Cara Israel Bunuh Nasrallah: Jet Tempur F-15i Jatuhkan 100 Bom Penembus Bunker

Minggu, 29 September 2024 - 11:37 WIB
Militer Israel membunuh pemimpin Hizbullah Lebanon Hasan Nasrallah dengan melibatkan jet tempur F-15i dan sekitar 100 bom penembus bunker. Foto/IDF/Sky News
TEL AVIV - Militer Israel mengungkap operasi pembunuhan terhadap pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di pinggiran Beirut, Lebanon, melibatkan jet tempur F-15i dan sekitar 100 bom penembus bunker buatan Amerika Serikat (AS).

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Minggu (29/9/2024) merilis gambar yang menunjukkan jet tempur F-15i dari Skuadron ke-69 Angkatan Udara Israel (IAF) lepas landas dari Pangkalan Udara Hatzerim untuk membunuh Nasrallah pada hari Jumat.

Menurut militer Zionis, sekitar100 bom penghancur bunker dijatuhkan oleh jet tempur tersebut di markas bawah tanah Hizbullah di pinggiran kota Dahiyeh dalam serangan tersebut.



Analisis New York Times terhadap video jet tempur yang lepas landas yang dirilis sebelumnya menduga bahwa sedikitnya 15 bom BLU-109 buatan AS dengan perangkat pemandu JDAM digunakan dalam serangan itu. Amunisi seberat 2.000 pon itu dikenal sebagai penghancur bunker berkat kemampuannya menembus bawah tanah.



Brigadir Jenderal Amichai Levine, komandan Hatzerim di Pangkalan Udara Israel mengungkapkan pada hari Sabtu bahwa misi untuk menetralisir Nasrallah menuntut kemampuan unik dan berkelas dunia dari IAF.

Operasi tersebut membutuhkan presisi ekstrem untuk menyerang area bawah tanah yang dalam sambil mempertahankan tipu daya yang sempurna, memastikan bahwa Nasrallah, Ali Karaki, dan tokoh senior lainnya tidak akan mendeteksi serangan tersebut dan melarikan diri.

"Operasi tersebut berhasil dengan sempurna," kata Levine, memuji kru darat dan tim teknis atas pelaksanaannya yang lancar.

Mereka tidak hanya memastikan kesiapan pesawat, tetapi mereka juga mengelola amunisi, yang bekerja dengan sempurna meskipun dalam kondisi misi yang rumit. "Sekitar seratus amunisi digunakan, dengan pengebom menjatuhkannya setiap dua detik dengan presisi yang sempurna."

Dia juga memuji Skuadron ke-69, yang dikenal sebagai "Hammers”, yang mengoperasikan jet tempur F-15I Ra'am dan telah terlibat dalam operasi penting di Lebanon dan Suriah.

Skuadron tersebut menghadapi pengawasan ketat sebelum perang karena protes terhadap perombakan peradilan, tetapi selama 11 bulan, para pilot skuadron, baik yang cadangan maupun reguler, telah terus-menerus waspada untuk misi di seluruh Timur Tengah, siap menghadapi tantangan di masa mendatang.

Ketika ditanya tentang keterlibatan skuadron di tengah protes atas perombakan peradilan sebelum 7 Oktober, Levine menjawab: "Skuadron ke-69 adalah skuadron strategis di Angkatan Udara dan telah demikian selama beberapa dekade. Mereka bertanggung jawab atas beberapa misi paling penting Angkatan Udara. Para petempur skuadron ini beragam usia (hingga 50) dan profesinya.”

“Separuh dari mereka adalah cadangan, dan sekitar separuh dari para petempur yang berpartisipasi dalam operasi ini adalah cadangan. Tidak seorang pun di Israel boleh meragukan kecintaan mereka pada negara, kesediaan mereka untuk mengorbankan nyawa, dan bahkan mempertaruhkan nyawa mereka untuk misi jarak dekat maupun jauh—menurut saya operasi ini menggarisbawahi hal itu. Selama 11 bulan, mereka telah bersiaga, terbang sepanjang waktu, dan mereka akan terus bertugas selama perang berlangsung,” paparnya.

Tiga Tujuan IDF

“Kami memiliki tiga tujuan: mengembalikan para sandera, membubarkan Hamas, dan memastikan kembalinya penduduk utara dengan aman ke rumah mereka. Pangkalan, skuadron, dan seluruh Angkatan Udara beroperasi dengan kuat meskipun menjadi fokus media,” kata Levine.

“Pemisahan front utara dan selatan sangat penting untuk membubarkan Hamas dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk membawa kembali para sandera,” kata brigadir jenderal tersebut.

“Kemarin, kami melaksanakan operasi bersejarah yang sangat penting secara strategis. Nasrallah dipandang sebagai tokoh paling sentral dalam poros Syiah. Ini akan berdampak signifikan pada Timur Tengah dan membawa kita lebih dekat untuk mencapai tujuan perang kita. Operasi itu telah direncanakan sejak lama dan mencerminkan kolaborasi luar biasa dengan Direktorat Intelijen Militer dan Angkatan Udara. Saya tahu semua perwira intelijen yang menyumbangkan kemampuan luar biasa,” katanya.
(mas)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More