Israel Menggunakan Depleted Uranium dalam Perang Melawan Hizbullah, Berikut 5 Faktanya

Kamis, 10 Oktober 2024 - 10:10 WIB
Israel menggunakan depleted uranium dalam perang melawan Hizbullah. Foto/Al Manar
BEIRUT - Israel dituduh menggunakan bom yang mengandung uranium terdeplesi (Depleted Uranium)dalam pembomannya untuk menghancurkan basis Hizbullah.

Israel Menggunakan Depleted Uranium dalam Perang Melawan Hizbullah, Berikut 5 Faktanya

1. Memiliki Tingkat Kerusakan yang Parah

"Tingkat kerusakan dan penetrasi bangunan dan tanah hingga puluhan meter merupakan bukti penggunaan bom yang mengandung uranium terdeplesi, yang memiliki daya tembus yang luar biasa," kata Sindikat Ahli Kimia di Lebanon (SCL), dilansir The New Arab.

Pernyataan tersebut selanjutnya mengklaim bahwa "penggunaan jenis senjata yang dilarang secara internasional tersebut, terutama di Beirut yang berpenduduk padat, menyebabkan kerusakan besar-besaran, dan debunya menyebabkan banyak penyakit, terutama jika terhirup."



2. Mampu Menghancurkan Tank

Uranium terdeplesi adalah bentuk uranium yang sebagian besar – tetapi tidak semua – materi radioaktifnya telah dilucuti.

Uranium ini berasal dari proses yang digunakan untuk menyiapkan uranium untuk pembangkit listrik tenaga nuklir dan senjata nuklir.

Pada tahun 1970-an, AS dan Inggris mulai menggunakan uranium terdeplesi pada senjata peledak konvensional (non-nuklir) karena kepadatannya dan kemampuannya untuk menembus pertahanan yang sangat kuat, seperti yang digunakan pada tank atau bunker yang diperkuat.

3. Digunakan dalam Bentuk Rudal

Uranium terdeplesi sebagian besar digunakan pada selongsong tank, peluru artileri dan mortir, rudal, dan bahkan peluru.

Uranium terdeplesi pertama kali digunakan dalam Perang Teluk 1991 di Irak, dan digunakan lagi secara luas selama intervensi NATO di Kosovo pada tahun 1999 dan invasi AS ke Irak tahun 2003.

Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More