Israel Bunuh Bos Hamas Yahya Sinwar, Opini Publik Arab Terpecah

Minggu, 20 Oktober 2024 - 05:49 WIB
Israel bunuh bos Hamas Yahya Sinwar, opini publik Arab terpecah. Foto/Palestine Chronicle
GAZA - Militer Zionis Israel telah membunuh pemimpin terbaru Hamas Yahya Sinwar dalam serangan di Gaza pada Rabu lalu. Para pemimpin Arab memilih diam, sedangkan opini publik kawasan itu terpecah antara mengecam dan optimistis kematian Sinwar akan mengakhiri perang di Gaza.

Sejauh ini hampir tidak ada pemimpin Arab yang berkomentar atas pembunuhan Sinwar oleh militer Zionis, selain ucapan belasungkawa Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.

Para pakar politik Arab mengatakan bahwa ada dua alasan berbeda yang menjelaskan kurangnya reaksi resmi atas kematian Sinwar.





Sinwar, yang dianggap sebagai dalang di balik serangan 7 Oktober terhadap Israel—dikenal sebagai operasi badai al-Aqsa—, tidak memiliki hubungan internasional resmi. Hal yang sama juga terjadi pada Ismail Haniyeh, pendahulu Sinwar yang terbunuh di Teheran pada Juli 2024 saat menghadiri upacara pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian.

Para pakar juga mencatat bahwa tidak seperti Haniyeh atau pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, yang terbunuh dalam operasi intelijen, Sinwar tewas dalam pertempuran.

“Kami berharap pembunuhan Yahya Sinwar akan membawa ketenangan di Gaza,” kata analis politik Arab Saudi, Abdullah Al-Tawilai, mengatakan kepada The Media Line.

“Yahya Sinwar menyebabkan perang yang sejauh ini telah mengakibatkan lebih dari 45.000 korban di Gaza. Semua orang tahu sejak hari pertama bahwa Israel tidak akan tinggal diam tentang serangan 7 Oktober 2023, sehingga perencanaannya yang buruk menyebabkan semua kehancuran ini.”

Al-Tawilai mengatakan bahwa banyak warga Gaza menyalahkan Hamas karena memicu perang.

“Mudah untuk berbicara tentang perlawanan atau melawan Israel, tetapi kenyataan berbicara sebaliknya,” ujarnya.

“Ada orang yang meninggal setiap hari, dan kita harus menjaga darah mereka. Kami hanya beberapa langkah lagi untuk mendeklarasikan negara Palestina karena gerakan politik, tetapi hari ini, Gaza telah kehilangan segalanya,” paparnya.

Anwar al-Khalidi, analis politik Arab Saudi lainnya, mengatakan dia memperkirakan perang di Gaza akan segera berakhir sekarang setelah Sinwar terbunuh, meskipun Israel kemungkinan akan terus menyerang target lain di wilayah tersebut.

“Israel pasti akan mengebom milisi Iran di Irak dan Yaman dan akan terus menyerang Suriah, dan kita mungkin melihat Iran juga menjadi sasaran,” katanya kepada The Media Line, yang dilansir Minggu (20/10/2024).

Al-Khalidi mencatat bahwa Sinwar hanya difoto dua kali sejak serangan 7 Oktober. “Yang pertama adalah ketika dia melarikan diri di terowongan, dan yang kedua adalah ketika ia dilikuidasi oleh Israel,” katanya.

“Yahya Sinwar adalah pemimpin Palestina terakhir di Palestina yang memiliki kontak langsung dengan Iran dan Qatar, dan karena itu diperkirakan akan terjadi kekacauan besar dalam gerakan tersebut dalam beberapa hari mendatang, baik melalui operasi balas dendam terhadap para sandera yang ditawan oleh gerakan tersebut atau bahkan penyerahan sandera sebagai imbalan untuk menghentikan perang di Gaza,” lanjut al-Khalidi.

Humam Shaalan, mantan perwira militer Irak, membuat prediksi serupa.

“Sejauh yang saya ketahui tentang Hamas, tidak akan ada komandan lapangan baru, jadi kita mungkin akan melihat berakhirnya perang di Gaza, yang pada dasarnya telah menjadi medan perang sekunder bagi tentara Israel,” katanya kepada The Media Line.

Shaalan mencirikan Sinwar sebagai “bukan komandan lapangan yang berpengalaman”. “Dia melakukan kesalahan besar yang akhirnya menyebabkan kematiannya,” katanya.

“Sekarang bola ada di tangan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu,” lanjut Shaalan. “Komandan lapangan Hamas terakhir telah tewas, dan Netanyahu memiliki dua pilihan: menyatakan kemenangan dan menghentikan perang, terutama karena kami memperkirakan masalah penyanderaan akan segera berakhir, atau melanjutkan pertempuran, yang kemudian akan menjadi masa sulit bagi Netanyahu di hadapan masyarakat internasional.”

Ilmuwan politik Kuwait Khaled Obaid, di sisi lain, menggambarkan Sinwar sebagai seorang martir dan pahlawan.

“Dari sudut pandang saya, Sinwar adalah pejuang yang tangguh, dan dia berusaha memulihkan hak-hak Palestina, tetapi mengenai rencananya untuk melakukan serangan pada 7 Oktober 2023, kami tidak yakin akan hal itu,” kata Obaid kepada The Media Line.

Dia mengatakan bahwa Sinwar akan digantikan oleh pemimpin baru yang akan meraih kemenangan yang diinginkan.

Di media sosial, banyak orang Arab berbagi unggahan yang menggambarkan Sinwar sebagai “martir perlawanan”, dan menyebarkan klip Sinwar yang berbicara tentang niatnya untuk melanjutkan perang melawan Israel hingga berdirinya Negara Palestina.

Yang lain membagikan klip-klip tentang kehancuran di Gaza, mengkritik Sinwar karena memicu kehancuran massal, pengungsian, dan kematian warga Palestina di Jalur Gaza.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More