7 Strategi Hamas Selepas Kematian Yahya Sinwar

Sabtu, 19 Oktober 2024 - 16:05 WIB

3. Mengutamakan Kepemimpinan Kolektif

Dampak kematian Sinwar terhadap operasi militer di Gaza masih belum terlihat. Namun, Sadeq Abu Amer, kepala lembaga pemikir Palestinian Dialogue Group yang berbasis di Turki, mengatakan bahwa "tidak akan ada dampak signifikan pada struktur politik Hamas."

Ketika Sinwar diangkat, "situasi pada dasarnya diatur sedemikian rupa sehingga Hamas dapat mengelola urusan politiknya dan mengelola organisasi secara independen dari Sinwar" karena kesulitan komunikasi antara Sinwar dan para pemimpin politik Hamas di luar Gaza, katanya.

Sebagian besar masalah dikelola oleh "kepemimpinan kolektif" antara kepala Dewan Syura kelompok tersebut dan pejabat yang bertanggung jawab atas Tepi Barat, Gaza, dan wilayah di luar negeri, katanya. Pengecualian yang penting: Sinwar mengendalikan semua masalah yang terkait dengan sandera Israel di Gaza.

4. Operasional Hamas Tetap Berjalan Efektif

Masa jabatan Sinwar bersifat sementara dan akan berakhir pada paruh kedua tahun 2025.

"Hamas tidak akan bergerak cepat saat ini untuk memilih kepala biro politik," kata Thabet al-Amour, seorang analis politik di Gaza. Ia mencatat bahwa Khalil al-Hayya, wakil Sinwar yang berkantor di Qatar, sudah mengelola urusan eksekutif dan dapat terus melakukannya.

Abu Amer setuju bahwa Hamas mungkin memilih untuk tetap menjalankan "formula kepemimpinan kolektif" saat ini. Kemungkinan lain, katanya, adalah pemilihan salah satu dari tiga pemimpin regional: al-Hayya, yang bertanggung jawab atas Gaza; Zaher Jibril, yang bertanggung jawab atas Tepi Barat; atau Khaled Mashaal, yang bertanggung jawab atas wilayah di luar wilayah Palestina.

Kelompok itu juga dapat memilih seorang pemimpin tanpa mengumumkan nama tersebut secara terbuka "demi alasan keamanan," katanya.

Baca Juga: Gagal Ciptakan Perdamaian, PBB Tak Bisa Cegah Perang Dunia III

5. Pemimpin di Luar Gaza Lebih Aman

Jika Hamas menunjuk pengganti Sinwar, Khaled Mashaal dan Khalil al-Hayya, keduanya anggota kepemimpinan politik Hamas yang berbasis di Qatar, secara luas dianggap sebagai pesaing yang paling mungkin.

Al-Hayya pernah menjabat sebagai wakil Sinwar dan sebagai kepala delegasi kelompok tersebut dalam negosiasi gencatan senjata, baik dalam perang saat ini maupun selama konflik sebelumnya pada tahun 2014. Dia adalah pejabat lama kelompok tersebut dan selamat dari serangan udara Israel yang menghantam rumahnya di Gaza pada tahun 2007, menewaskan beberapa anggota keluarganya.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More