Abu Ubaidah Ungkap Israel Bisa Saja Bebaskan Tawanan Setahun Lalu

Selasa, 08 Oktober 2024 - 15:53 WIB
Juru bicara Brigade Al-Qassam Abu Ubaidah. Foto/Al-Qassam military media
JALUR GAZA - Dalam video berdurasi 25 menit untuk memperingati satu tahun serangan yang dipimpin Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, Operasi Banjir Al-Aqsa, juru bicara Brigade Al-Qassam Abu Ubaidah mengungkap fakta baru.

Dia tidak dapat mengesampingkan kemungkinan lebih banyak kematian di antara para tawanan Israel yang tersisa karena "bahaya baku tembak".

Abu Ubaidah mengisyaratkan para penjaga mereka dapat menempatkan para tawanan dalam risiko, tergantung keadaan di lapangan. Dia menyalahkan pemerintah Israel atas "nasib" para tawanan itu.

"Kita tidak dapat mengesampingkan kemungkinan berkas mereka berakhir di terowongan gelap," ujar Abu Ubaidah.



Israel yakin masih ada sekitar seratus tawanan yang ditahan di Gaza, dari total 251 orang yang ditangkap Hamas pada Oktober 2023.

Sebagian besar dari mereka yang selamat, dibebaskan dalam pertukaran tawanan pada November, sementara segelintir lainnya dijemput militer Israel selama operasi rahasia yang mematikan di Gaza awal tahun ini.

Pada Desember, pasukan Israel menewaskan tiga tawanan Israel, dalam apa yang disebut sebagai insiden "tembakan kawan".

Pada Agustus, mereka menemukan enam mayat. Israel mengatakan mereka ditembak dari jarak dekat oleh pejuang Palestina tetapi Hamas membantah klaim tersebut.

"Apa yang terjadi dengan keenam orang di Rafah mungkin terjadi lagi, jika Netanyahu dan pemerintahannya yang haus darah terus berlanjut," tegas Abu Ubaidah, tanpa menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana mereka tewas.

"Anda bisa saja menangkap kembali semua tawanan Anda setahun yang lalu," ujar dia.

Dia mengatakan niatnya selalu untuk menjaga mereka tetap hidup di Gaza dan menukarnya dengan tahanan Palestina di penjara Israel.

Perang yang Melelahkan



Ini adalah pertempuran yang dimaksudkan untuk menguras sumber daya Israel, menurut Abu Ubaidah.

“(Kita menghadapi) entitas yang usianya lebih muda dari sepatu-sepatu di masjid-masjid dan gereja-gereja di Gaza, Yerusalem, Betlehem, Hebron, Jaffa, Nablus, Sidon, Tirus, dan Beirut,” papar dia.

Dalam kehidupannya yang relatif singkat sebagai negara, dia menambahkan Israel tidak pernah hidup setahun tanpa terus-menerus diingatkan mereka telah “mencuri tanah Arab” dan menduduki “negara kita”.

Abu Ubaidah mengakui perang itu adalah “pertempuran yang tidak seimbang” dengan pengorbanan besar oleh para pejuang Palestina dan warga sipil.

Dia bersumpah faksi-faksi yang bertempur, setidaknya lima kelompok lain yang diketahui selain Brigade al-Qassam, akan tetap “teguh”.

“Ribuan tentara musuh (telah) terbunuh atau terluka,” ungkap Abu Ubaidah, mengacu pada operasi penembak jitu dan penyergapan di Gaza.

Israel hanya mengonfirmasi beberapa ratus tentara yang tewas. “Perang yang melelahkan ini, akan berlangsung panjang, berkepanjangan, menyakitkan, dan mahal," papar dia.

Kebijakan Pembunuhan



Ini adalah penampilan pertama Abu Ubaidah di depan kamera sejak pembunuhan pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, saat dia mengunjungi Iran pada Juli.

Israel belum secara resmi mengklaim bertanggung jawab atas kematiannya. Pada Januari, Israel juga membunuh pemimpin senior Hamas Saleh al-Arouri di Lebanon.

Menyingkirkan para pemimpin senior saja bukanlah taktik yang jitu, menurut Abu Ubaidah.

"Jika pembunuhan itu adalah satu kemenangan, perlawanan terhadap pendudukan akan berakhir dan Brigade al-Qassam tidak akan melancarkan Operasi Banjir Al-Aqsa dua puluh tahun setelah pembunuhan para pendiri Hamas yang paling terkemuka," ungkap dia.

Pada 2004, Israel membunuh Pendiri Hamas Sheikh Ahmed Yassin di dalam Gaza. Orang yang menggantikannya, Abdel Aziz al-Rantisi, juga dibunuh sebulan kemudian.

“Kegembiraan Israel atas pembunuhan adalah hal yang memabukkan,” papar Abu Ubaidah.

Pertempuran di Tepi Barat yang Dijajah



Bukan hanya Gaza yang dibombardir dari udara. Pekan lalu, pasukan Israel melakukan serangan udara di kamp pengungsi Tulkarm di Tepi Barat, menewaskan dua puluh orang, termasuk satu keluarga utuh.

Itu menyusul sejumlah serangan mematikan Israel di kamp tersebut, serta ke kamp pengungsi Jenin, yang telah lama dianggap sebagai sarang perlawanan bersenjata Palestina terhadap pendudukan Israel.

Dikombinasikan dengan pembongkaran rumah secara berkala dan perluasan permukiman Israel yang dianggap ilegal menurut hukum internasional, Hamas secara teratur mengutip tindakan ini sebagai pembenaran untuk meluncurkan roketnya ke Israel.

“Apa yang dunia lakukan untuk rakyat kita di Tepi Barat?” ungkap Abu Ubaidah. “Mereka yang menjadi sasaran pemindahan dan pemusnahan yang lambat dan sistematis?”

“Pasukan pendudukan ini, dan khususnya pemerintah terorisnya saat ini, tidak ingin melihat warga Palestina di sebelah barat Sungai Yordan,” tegas dia.

Perdana Menteri Israel memiliki kebiasaan menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB tahunan sambil mengangkat peta yang menghapus seluruh wilayah Palestina yang bersejarah, menggantinya dengan Israel, yang diulangnya selama Sidang Umum tahun ini.

“Musuh ini hanya mengerti bahasa kekuasaan,” tegas Abu Ubaidah. “Dan senjata hanya berhadapan dengan senjata.”

(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More