Israel Tolak Gencatan Senjata, Gempur Hizbullah dengan Kekuatan Penuh
Jum'at, 27 September 2024 - 09:03 WIB
Smotrich, anggota kunci pemerintahan koalisi PM Netanyahu, bersikeras bahwa melanjutkan perang melawan Hizbullah adalah satu-satunya jalan ke depan bagi Israel.
"Kampanye di utara harus diakhiri dengan satu hasil: menghancurkan Hizbullah dan menghilangkan kemampuannya untuk menyakiti penduduk di utara," kata Smotrich pada X.
"Musuh tidak boleh diberi waktu untuk pulih dari pukulan berat yang dideritanya dan mengatur ulang dirinya untuk melanjutkan perang setelah 21 hari," lanjut dia.
"Penyerahan diri atau perang Hizbullah—ini adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan penduduk dan keamanan ke wilayah utara dan negara ini," paparnya.
Serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 630 orang di Lebanon sejak Kementerian Kesehatan negara itu melaporkan 72 orang tewas dalam serangan pada hari Rabu, yang mengakibatkan pertemuan darurat Majelis Umum PBB di New York.
Usulan gencatan senjata tersebut bertujuan untuk memberi ruang bagi negosiasi diplomatik dan mengurangi risiko konflik regional yang lebih luas.
Dipelopori oleh AS dan Prancis, yang menyerukan mosi darurat Majelis Umum PBB, usulan itu didukung oleh Arab Saudi, Jerman, Jepang, dan Uni Emirat Arab.
"Kami menyerukan gencatan senjata segera selama 21 hari di perbatasan Lebanon-Israel untuk memberi ruang bagi diplomasi," bunyi pernyataan bersama mereka.
Pernyataan tersebut menekankan bahwa pertempuran telah menjadi "tidak dapat ditoleransi" dan menimbulkan ancaman signifikan terhadap stabilitas regional.
Puluhan ribu warga Lebanon di wilayah selatan yang dikuasai Hizbullah dan warga sipil Israel di Israel utara menanggung beban konflik tersebut.
"Kampanye di utara harus diakhiri dengan satu hasil: menghancurkan Hizbullah dan menghilangkan kemampuannya untuk menyakiti penduduk di utara," kata Smotrich pada X.
"Musuh tidak boleh diberi waktu untuk pulih dari pukulan berat yang dideritanya dan mengatur ulang dirinya untuk melanjutkan perang setelah 21 hari," lanjut dia.
"Penyerahan diri atau perang Hizbullah—ini adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan penduduk dan keamanan ke wilayah utara dan negara ini," paparnya.
Serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 630 orang di Lebanon sejak Kementerian Kesehatan negara itu melaporkan 72 orang tewas dalam serangan pada hari Rabu, yang mengakibatkan pertemuan darurat Majelis Umum PBB di New York.
Usulan gencatan senjata tersebut bertujuan untuk memberi ruang bagi negosiasi diplomatik dan mengurangi risiko konflik regional yang lebih luas.
Dipelopori oleh AS dan Prancis, yang menyerukan mosi darurat Majelis Umum PBB, usulan itu didukung oleh Arab Saudi, Jerman, Jepang, dan Uni Emirat Arab.
"Kami menyerukan gencatan senjata segera selama 21 hari di perbatasan Lebanon-Israel untuk memberi ruang bagi diplomasi," bunyi pernyataan bersama mereka.
Pernyataan tersebut menekankan bahwa pertempuran telah menjadi "tidak dapat ditoleransi" dan menimbulkan ancaman signifikan terhadap stabilitas regional.
Puluhan ribu warga Lebanon di wilayah selatan yang dikuasai Hizbullah dan warga sipil Israel di Israel utara menanggung beban konflik tersebut.
Lihat Juga :
tulis komentar anda