pemandangan yang umum dijumpai di rumah-rumah warga Lebanon selama Natal.
Berbentuk keranjang, di dalamnya terdapat tujuh makanan yang dipilih masing-masing mewakili satu hari dalam seminggu.
Warga Lebanon kemudian bisa menawarkannya kepada tetangga atau orang asing. Hal ini dianggap sebagai cara mengucapkan selamat Tahun Baru yang penuh kemakmuran.
Kemudian, ada yang mengatakan bahwa keranjang ini melambangkan persembahan orang Majus kepada Yesus.
Keranjang tersebut biasanya berisi campuran beberapa jenis kacang, termasuk kacang almond dan kastanye, kurma, kismis dan aprikot kering, cranberry dan prem.
Pemeluk Kristen di Mesir tidak semuanya merayakan Natal pada 25 Desember. Hal ini lantaran sebagian besar menganut Ortodoks Koptik, sehingga menggunakan kalender berbeda untuk menentukan waktu Natal, yakni 7 Januari.
Lagi, Natal di sini juga tidak hanya dirayakan umat Kristen saja. Warga dengan kepercayaan lain termasuk Muslim juga mengikuti kemeriahannya.
Mengutip Egyptian Streets, sebagian Muslim di sini menganggap bahwa mendekorasi rumah dengan pohon Natal atau sekadar bertukar hadiah dengan teman-teman sama pentingnya dengan membeli “Halawet El-Mouled”, sejenis permen yang dibagikan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad.
Lanjut, ada Irak. Negara Arab ini mengalami perubahan menarik saat lebih banyak umat Muslim di sana yang merayakan Natal daripada sebelumnya.
Mengutip DW, Natal bahkan semakin populer di Irak selatan yang menjadi basis mayoritas Muslim Syiah di negara itu.
Di Baghdad, dewan kota telah menempatkan pohon Natal di persimpangan jalan dan banyak hotel serta restoran besar didekorasi sesuai dengan perayaan tersebut.
Tak hanya itu, Irak bahkan menjadikan tanggal 25 Desember yang biasa dikenal sebagai Hari Natal sebagai hari libur nasional. Kebijakan ini berlaku sejak 2018 dan masih bertahan hingga sekarang.
Kemudian, komunitas Kristen di Irak juga memiliki beberapa tradisi unik dalam merayakan Natal yang kemudian ikut menarik perhatian kalangan non-Kristen. Salah satunya melibatkan api unggun raksasa yang dibuat melalui dahan berduri kering.
Apabila duri pohon yang dibakar itu menjadi abu secara keseluruhan, ada anggapan bahwa tahun depan akan dipenuhi banyak rezeki.
Suriah yang baru saja lepas dari rezim otoriter Bashar al-Assad juga memiliki kesan tersendiri terhadap Natal.
Kelompok Kristen di sini punya banyak kegiatan menarik, termasuk karnaval meriah yang memenuhi jalan-jalan di Damaskus dan kota-kota lainnya.
Mengutip Al Jazeera, ada sesuatu yang berbeda tentang Natal tahun ini di Damaskus. Alasannya tentu karena mereka akan merayakan Natal setelah kegembiraan berakhirnya rezim Assad beberapa waktu lalu.
Lampu dan pohon Natal menghiasi kafe, restoran, toko, dan rumah-rumah di lingkungan yang terletak hingga Gerbang Timur Kota Tua kuno. Gang-gang di sekitar Straight Street juga ramai dengan nuansa musim semi dan warga di sana turut mengibarkan bendera Free Syria berwarna hijau, putih, dan hitam.
Kemudian, ada juga Yordania. Negara ini menjadi satu dari sedikit negara Arab yang cukup terbuka pada perayaan seperti Natal.
Mengutip Jordan Times, pasar-pasar lokal di seluruh Yordania menyaksikan peningkatan nyata dalam aktivitas perdagangan menjelang Natal 2024.
Sebagian pelaku usaha menghubungkan peningkatan tersebut karena dampak acara-acara bertema liburan Natal yang berhasil menarik pelanggan ke gerai mereka.
