Penyintas Bom Atom Nagasaki kepada Putin: Senjata Nuklir Tak Boleh Digunakan!
Selasa, 10 Desember 2024 - 10:17 WIB

Bom atom dijatuhkan Amerika Serikat di Nagasaki, Jepang, tahun 1945. Korban selamat dari bom itu kini minta Presiden Rusia Vladimir Putin tak gunakan senjata nuklir. Foto/Library of Congress
OSLO - Seorang penyintas bom atom Nagasaki menyampaikan pesan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin agar tidak menggunakan senjata nuklir. Menurutnya, pemimpin Kremlin itu tidak benar-benar memahami kekuatan destruktif senjata pemusnah massal tersebut.
Terumi Tanaka (92), korban selamat (hibakusha) dari bom atom Amerika Serikat yang dijatuhkan di Nagasaki, menyampaikan pesan tersebut pada hari Senin atau menjelang kelompok penyintas Jepang-nya menerima Hadiah Nobel Perdamaian.
Tanaka merujuk pada ancaman yang dibuat oleh Putin dan pejabat senior Rusia lainnya untuk menggunakan senjata nuklir jika perlu untuk melawan apa yang mereka lihat sebagai Barat yang agresif dan bermusuhan saat perang di Ukraina memasuki tahun ketiga.
Bulan lalu Putin, yang negaranya memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia, meneken doktrin nuklir baru Rusia yang memungkinkannya untuk melakukan serangan nuklir sebagai respons atas serangan senjata konvensional terhadap wilayah Rusia.
Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini dimenangkan oleh Nihon Hidankyo, sekelompok penyintas bom atom AS di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 yang kini sudah lanjut usia, atas upaya mereka untuk mewujudkan dunia yang bebas dari senjata nuklir.
"Saya rasa Presiden Putin tidak benar-benar memahami apa arti senjata nuklir bagi manusia," kata Tanaka, salah satu ketua kelompok tersebut, dalam konferensi pers ketika ditanya tentang retorika pemimpin Rusia tersebut dan keputusannya untuk menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir.
"Saya rasa dia bahkan belum memikirkan atau memahami hal ini. Yang perlu kita lakukan adalah membuatnya (Putin) benar-benar memahami apa arti senjata nuklir," paparnya, seperti dikutip Japan Times, Selasa (10/12/2024).
"Kami ingin mengatakan bahwa senjata nuklir adalah hal yang tidak boleh digunakan," ujar Tanaka, seraya menambahkan bahwa dia telah mengirim pesan tersebut kepada pemimpin Rusia tersebut atas nama Nihon Hidankyo.
Pada hari Selasa, Tanaka akan memberikan ceramah Nobel atas nama Nihon Hidankyo dalam sebuah upacara di Balai Kota Oslo.
Terumi Tanaka (92), korban selamat (hibakusha) dari bom atom Amerika Serikat yang dijatuhkan di Nagasaki, menyampaikan pesan tersebut pada hari Senin atau menjelang kelompok penyintas Jepang-nya menerima Hadiah Nobel Perdamaian.
Tanaka merujuk pada ancaman yang dibuat oleh Putin dan pejabat senior Rusia lainnya untuk menggunakan senjata nuklir jika perlu untuk melawan apa yang mereka lihat sebagai Barat yang agresif dan bermusuhan saat perang di Ukraina memasuki tahun ketiga.
Bulan lalu Putin, yang negaranya memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia, meneken doktrin nuklir baru Rusia yang memungkinkannya untuk melakukan serangan nuklir sebagai respons atas serangan senjata konvensional terhadap wilayah Rusia.
Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini dimenangkan oleh Nihon Hidankyo, sekelompok penyintas bom atom AS di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 yang kini sudah lanjut usia, atas upaya mereka untuk mewujudkan dunia yang bebas dari senjata nuklir.
"Saya rasa Presiden Putin tidak benar-benar memahami apa arti senjata nuklir bagi manusia," kata Tanaka, salah satu ketua kelompok tersebut, dalam konferensi pers ketika ditanya tentang retorika pemimpin Rusia tersebut dan keputusannya untuk menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir.
"Saya rasa dia bahkan belum memikirkan atau memahami hal ini. Yang perlu kita lakukan adalah membuatnya (Putin) benar-benar memahami apa arti senjata nuklir," paparnya, seperti dikutip Japan Times, Selasa (10/12/2024).
"Kami ingin mengatakan bahwa senjata nuklir adalah hal yang tidak boleh digunakan," ujar Tanaka, seraya menambahkan bahwa dia telah mengirim pesan tersebut kepada pemimpin Rusia tersebut atas nama Nihon Hidankyo.
Pada hari Selasa, Tanaka akan memberikan ceramah Nobel atas nama Nihon Hidankyo dalam sebuah upacara di Balai Kota Oslo.
Lihat Juga :