PM Hongaria Ungkap AS akan Tinggalkan Ukraina
Sabtu, 09 November 2024 - 11:23 WIB
BUDAPEST - Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban menyatakan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menarik negaranya keluar dari konflik Ukraina, yang akan membuat para pemimpin Uni Eropa berada dalam "posisi yang tidak nyaman dan sulit".
"Situasi di garis depan sudah jelas. Ini adalah kekalahan militer. Amerika akan keluar dari perang ini," ujar dia kepada Radio Kossuth pada Jumat (8/11/2024). "Eropa sendiri tidak dapat membiayai perang ini."
“Beberapa pemimpin Uni Eropa ingin terus menggelontorkan uang untuk tujuan yang sia-sia, tetapi kesunyian semakin berkembang di antara mereka yang berpendapat seperti itu, sementara yang lain menyerukan penilaian ulang kebijakan,” ujar Orban.
“Sementara itu, beberapa negara yang telah menganjurkan de-eskalasi dan perundingan, termasuk Hongaria sendiri, serta Slovakia dan Vatikan, telah terbukti benar,” papar dia.
Prediksi Orban tentang perubahan dalam kebijakan luar negeri AS mengikuti kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden awal pekan ini. Republikan itu sebelumnya mengklaim dia dapat mengakhiri konflik Ukraina dalam 24 jam.
Pemimpin Hongaria mengharapkan perubahan besar bagi seluruh dunia setelah kemenangan Trump, yang menurutnya begitu besar sehingga "tidak hanya dapat dilihat dari Bulan, tetapi juga dari Mars."
“Politisi yang telah mendorong kemenangan Ukraina kini terpojok, tetapi mereka selalu tahu bahwa hasil seperti itu mungkin saja terjadi,” ungkap Orban.
Awal tahun ini, dia melakukan apa yang disebutnya "misi perdamaian", bertemu dengan para pemangku kepentingan dalam konflik tersebut.
Dia melakukan perjalanan ke Kiev, Moskow, dan Beijing, serta ke AS, di mana dia membahas masalah tersebut dengan Presiden Joe Biden dan Donald Trump.
Budapest kemudian mengirimkan laporan ke negara-negara anggota UE lainnya, yang merekomendasikan agar mereka bersiap menghadapi perubahan di Ukraina, jadi "tidak ada alasan bagi pemimpin mana pun untuk mengatakan bahwa mereka terkejut," menurut Orban.
"Masalah terbesar di Eropa saat ini adalah mereka tidak berbicara dengan mereka yang perlu diajak bicara," ujar dia. "Ini adalah kemewahan yang tidak dapat dimiliki seseorang dalam politik."
Orban difitnah beberapa pemimpin UE lainnya karena keterlibatan diplomatiknya. Mereka mengklaim dia berpihak pada Rusia dan menyalahgunakan jabatan presiden bergilir Hongaria di Uni Eropa dengan diduga memberi kesan bahwa dia bertindak atas nama Brussels.
Perdana menteri mengklarifikasi bahwa dia hanya mewakili negaranya sendiri.
"Situasi di garis depan sudah jelas. Ini adalah kekalahan militer. Amerika akan keluar dari perang ini," ujar dia kepada Radio Kossuth pada Jumat (8/11/2024). "Eropa sendiri tidak dapat membiayai perang ini."
“Beberapa pemimpin Uni Eropa ingin terus menggelontorkan uang untuk tujuan yang sia-sia, tetapi kesunyian semakin berkembang di antara mereka yang berpendapat seperti itu, sementara yang lain menyerukan penilaian ulang kebijakan,” ujar Orban.
“Sementara itu, beberapa negara yang telah menganjurkan de-eskalasi dan perundingan, termasuk Hongaria sendiri, serta Slovakia dan Vatikan, telah terbukti benar,” papar dia.
Prediksi Orban tentang perubahan dalam kebijakan luar negeri AS mengikuti kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden awal pekan ini. Republikan itu sebelumnya mengklaim dia dapat mengakhiri konflik Ukraina dalam 24 jam.
Pemimpin Hongaria mengharapkan perubahan besar bagi seluruh dunia setelah kemenangan Trump, yang menurutnya begitu besar sehingga "tidak hanya dapat dilihat dari Bulan, tetapi juga dari Mars."
“Politisi yang telah mendorong kemenangan Ukraina kini terpojok, tetapi mereka selalu tahu bahwa hasil seperti itu mungkin saja terjadi,” ungkap Orban.
Awal tahun ini, dia melakukan apa yang disebutnya "misi perdamaian", bertemu dengan para pemangku kepentingan dalam konflik tersebut.
Dia melakukan perjalanan ke Kiev, Moskow, dan Beijing, serta ke AS, di mana dia membahas masalah tersebut dengan Presiden Joe Biden dan Donald Trump.
Budapest kemudian mengirimkan laporan ke negara-negara anggota UE lainnya, yang merekomendasikan agar mereka bersiap menghadapi perubahan di Ukraina, jadi "tidak ada alasan bagi pemimpin mana pun untuk mengatakan bahwa mereka terkejut," menurut Orban.
"Masalah terbesar di Eropa saat ini adalah mereka tidak berbicara dengan mereka yang perlu diajak bicara," ujar dia. "Ini adalah kemewahan yang tidak dapat dimiliki seseorang dalam politik."
Orban difitnah beberapa pemimpin UE lainnya karena keterlibatan diplomatiknya. Mereka mengklaim dia berpihak pada Rusia dan menyalahgunakan jabatan presiden bergilir Hongaria di Uni Eropa dengan diduga memberi kesan bahwa dia bertindak atas nama Brussels.
Perdana menteri mengklarifikasi bahwa dia hanya mewakili negaranya sendiri.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda