Paus Fransiskus Kembali Marah atas Kekejaman Israel: Anak-anak Gaza Ditembaki Senapan Mesin
Senin, 23 Desember 2024 - 09:20 WIB
VATIKAN - Paus Fransiskus pada hari Minggu menegaskan kembali kemarahannya atas serangan Israel di Jalur Gaza, mengecam kekejaman militer Zionis untuk kedua kali dalam beberapa hari terakhir.
"Dan dengan pedih saya memikirkan Gaza, tentang begitu banyak kekejaman, tentang anak-anak yang ditembaki dengan senapan mesin, tentang pengeboman sekolah dan rumah sakit. Betapa kejamnya," kata Paus Fransiskus setelah doa Angelus mingguannya, yang dilansir AFP, Senin (23/12/2024).
Kemarahan pemimpin Gereja Katolik ini muncul sehari setelah dia mengecam serangan udara militer Israel yang menewaskan tujuh anak dari satu keluarga di Gaza pada hari Jumat.
"Kemarin [Jumat] anak-anak dibom. Ini kekejaman, ini bukan perang," kata Paus 88 tahun asal Argentina itu kepada anggota pemerintahan Takhta Suci pada hari Sabtu.
Pernyataannya pada hari Sabtu itu memicu respons tajam dari rezim Zionis Israel.
Kementerian Luar Negeri Israel menggambarkan intervensi Paus Fransiskus sangat mengecewakan. "Karena tidak sesuai dengan konteks sebenarnya dan faktual dari perjuangan Israel melawan terorisme jihadis—perang multi-front yang dipaksakan padanya sejak 7 Oktober."
"Cukup dengan standar ganda dan tindakan mengasingkan negara Yahudi dan rakyatnya," lanjut kementerian itu.
"Kekejaman adalah teroris yang bersembunyi di balik anak-anak sambil mencoba membunuh anak-anak Israel; kekejaman adalah menyandera 100 orang selama 442 hari, termasuk bayi dan anak-anak, oleh teroris dan menyiksa mereka," imbuh kementerian tersebut.
Klaim kementerian itu merujuk pada tindakan Hamas yang menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang Gaza.
Badan penyelamat pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa serangan udara Israel di Gaza utara pada hari Jumat telah menewaskan 10 anggota keluarga, termasuk tujuh anak-anak.
Militer Israel kepada AFP berdalih bahwa mereka menyerang beberapa teroris yang beroperasi di sebuah bangunan militer milik Hamas. "Dan menimbulkan ancaman bagi tentara IDF (Pasukan Pertahanan Israel) yang beroperasi di daerah tersebut," katanya.
"Jumlah korban yang dilaporkan akibat serangan itu tidak sesuai dengan informasi yang dimiliki Angkatan Darat," imbuh militer Zionis.
Kritik yang meningkat terhadap Israel tampaknya menandai perubahan dalam nada bicara Paus Fransiskus dalam beberapa minggu terakhir.
Dia secara konsisten menyerukan perdamaian sejak dimulainya perang Israel-Hamas lebih dari 14 bulan yang lalu.
Namun pada akhir November, Paus Fransiskus mengecam "kesombongan penjajah" di Ukraina seperti di Palestina, yang kontras dengan tradisi netralitas Takhta Suci saat ini.
Dia baru-baru ini menerbitkan sebuah buku di mana dirinya menyerukan pengawasan ketat atas apakah situasi di Gaza sesuai dengan definisi teknis genosida, sebuah tuduhan yang dengan tegas ditolak oleh Zionis Israel.
Pada akhir September, Jesuit Argentina itu juga mengkritik penggunaan kekuatan tidak bermoral Israel di Gaza dan Lebanon, tempat Israel melancarkan serangan terhadap sekutu Hamas yang didukung Iran, Hizbullah.
Sejak 2013, Vatikan telah mengakui Negara Palestina, yang menjalin hubungan diplomatik dengannya, dan mendukung solusi dua negara.
Serangan Hamas pada 7 Oktober mengakibatkan tewasnya 1.208 orang di pihak Israel, menurut hitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Sedangkan perang brutal Israel telah menewaskan 45.259 warga Palestina di Gaza, yang sebagian besar warga sipil.