Salah satu pusat keramaian bisa terlihat di Jalan Raya Abdali di pusat kota Amman. Menyambut musim liburan, jalan di sana sudah dihias dengan pohon Natal, sehingga menawarkan suasana meriah bagi pengunjung dari segala kalangan untuk menikmati pengalaman yang luar biasa.
Itulah beberapa negara Arab yang warganya banyak ikut rayakan Natal.
Natal adalah perayaan penting bagi umat Kristiani di penjuru dunia. Umumnya, momen tersebut jatuh pada 25 Desember setiap tahunnya.
Tak hanya negara-negara dengan penduduk mayoritas Kristen, perayaan Natal juga diramaikan masyarakat di kawasan Arab.
Menariknya, momen semacam ini tidak hanya dirayakan komunitas Kristen, tetapi juga warga lokal yang menganut agama lain, tak terkecuali Islam.
Negara Arab yang Warganya Banyak Ikut Rayakan Natal
1. Arab Saudi
Arab Saudi dikenal sebagai negara dengan kekayaan warisan budaya dan tradisi Islam yang menawan.
Kendati begitu, Riyadh sudah mengalami banyak perubahan dan mulai terbuka untuk budaya-budaya asing, termasuk dari kalangan non-Islam.
Salah satu titik balik perubahan di Arab Saudi terlihat setelah Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) menjadi Putra Mahkota. Putra Raja Salman tersebut telah mengubah banyak hal di sana dengan pemahaman yang lebih liberal.
Mengutip Arab News, beberapa tahun yang lalu, Natal merupakan acara yang sederhana di Arab Saudi. Momen semacam ini hanya dirayakan oleh para ekspatriat di balik pintu tertutup.
Kini, berkat perubahan lingkungan dan budaya toleransi beragama, perayaan Natal telah dirayakan secara lebih terbuka.
Menariknya, tak hanya dinikmati para ekspatriat, sejumlah warga negara Muslim di sini juga ikut memeriahkannya.
Senada dengan hal tersebut, mulai banyak tempat seperti kafe, restoran, toko perlengkapan pesta hingga mal di seluruh Kerajaan dihiasi dengan lampu dan dekorasi ala Natal.
Pengunjung juga dapat menemukan pohon natal, ikat kepala rusa, topi Santa, sampai pernak-pernik dengan berbagai bentuk dan ukuran yang menarik di toko-toko tersebut.
Kendati Natal bukanlah tradisi Islam, sejumlah Muslim di sana percaya momen ini adalah waktu untuk berbagi kegembiraan.
Maka dari itu, mereka tak keberatan untuk merayakan Natal meski hanya sekadar berkumpul dengan teman, keluarga, dan tetangga.
Lebih jauh, Natal bukan satu-satunya hari raya ‘asing’ yang dirayakan secara terbuka di Arab Saudi era modern. Warga Riyadh juga banyak yang ikut merayakan momen seperti Hari Valentine dan Malam Tahun Baru.
2. Lebanon
Berikutnya ada Lebanon. Sebagian orang yang bukan penganut Kristen di sini juga bersemangat merayakan Natal.
Alasannya beragam, baik untuk menunjukkan rasa toleransi atau memang tertarik pada budaya orang Kristen yang merayakan Natal.
Sebagian dari mereka yang tertarik melihat Natal sebagai hari raya yang menyenangkan di mana orang-orang dapat berkumpul dan menghabiskan waktu bersama dengan kegembiraan.
Hal tersebut tak mengherankan mengingat komunitas Kristen di Lebanon memiliki banyak tradisi menarik. Di antaranya adalah keberadaan ‘Le panier des pauvres’ atau ‘Keranjang orang miskin’.
Mengutip L’Orient Today, Le panier des pauvres merupakan pemandangan yang umum dijumpai di rumah-rumah warga Lebanon selama Natal.
Berbentuk keranjang, di dalamnya terdapat tujuh makanan yang dipilih masing-masing mewakili satu hari dalam seminggu.
Warga Lebanon kemudian bisa menawarkannya kepada tetangga atau orang asing. Hal ini dianggap sebagai cara mengucapkan selamat Tahun Baru yang penuh kemakmuran.
