Serangan Israel Diklaim Hantam Situs Parchin, Lumpuhkan Kemampuan Iran Bikin Bom Nuklir
Minggu, 17 November 2024 - 05:37 WIB
TEL AVIV - Serangan Israel pada 26 Oktober lalu diklaim turut menghantam peralatan canggih di situs nuklir Parchin, yang melumpuhkan kemampuan Iran untuk membuat bom nuklir utama jika Teheran berniat memproduksi senjata semacam itu.
Klaim itu muncul dari dua pejabat senior Zionis Israel dan pejabat Amerika Serikat (AS) sebagaimana dilansir surar kabar Walla, Sabtu (16/11/2024).
Laporan surat kabar itu mengatakan peralatan canggih yang hancur dalam serangan itu sangat penting untuk membentuk dan menguji bahan peledak plastik yang membungkus uranium dalam perangkat nuklir, yang penting untuk memulai reaksi berantai nuklir. Peralatan ini sebelumnya digunakan oleh Iran sebelum membekukan program nuklir militernya pada tahun 2003.
Menurut pejabat Amerika Serikat (AS) dan Israel, selama setahun terakhir, Iran telah melanjutkan penelitian terkait senjata nuklir, meskipun belum mengambil langkah konkret untuk membangun bom nuklir.
Pejabat Israel mencatat bahwa jika Iran memutuskan untuk mengembangkan senjata nuklir, Iran perlu mengganti peralatan yang hancur.
Mereka yakin intelijen Israel atau Amerika kemungkinan akan mendeteksi setiap upaya Iran untuk membangun atau memperoleh mesin tersebut. "Peralatan ini merupakan hambatan. Iran terjebak tanpanya," kata seorang pejabat senior Israel.
Pejabat Amerika dan Israel melaporkan bahwa Iran melanjutkan kegiatan ilmiah tahun lalu yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk mengembangkan senjata nuklir, meskipun ini juga dapat disajikan sebagai penelitian sipil.
"Mereka melakukan pekerjaan ilmiah yang dapat meletakkan dasar bagi produksi senjata nuklir. Itu sangat rahasia, hanya diketahui oleh sebagian kecil pemerintah Iran," kata seorang pejabat Amerika.
Peralatan yang hancur di Taleghan 2 di situs Parchin dilaporkan tidak digunakan untuk kegiatan penelitian tersebut tetapi akan sangat penting di tahap mendatang jika Iran memutuskan untuk membuat bom nuklir.
"Ini adalah peralatan yang dibutuhkan Iran jika mereka ingin bergerak menuju bom nuklir. Sekarang, mereka tidak memilikinya, dan menemukan alternatif tidak akan mudah. Kami akan melihat upaya seperti itu," seorang pejabat senior Israel.
Ketika merencanakan serangan balasan setelah serangan rudal besar-besaran Iran pada 1 Oktober, Israel memilih fasilitas Taleghan 2 sebagai target.
Presiden AS Joe Biden meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk tidak menargetkan situs nuklir Iran guna menghindari perang dengan Iran, menurut pejabat Amerika.
Namun, karena Taleghan 2 bukan bagian dari program nuklir Iran yang dideklarasikan, Teheran tidak dapat mengakui keberadaannya atau kerusakan yang terjadi tanpa melanggar Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.
"Serangan itu mengirimkan pesan yang tidak terlalu halus bahwa Israel memiliki akses signifikan terhadap apa yang terjadi dalam sistem Iran, bahkan dengan aktivitas yang dirahasiakan dan hanya diketahui oleh sekelompok kecil orang di pemerintahan Iran," kata seorang pejabat Amerika.
Sebelumnya, Iran berkali-kali membantah serangan Israel 26 Oktober menimbulkan kerusakan besar meski empat tentaranya tewas. Menurut militer Teheran, serangan itu hanya merusak beberapa radar sistem pertahanan udara.