Angka-angka itu bersumber dari otoritas kesehatan Gaza dan dianggap kredibel oleh PBB.
"Dan dengan pedih saya memikirkan Gaza, tentang begitu banyak kekejaman, tentang anak-anak yang ditembaki dengan senapan mesin, tentang pengeboman sekolah dan rumah sakit. Betapa kejamnya," kata Paus Fransiskus setelah doa Angelus mingguannya, yang dilansir AFP, Senin (23/12/2024).
Kemarahan pemimpin Gereja Katolik ini muncul sehari setelah dia mengecam serangan udara militer Israel yang menewaskan tujuh anak dari satu keluarga di Gaza pada hari Jumat.
Baca Juga
"Kemarin [Jumat] anak-anak dibom. Ini kekejaman, ini bukan perang," kata Paus 88 tahun asal Argentina itu kepada anggota pemerintahan Takhta Suci pada hari Sabtu.
Pernyataannya pada hari Sabtu itu memicu respons tajam dari rezim Zionis Israel.
Kementerian Luar Negeri Israel menggambarkan intervensi Paus Fransiskus sangat mengecewakan. "Karena tidak sesuai dengan konteks sebenarnya dan faktual dari perjuangan Israel melawan terorisme jihadis—perang multi-front yang dipaksakan padanya sejak 7 Oktober."
"Cukup dengan standar ganda dan tindakan mengasingkan negara Yahudi dan rakyatnya," lanjut kementerian itu.
"Kekejaman adalah teroris yang bersembunyi di balik anak-anak sambil mencoba membunuh anak-anak Israel; kekejaman adalah menyandera 100 orang selama 442 hari, termasuk bayi dan anak-anak, oleh teroris dan menyiksa mereka," imbuh kementerian tersebut.
Klaim kementerian itu merujuk pada tindakan Hamas yang menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, yang memicu perang Gaza.
Badan penyelamat pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa serangan udara Israel di Gaza utara pada hari Jumat telah menewaskan 10 anggota keluarga, termasuk tujuh anak-anak.
Militer Israel kepada AFP berdalih bahwa mereka menyerang beberapa teroris yang beroperasi di sebuah bangunan militer milik Hamas. "Dan menimbulkan ancaman bagi tentara IDF (Pasukan Pertahanan Israel) yang beroperasi di daerah tersebut," katanya.
"Jumlah korban yang dilaporkan akibat serangan itu tidak sesuai dengan informasi yang dimiliki Angkatan Darat," imbuh militer Zionis.
Nada Paus Fransiskus Lebih Keras
Kritik yang meningkat terhadap Israel tampaknya menandai perubahan dalam nada bicara Paus Fransiskus dalam beberapa minggu terakhir.
Dia secara konsisten menyerukan perdamaian sejak dimulainya perang Israel-Hamas lebih dari 14 bulan yang lalu.
Namun pada akhir November, Paus Fransiskus mengecam "kesombongan penjajah" di Ukraina seperti di Palestina, yang kontras dengan tradisi netralitas Takhta Suci saat ini.
Dia baru-baru ini menerbitkan sebuah buku di mana dirinya menyerukan pengawasan ketat atas apakah situasi di Gaza sesuai dengan definisi teknis genosida, sebuah tuduhan yang dengan tegas ditolak oleh Zionis Israel.
Pada akhir September, Jesuit Argentina itu juga mengkritik penggunaan kekuatan tidak bermoral Israel di Gaza dan Lebanon, tempat Israel melancarkan serangan terhadap sekutu Hamas yang didukung Iran, Hizbullah.
Sejak 2013, Vatikan telah mengakui Negara Palestina, yang menjalin hubungan diplomatik dengannya, dan mendukung solusi dua negara.
Serangan Hamas pada 7 Oktober mengakibatkan tewasnya 1.208 orang di pihak Israel, menurut hitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Sedangkan perang brutal Israel telah menewaskan 45.259 warga Palestina di Gaza, yang sebagian besar warga sipil.
Angka-angka itu bersumber dari otoritas kesehatan Gaza dan dianggap kredibel oleh PBB.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda