Semakin Mesra, Israel-UEA Akan Bangun Markas Intel Bersama
Jum'at, 28 Agustus 2020 - 08:54 WIB
TEL AVIV - Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) telah mengumumkan niat mereka untuk bekerja sama dalam membangun markas pengumpulan data intelijen di sebuah pulau di Yaman di wilayah strategis yang menghadap ke Selat Bab al-Mandad. Begitu laporan kantor berita Iran, PressTV, mengutip laporan JForum mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Pangkalan itu diduga akan dibangun di Pulau Socotra, daratan terbesar di kepulauan Yaman. Delegasi gabungan Israel-Emirat dilaporkan tiba di pulau itu "baru-baru ini" untuk memeriksa kemungkinan lokasi pangkalan. Dua lokasi diduga dipilih untuk basis yang direncanakan: wilayah Momi di timur pulau untuk Pusat Jamgua dan lokasi di barat untuk Pusat Katanan.
Tujuan dari markas intelijen gabungan itu adalah untuk mengumpulkan data intel di seluruh Teluk, terutama dari Bab al-Mandab dan selatan Yaman, bersama dengan Teluk Eden dan Tanduk Afrika.
Laporan itu juga mengutip sumber berpangkat tinggi Eritrea yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Tel Aviv pada tahun 2016 memulai pembangunan pangkalan pengumpulan informasi terbesarnya di Gunung Ambassaira di Eritrea. Tujuannya adalah untuk memantau secara elektronik pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang melancarkan perang melawan faksi oposisi bersenjata di Yaman dan kelompok teroris ISIS di wilayah tersebut.
Tercatat dalam laporan itu bahwa pusat pengawasan Tel Aviv memantau tindakan militan Houthi di Yaman dan pergerakan angkatan laut Iran di wilayah tersebut, juga memeriksa lalu lintas laut dan udara di wilayah selatan Laut Merah seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (28/8/2020).
Laporan kerja sama intelijen ini muncul setelah Israel dan UEA mengumumkan bahwa mereka telah menormalisasi hubungan dalam sebuah kesepatan yang ditengahi oleh Amerika Serikat (AS). Sebagai imbalan untuk menjalin hubungan dengan Abu Dhabi, Tel Aviv diharapkan mundur dari niatnya untuk memperpanjang kedaulatan tambahan atas bagian Tepi Barat yang dikuasai Palestina. (Baca: Lanjutkan Pembicaraan Normalisasi, Delegasi AS dan Israel Sambangi UEA )
Niat yang diumumkan untuk menormalisasi hubungan telah mendapat reaksi yang terbagi secara global, dengan beberapa negara memuji keputusan tersebut sebagai langkah menuju stabilitas di Timur Tengah, dan lainnya, termasuk Iran serta Otoritas Nasional Palestina, mengecam kesepakatan itu sebagai "kesalahan" yang dibuat oleh Emirates dan "pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina". (Baca: Kesepakatan UEA-Israel Dikhawatirkan Pecah Posisi Arab Soal Palestina )
Pangkalan itu diduga akan dibangun di Pulau Socotra, daratan terbesar di kepulauan Yaman. Delegasi gabungan Israel-Emirat dilaporkan tiba di pulau itu "baru-baru ini" untuk memeriksa kemungkinan lokasi pangkalan. Dua lokasi diduga dipilih untuk basis yang direncanakan: wilayah Momi di timur pulau untuk Pusat Jamgua dan lokasi di barat untuk Pusat Katanan.
Tujuan dari markas intelijen gabungan itu adalah untuk mengumpulkan data intel di seluruh Teluk, terutama dari Bab al-Mandab dan selatan Yaman, bersama dengan Teluk Eden dan Tanduk Afrika.
Laporan itu juga mengutip sumber berpangkat tinggi Eritrea yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa Tel Aviv pada tahun 2016 memulai pembangunan pangkalan pengumpulan informasi terbesarnya di Gunung Ambassaira di Eritrea. Tujuannya adalah untuk memantau secara elektronik pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang melancarkan perang melawan faksi oposisi bersenjata di Yaman dan kelompok teroris ISIS di wilayah tersebut.
Tercatat dalam laporan itu bahwa pusat pengawasan Tel Aviv memantau tindakan militan Houthi di Yaman dan pergerakan angkatan laut Iran di wilayah tersebut, juga memeriksa lalu lintas laut dan udara di wilayah selatan Laut Merah seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (28/8/2020).
Laporan kerja sama intelijen ini muncul setelah Israel dan UEA mengumumkan bahwa mereka telah menormalisasi hubungan dalam sebuah kesepatan yang ditengahi oleh Amerika Serikat (AS). Sebagai imbalan untuk menjalin hubungan dengan Abu Dhabi, Tel Aviv diharapkan mundur dari niatnya untuk memperpanjang kedaulatan tambahan atas bagian Tepi Barat yang dikuasai Palestina. (Baca: Lanjutkan Pembicaraan Normalisasi, Delegasi AS dan Israel Sambangi UEA )
Niat yang diumumkan untuk menormalisasi hubungan telah mendapat reaksi yang terbagi secara global, dengan beberapa negara memuji keputusan tersebut sebagai langkah menuju stabilitas di Timur Tengah, dan lainnya, termasuk Iran serta Otoritas Nasional Palestina, mengecam kesepakatan itu sebagai "kesalahan" yang dibuat oleh Emirates dan "pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina". (Baca: Kesepakatan UEA-Israel Dikhawatirkan Pecah Posisi Arab Soal Palestina )
(ber)
tulis komentar anda