Kemudian, ada yang mengatakan bahwa keranjang ini melambangkan persembahan orang Majus kepada Yesus.
Keranjang tersebut biasanya berisi campuran beberapa jenis kacang, termasuk kacang almond dan kastanye, kurma, kismis dan aprikot kering, cranberry dan prem.
3. Mesir
Pemeluk Kristen di Mesir tidak semuanya merayakan Natal pada 25 Desember. Hal ini lantaran sebagian besar menganut Ortodoks Koptik, sehingga menggunakan kalender berbeda untuk menentukan waktu Natal, yakni 7 Januari.
Lagi, Natal di sini juga tidak hanya dirayakan umat Kristen saja. Warga dengan kepercayaan lain termasuk Muslim juga mengikuti kemeriahannya.
Mengutip Egyptian Streets, sebagian Muslim di sini menganggap bahwa mendekorasi rumah dengan pohon Natal atau sekadar bertukar hadiah dengan teman-teman sama pentingnya dengan membeli “Halawet El-Mouled”, sejenis permen yang dibagikan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad.
4. Irak
Lanjut, ada Irak. Negara Arab ini mengalami perubahan menarik saat lebih banyak umat Muslim di sana yang merayakan Natal daripada sebelumnya.
Mengutip DW, Natal bahkan semakin populer di Irak selatan yang menjadi basis mayoritas Muslim Syiah di negara itu.
Di Baghdad, dewan kota telah menempatkan pohon Natal di persimpangan jalan dan banyak hotel serta restoran besar didekorasi sesuai dengan perayaan tersebut.
Tak hanya itu, Irak bahkan menjadikan tanggal 25 Desember yang biasa dikenal sebagai Hari Natal sebagai hari libur nasional. Kebijakan ini berlaku sejak 2018 dan masih bertahan hingga sekarang.
Kemudian, komunitas Kristen di Irak juga memiliki beberapa tradisi unik dalam merayakan Natal yang kemudian ikut menarik perhatian kalangan non-Kristen. Salah satunya melibatkan api unggun raksasa yang dibuat melalui dahan berduri kering.
Apabila duri pohon yang dibakar itu menjadi abu secara keseluruhan, ada anggapan bahwa tahun depan akan dipenuhi banyak rezeki.
5. Suriah
Suriah yang baru saja lepas dari rezim otoriter Bashar al-Assad juga memiliki kesan tersendiri terhadap Natal.
Kelompok Kristen di sini punya banyak kegiatan menarik, termasuk karnaval meriah yang memenuhi jalan-jalan di Damaskus dan kota-kota lainnya.
Mengutip Al Jazeera, ada sesuatu yang berbeda tentang Natal tahun ini di Damaskus. Alasannya tentu karena mereka akan merayakan Natal setelah kegembiraan berakhirnya rezim Assad beberapa waktu lalu.
Lampu dan pohon Natal menghiasi kafe, restoran, toko, dan rumah-rumah di lingkungan yang terletak hingga Gerbang Timur Kota Tua kuno. Gang-gang di sekitar Straight Street juga ramai dengan nuansa musim semi dan warga di sana turut mengibarkan bendera Free Syria berwarna hijau, putih, dan hitam.
6. Yordania
Kemudian, ada juga Yordania. Negara ini menjadi satu dari sedikit negara Arab yang cukup terbuka pada perayaan seperti Natal.
Mengutip Jordan Times, pasar-pasar lokal di seluruh Yordania menyaksikan peningkatan nyata dalam aktivitas perdagangan menjelang Natal 2024.
Sebagian pelaku usaha menghubungkan peningkatan tersebut karena dampak acara-acara bertema liburan Natal yang berhasil menarik pelanggan ke gerai mereka.
Salah satu pusat keramaian bisa terlihat di Jalan Raya Abdali di pusat kota Amman. Menyambut musim liburan, jalan di sana sudah dihias dengan pohon Natal, sehingga menawarkan suasana meriah bagi pengunjung dari segala kalangan untuk menikmati pengalaman yang luar biasa.
Itulah beberapa negara Arab yang warganya banyak ikut rayakan Natal.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda