Kisah Bos Hamas Yahya Sinwar, Lahir di Kamp Pengungsian dan Dipenjara Israel 23 Tahun
Rabu, 23 Oktober 2024 - 11:27 WIB
GAZA - Yahya Sinwar, orang yang paling diburu Israel, dilaporkan tewas di Gaza. Operasi yang menyebabkan tewasnya Sinwar berlangsung pada hari Rabu (16/10/2024).
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, pada Kamis mengatakan Israel telah membunuh pemimpin Hamas tersebut dalam pesan yang dikirim kepada rekan-rekannya di seluruh dunia. Militer Israel juga mengonfirmasi pada hari Kamis bahwa Sinwar telah tewas.
Hamas kemudian mengonfirmasi pembunuhan tersebut.
Sebelumnya, militer Israel mengatakan sedang memeriksa kemungkinan pembunuhan itu melalui forensik dan pengujian DNA bahwa pemimpin Hamas tersebut "dihilangkan" selama operasi di Gaza.
Pria berusia 62 tahun itu menjadi pemimpin Hamas pada bulan Agustus, beberapa hari setelah pendahulunya Ismail Haniyeh tewas dalam serangan Israel yang dilakukan di Teheran.
Sinwar lahir di kamp pengungsi Khan Younis, di Gaza selatan, pada tahun 1962.
Orang tuanya dipindahkan secara paksa oleh milisi Zionis dari rumah mereka di Askhelon pada tahun 1948 selama Nakba (bencana), ketika 750.000 warga Palestina diusir dari rumah mereka.
Dia mengambil jurusan studi Arab di Universitas Islam Gaza, tempat ia pertama kali menyukai politik dan aktivisme mahasiswa.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, pada Kamis mengatakan Israel telah membunuh pemimpin Hamas tersebut dalam pesan yang dikirim kepada rekan-rekannya di seluruh dunia. Militer Israel juga mengonfirmasi pada hari Kamis bahwa Sinwar telah tewas.
Hamas kemudian mengonfirmasi pembunuhan tersebut.
Sebelumnya, militer Israel mengatakan sedang memeriksa kemungkinan pembunuhan itu melalui forensik dan pengujian DNA bahwa pemimpin Hamas tersebut "dihilangkan" selama operasi di Gaza.
Pria berusia 62 tahun itu menjadi pemimpin Hamas pada bulan Agustus, beberapa hari setelah pendahulunya Ismail Haniyeh tewas dalam serangan Israel yang dilakukan di Teheran.
Aktivis Mahasiswa yang Sering Masuk Penjara
Sinwar lahir di kamp pengungsi Khan Younis, di Gaza selatan, pada tahun 1962.
Orang tuanya dipindahkan secara paksa oleh milisi Zionis dari rumah mereka di Askhelon pada tahun 1948 selama Nakba (bencana), ketika 750.000 warga Palestina diusir dari rumah mereka.
Dia mengambil jurusan studi Arab di Universitas Islam Gaza, tempat ia pertama kali menyukai politik dan aktivisme mahasiswa.
Lihat Juga :
tulis komentar anda