Iran juga menegaskan tidak berniat membuat bom nuklir dan tetap mematuhi fatwa Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei yang mengharamkan Teheran membuat senjata semacam itu. Pemerintah Iran juga menyatakan program nuklirnya hanya untuk kepentingan sipil.
Klaim itu muncul dari dua pejabat senior Zionis Israel dan pejabat Amerika Serikat (AS) sebagaimana dilansir surar kabar Walla, Sabtu (16/11/2024).
Laporan surat kabar itu mengatakan peralatan canggih yang hancur dalam serangan itu sangat penting untuk membentuk dan menguji bahan peledak plastik yang membungkus uranium dalam perangkat nuklir, yang penting untuk memulai reaksi berantai nuklir. Peralatan ini sebelumnya digunakan oleh Iran sebelum membekukan program nuklir militernya pada tahun 2003.
Menurut pejabat Amerika Serikat (AS) dan Israel, selama setahun terakhir, Iran telah melanjutkan penelitian terkait senjata nuklir, meskipun belum mengambil langkah konkret untuk membangun bom nuklir.
Pejabat Israel mencatat bahwa jika Iran memutuskan untuk mengembangkan senjata nuklir, Iran perlu mengganti peralatan yang hancur.
Mereka yakin intelijen Israel atau Amerika kemungkinan akan mendeteksi setiap upaya Iran untuk membangun atau memperoleh mesin tersebut. "Peralatan ini merupakan hambatan. Iran terjebak tanpanya," kata seorang pejabat senior Israel.
Pejabat Amerika dan Israel melaporkan bahwa Iran melanjutkan kegiatan ilmiah tahun lalu yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk mengembangkan senjata nuklir, meskipun ini juga dapat disajikan sebagai penelitian sipil.
"Mereka melakukan pekerjaan ilmiah yang dapat meletakkan dasar bagi produksi senjata nuklir. Itu sangat rahasia, hanya diketahui oleh sebagian kecil pemerintah Iran," kata seorang pejabat Amerika.
Peralatan yang hancur di Taleghan 2 di situs Parchin dilaporkan tidak digunakan untuk kegiatan penelitian tersebut tetapi akan sangat penting di tahap mendatang jika Iran memutuskan untuk membuat bom nuklir.
"Ini adalah peralatan yang dibutuhkan Iran jika mereka ingin bergerak menuju bom nuklir. Sekarang, mereka tidak memilikinya, dan menemukan alternatif tidak akan mudah. Kami akan melihat upaya seperti itu," seorang pejabat senior Israel.
Ketika merencanakan serangan balasan setelah serangan rudal besar-besaran Iran pada 1 Oktober, Israel memilih fasilitas Taleghan 2 sebagai target.
Presiden AS Joe Biden meminta Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk tidak menargetkan situs nuklir Iran guna menghindari perang dengan Iran, menurut pejabat Amerika.
Namun, karena Taleghan 2 bukan bagian dari program nuklir Iran yang dideklarasikan, Teheran tidak dapat mengakui keberadaannya atau kerusakan yang terjadi tanpa melanggar Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir.
"Serangan itu mengirimkan pesan yang tidak terlalu halus bahwa Israel memiliki akses signifikan terhadap apa yang terjadi dalam sistem Iran, bahkan dengan aktivitas yang dirahasiakan dan hanya diketahui oleh sekelompok kecil orang di pemerintahan Iran," kata seorang pejabat Amerika.
Sebelumnya, Iran berkali-kali membantah serangan Israel 26 Oktober menimbulkan kerusakan besar meski empat tentaranya tewas. Menurut militer Teheran, serangan itu hanya merusak beberapa radar sistem pertahanan udara.
Iran juga menegaskan tidak berniat membuat bom nuklir dan tetap mematuhi fatwa Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei yang mengharamkan Teheran membuat senjata semacam itu. Pemerintah Iran juga menyatakan program nuklirnya hanya untuk kepentingan sipil.
(mas)
tulis komentar anda