Bos Intelijen AS Pilihan Donald Trump Dituduh Sebagai Aset Rusia
Minggu, 17 November 2024 - 10:33 WIB
WASHINGTON - Tulsi Gabbard, yang ditunjuk Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai Direktur Intelijen Nasional (DNI), dituduh sebagai aset Rusia.
Tuduhan itu disampaikan anggota Kongres dari Partai Demokrat Debbie Wasserman Schultz. "Kemungkinan merupakan aset Rusia," kata Schultz dalam sebuah wawancara dengan MSNBC, yang dilansir Sabtu.
Menurut Schulz, Trump membuat pilihan yang tidak bertanggung jawab untuk kabinet barunya.
Gabbard adalah mantan anggota Kongres asal Hawaii dan seorang penisunan letnan kolonel di Cadangan Angkatan Darat AS.
Sebagai seorang kritikus vokal intervensi militer Washington, dia meninggalkan Partai Demokrat tak lama setelah eskalasi konflik Ukraina pada tahun 2022.
Bulan lalu, dia mengumumkan bahwa dirinya telah bergabung dengan Partai Republik dan mendukung Trump.
Trump mengumumkan pencalonan Gabbard awal minggu ini, dengan mengatakan: ”Gabbard akan membawa semangat tak kenal takut yang telah menentukan kariernya yang gemilang ke komunitas intelijen AS.”
Wewenang DNI mencakup NSA, CIA, dan FBI.
Tuduhan itu disampaikan anggota Kongres dari Partai Demokrat Debbie Wasserman Schultz. "Kemungkinan merupakan aset Rusia," kata Schultz dalam sebuah wawancara dengan MSNBC, yang dilansir Sabtu.
Menurut Schulz, Trump membuat pilihan yang tidak bertanggung jawab untuk kabinet barunya.
Gabbard adalah mantan anggota Kongres asal Hawaii dan seorang penisunan letnan kolonel di Cadangan Angkatan Darat AS.
Sebagai seorang kritikus vokal intervensi militer Washington, dia meninggalkan Partai Demokrat tak lama setelah eskalasi konflik Ukraina pada tahun 2022.
Bulan lalu, dia mengumumkan bahwa dirinya telah bergabung dengan Partai Republik dan mendukung Trump.
Trump mengumumkan pencalonan Gabbard awal minggu ini, dengan mengatakan: ”Gabbard akan membawa semangat tak kenal takut yang telah menentukan kariernya yang gemilang ke komunitas intelijen AS.”
Wewenang DNI mencakup NSA, CIA, dan FBI.
Lihat Juga :
tulis komentar anda