Persenjataan dan Terowongan Bawah Tanah Hizbullah Ancaman Besar bagi Israel
Kamis, 26 September 2024 - 13:44 WIB
“Lebih sedikit aset Hizbullah akan menimbulkan lebih sedikit ancaman bagi warga sipil Israel tetapi juga akan membuat manuver darat lebih mudah.”
Matthew Savill, direktur ilmu militer di Royal United Services Institute (RUSI), mengatakan kepada Al Arabiya English: "Israel sangat menyadari risiko meremehkan Hizbullah mengingat kenangan Perang Lebanon 2006, dan tampaknya telah menghabiskan waktu bertahun-tahun membangun mesin pengumpulan dan analisis intelijen yang canggih untuk mencoba dan memetakan keseluruhan ancaman Hizbullah tersebut."
“Kita dapat melihat ini dari sejauh mana mereka mampu menembus Hizbullah untuk melakukan serangan ‘pager’, dan kecepatan mereka menargetkan peluncur roket dan lokasi penyimpanan rudal, bersama dengan skala besar serangan udara yang diluncurkan dalam empat hari terakhir saja. Meskipun demikian, persenjataan Hizbullah dipahami sangat luas, dan sebagian besarnya dikubur/disimpan di tempat yang jauh lebih sulit diserang (meskipun ini tidak berarti semuanya dapat digunakan, dan masih harus diekspos untuk diluncurkan)," paparnya.
Raphael S Cohen, ilmuwan politik senior dan direktur Strategy & Doctrine Program di RAND’s Project AIR FORCE, menggambarkan Hizbullah sebagai “pasukan yang tangguh".
“Di pihak Hizbullah, saya berekspektasi kelompok itu akan melakukan lebih banyak serangan ke Tel Aviv dan Israel tengah,” katanya.
“Roket tadi hanya satu—bukan satu tembakan—jadi kemungkinan lebih merupakan peringatan. Dugaan saya kelompok itu kemungkinan akan meningkatkan serangannya dari sana. Sebaliknya, Israel telah memberi isyarat bahwa meskipun tindakan itu tetap kurang diinginkan, Israel akan mengejar opsi darat, kecuali Hizbullah menyetujui gencatan senjata yang memungkinkan penduduk Israel untuk kembali ke rumah mereka di Israel utara," papar Cohen.
Cohen mengatakan dia tidak berpikir orang-orang Israel akan pernah meremehkan Hizbullah.
“Sejak Perang Lebanon 2006, sebagian besar pejabat keamanan Israel yang saya wawancarai selama bertahun-tahun menganggapnya sebagai musuh militer yang tangguh,” jelasnya.
“Dan sebagian alasan mengapa Israel menggunakan taktik militer yang canggih ini—mulai dari serangan pager hingga penargetan tepat terhadap militan senior Hizbullah—adalah karena Israel memahami bahwa Hizbullah adalah lawan yang tangguh.”
Menurut Shapira, tampaknya Israel telah mempersiapkan diri untuk perang dengan Hizbullah. "Dan kemungkinan memiliki lebih banyak kejutan di balik lengan baju mereka, termasuk invasi darat," katanya.
Matthew Savill, direktur ilmu militer di Royal United Services Institute (RUSI), mengatakan kepada Al Arabiya English: "Israel sangat menyadari risiko meremehkan Hizbullah mengingat kenangan Perang Lebanon 2006, dan tampaknya telah menghabiskan waktu bertahun-tahun membangun mesin pengumpulan dan analisis intelijen yang canggih untuk mencoba dan memetakan keseluruhan ancaman Hizbullah tersebut."
“Kita dapat melihat ini dari sejauh mana mereka mampu menembus Hizbullah untuk melakukan serangan ‘pager’, dan kecepatan mereka menargetkan peluncur roket dan lokasi penyimpanan rudal, bersama dengan skala besar serangan udara yang diluncurkan dalam empat hari terakhir saja. Meskipun demikian, persenjataan Hizbullah dipahami sangat luas, dan sebagian besarnya dikubur/disimpan di tempat yang jauh lebih sulit diserang (meskipun ini tidak berarti semuanya dapat digunakan, dan masih harus diekspos untuk diluncurkan)," paparnya.
Raphael S Cohen, ilmuwan politik senior dan direktur Strategy & Doctrine Program di RAND’s Project AIR FORCE, menggambarkan Hizbullah sebagai “pasukan yang tangguh".
“Di pihak Hizbullah, saya berekspektasi kelompok itu akan melakukan lebih banyak serangan ke Tel Aviv dan Israel tengah,” katanya.
“Roket tadi hanya satu—bukan satu tembakan—jadi kemungkinan lebih merupakan peringatan. Dugaan saya kelompok itu kemungkinan akan meningkatkan serangannya dari sana. Sebaliknya, Israel telah memberi isyarat bahwa meskipun tindakan itu tetap kurang diinginkan, Israel akan mengejar opsi darat, kecuali Hizbullah menyetujui gencatan senjata yang memungkinkan penduduk Israel untuk kembali ke rumah mereka di Israel utara," papar Cohen.
Cohen mengatakan dia tidak berpikir orang-orang Israel akan pernah meremehkan Hizbullah.
“Sejak Perang Lebanon 2006, sebagian besar pejabat keamanan Israel yang saya wawancarai selama bertahun-tahun menganggapnya sebagai musuh militer yang tangguh,” jelasnya.
“Dan sebagian alasan mengapa Israel menggunakan taktik militer yang canggih ini—mulai dari serangan pager hingga penargetan tepat terhadap militan senior Hizbullah—adalah karena Israel memahami bahwa Hizbullah adalah lawan yang tangguh.”
Menurut Shapira, tampaknya Israel telah mempersiapkan diri untuk perang dengan Hizbullah. "Dan kemungkinan memiliki lebih banyak kejutan di balik lengan baju mereka, termasuk invasi darat," katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda