Israel Gempur Yaman dengan Serangan Terdahsyat, Kerahkan Puluhan Pesawat Termasuk F-15
Senin, 30 September 2024 - 08:15 WIB
TEL AVIV - Serangan militer Israel ke Yaman, yang diklaim menargetkan kelompok Houthi, pada hari Minggu merupakan yang paling dahsyat sejak awal perang.
Sumber militer Zionis mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa serangan kemarin bahkan melebihi serangan besar-besaran di Hodeidah pada Juli lalu yang melibatkan jet tempur siluman F-35.
Puluhan pesawat, termasuk jet tempur F-15I, dikerahkan dalam operasi militer Zionis kemarin, menyerang sejauh 1.800 kilometer dari wilayah Israel ke Yaman.
Militer Zionis berdalih serangan besar-besaran tersebut sebagai balasan setelah Houthi menembakkan tiga rudal balistik ke wilayah Tel Aviv dan Israel tengah dalam beberapa hari terakhir, termasuk serangan pada Sabtu lalu.
Kementerian Kesehatan Houthi mengatakan serangan Zionis mengakibatkan kematian empat milisi dan melukai 29 orang lainnya.
Menurut laporan Al Mayadeen dan dikonfirmasi oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), target serangan Zionis di Yaman adalah cadangan minyak di Ras Issa dan juga pelabuhan Hodeidah.
Target tambahan termasuk pembangkit listrik dan pelabuhan laut, yang menurut IDF, digunakan Houthi untuk mentransfer senjata Iran ke wilayah tersebut, selain pasokan militer dan minyak.
“Agresi Israel menargetkan kota Hodeidah,” tulis media milik Houthi, Al Masirah.
IDF mencatat bahwa Houthi telah bekerja sama dengan milisi Irak, yang merupakan proksi Iran, untuk menyerang Israel.
IDF mengatakan sangat mengesankan bahwa Angkatan Udara Israel telah mengelola operasi yang begitu besar dan rumit sambil juga menyerang musuh-musuh Israel di Lebanon, Gaza, Tepi Barat, dan di tempat lain—semuanya dalam 16 jam terakhir.
Al Masirah melaporkan bahwa Pertahanan Sipil telah mulai bekerja untuk memadamkan api di pembangkit listrik saat ini, yang disebabkan oleh serangan udara Israel.
Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di akun X-nya Al Masirah, juru bicara Houthi Mohammad Abdul Salam mengatakan: “Agresi Zionis yang didukung Amerika dikutuk, dikecam, dan ditolak dan tidak dapat memengaruhi keinginan rakyat Yaman. Apa yang dikonfirmasi oleh rakyat Yaman dalam jutaan demonstrasi mingguan mereka adalah bahwa mereka tidak akan meninggalkan Gaza dan Lebanon.”
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, telah mengutuk serangan tersebut, dengan mengatakan bahwa serangan Israel menargetkan pembangkit listrik dan tangki bahan bakar.
Dalam penilaian situasional selama serangan di Yaman, Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan: “Kami tahu cara menjangkau sangat jauh, kami tahu cara menjangkau lebih jauh lagi, dan kami tahu cara menyerang di sana dengan tepat.”
“Saya melihat Poros [Perlawanan], yang dipimpin oleh Iran, dengan Hizbullah sebagai faktor pusat,” katanya.
“Hizbullah telah terpukul sangat keras dalam sebulan terakhir, dua minggu terakhir, dan tiga hari terakhir, mereka telah kehilangan akal, dan kita perlu terus memukul Hizbullah dengan keras. Ini adalah fokus utama, dan kita juga harus menyesuaikan peralatan kita untuk tempat lain," paparnya, seperti dikutip Reuters, Senin (30/9/2024).
Sumber militer Zionis mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa serangan kemarin bahkan melebihi serangan besar-besaran di Hodeidah pada Juli lalu yang melibatkan jet tempur siluman F-35.
Puluhan pesawat, termasuk jet tempur F-15I, dikerahkan dalam operasi militer Zionis kemarin, menyerang sejauh 1.800 kilometer dari wilayah Israel ke Yaman.
Militer Zionis berdalih serangan besar-besaran tersebut sebagai balasan setelah Houthi menembakkan tiga rudal balistik ke wilayah Tel Aviv dan Israel tengah dalam beberapa hari terakhir, termasuk serangan pada Sabtu lalu.
Kementerian Kesehatan Houthi mengatakan serangan Zionis mengakibatkan kematian empat milisi dan melukai 29 orang lainnya.
Menurut laporan Al Mayadeen dan dikonfirmasi oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), target serangan Zionis di Yaman adalah cadangan minyak di Ras Issa dan juga pelabuhan Hodeidah.
Target tambahan termasuk pembangkit listrik dan pelabuhan laut, yang menurut IDF, digunakan Houthi untuk mentransfer senjata Iran ke wilayah tersebut, selain pasokan militer dan minyak.
“Agresi Israel menargetkan kota Hodeidah,” tulis media milik Houthi, Al Masirah.
IDF mencatat bahwa Houthi telah bekerja sama dengan milisi Irak, yang merupakan proksi Iran, untuk menyerang Israel.
IDF mengatakan sangat mengesankan bahwa Angkatan Udara Israel telah mengelola operasi yang begitu besar dan rumit sambil juga menyerang musuh-musuh Israel di Lebanon, Gaza, Tepi Barat, dan di tempat lain—semuanya dalam 16 jam terakhir.
Al Masirah melaporkan bahwa Pertahanan Sipil telah mulai bekerja untuk memadamkan api di pembangkit listrik saat ini, yang disebabkan oleh serangan udara Israel.
Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di akun X-nya Al Masirah, juru bicara Houthi Mohammad Abdul Salam mengatakan: “Agresi Zionis yang didukung Amerika dikutuk, dikecam, dan ditolak dan tidak dapat memengaruhi keinginan rakyat Yaman. Apa yang dikonfirmasi oleh rakyat Yaman dalam jutaan demonstrasi mingguan mereka adalah bahwa mereka tidak akan meninggalkan Gaza dan Lebanon.”
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, telah mengutuk serangan tersebut, dengan mengatakan bahwa serangan Israel menargetkan pembangkit listrik dan tangki bahan bakar.
Dalam penilaian situasional selama serangan di Yaman, Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Herzi Halevi mengatakan: “Kami tahu cara menjangkau sangat jauh, kami tahu cara menjangkau lebih jauh lagi, dan kami tahu cara menyerang di sana dengan tepat.”
“Saya melihat Poros [Perlawanan], yang dipimpin oleh Iran, dengan Hizbullah sebagai faktor pusat,” katanya.
“Hizbullah telah terpukul sangat keras dalam sebulan terakhir, dua minggu terakhir, dan tiga hari terakhir, mereka telah kehilangan akal, dan kita perlu terus memukul Hizbullah dengan keras. Ini adalah fokus utama, dan kita juga harus menyesuaikan peralatan kita untuk tempat lain," paparnya, seperti dikutip Reuters, Senin (30/9/2024).
(mas)
tulis komentar anda