Militer Indonesia Dikritik Ketinggalan Zaman saat Seteru Laut China Selatan Memanas
Kamis, 24 Oktober 2024 - 10:10 WIB
“Setiap negara yang ingin memiliki militer yang berfungsi efektif harus mengalokasikan sekitar 2 hingga 4 persen (pengeluaran sebagai persentase PDB) untuk pertahanan.”
Kemajuan MEF, yang akan selesai tahun ini, juga lambat. Militer Indonesia telah memenuhi 65 persen dari target modernisasinya seperti tahun lalu.
Analis mengatakan kepada Insight bahwa agar rencana tersebut berhasil, pengeluaran militer harus antara 1,5 hingga 2,5 persen dari PDB.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Prabowo melakukan serangkaian akuisisi besar.
Itu termasuk 42 jet tempur Rafale buatan Prancis seharga USD8,1 miliar, 12 pesawat nirawak baru dari Turkikish Aerospace senilai USD300 juta, 24 jet tempur dari Boeing dan 24 helikopter angkut dari Lockheed Martin Amerika Serikat, keduanya dengan jumlah yang tidak diungkapkan.
Namun tidak semua berjalan lancar baginya, misalnya ketika rencananya untuk membeli 12 jet tempur Mirage 2000-5 bekas senilai €733 juta—yang dikritik terlalu tua oleh anggota Parlemen tahun lalu—dibatalkan pada bulan Februari ini.
“Prabowo menulis cek yang tidak dapat dicairkan oleh pemerintah,” kata peneliti senior ISEAS–Yusof Ishak Institute, Ian Storey.
"Dia pergi berbelanja ke seluruh dunia, membeli jet tempur dan kapal selam serta berbagai macam barang lainnya, yang beberapa di antaranya tidak mampu dibeli oleh pemerintah. Dan itu menyebabkan penundaan dan pembatalan," paparnya.
Pada bulan Juli tahun lalu, Jokowi mendesak kabinetnya untuk mempertahankan "anggaran negara yang sehat" dan menyoroti pengeluaran tinggi oleh badan-badan keamanan termasuk Kementerian Pertahanan.
Namun, ambisi pengeluaran Prabowo tampaknya tidak berkurang. Saudara sekaligus penasihatnya; Hashim Djojohadikusumo, mengatakan kepada Financial Times pada bulan Juli bahwa Prabowo bersedia menaikkan rasio utang terhadap PDB negara menjadi 50 persen untuk mendanai program-programnya.
Kemajuan MEF, yang akan selesai tahun ini, juga lambat. Militer Indonesia telah memenuhi 65 persen dari target modernisasinya seperti tahun lalu.
Analis mengatakan kepada Insight bahwa agar rencana tersebut berhasil, pengeluaran militer harus antara 1,5 hingga 2,5 persen dari PDB.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Prabowo melakukan serangkaian akuisisi besar.
Itu termasuk 42 jet tempur Rafale buatan Prancis seharga USD8,1 miliar, 12 pesawat nirawak baru dari Turkikish Aerospace senilai USD300 juta, 24 jet tempur dari Boeing dan 24 helikopter angkut dari Lockheed Martin Amerika Serikat, keduanya dengan jumlah yang tidak diungkapkan.
Namun tidak semua berjalan lancar baginya, misalnya ketika rencananya untuk membeli 12 jet tempur Mirage 2000-5 bekas senilai €733 juta—yang dikritik terlalu tua oleh anggota Parlemen tahun lalu—dibatalkan pada bulan Februari ini.
“Prabowo menulis cek yang tidak dapat dicairkan oleh pemerintah,” kata peneliti senior ISEAS–Yusof Ishak Institute, Ian Storey.
"Dia pergi berbelanja ke seluruh dunia, membeli jet tempur dan kapal selam serta berbagai macam barang lainnya, yang beberapa di antaranya tidak mampu dibeli oleh pemerintah. Dan itu menyebabkan penundaan dan pembatalan," paparnya.
Pada bulan Juli tahun lalu, Jokowi mendesak kabinetnya untuk mempertahankan "anggaran negara yang sehat" dan menyoroti pengeluaran tinggi oleh badan-badan keamanan termasuk Kementerian Pertahanan.
Namun, ambisi pengeluaran Prabowo tampaknya tidak berkurang. Saudara sekaligus penasihatnya; Hashim Djojohadikusumo, mengatakan kepada Financial Times pada bulan Juli bahwa Prabowo bersedia menaikkan rasio utang terhadap PDB negara menjadi 50 persen untuk mendanai program-programnya.
tulis komentar anda