Diduga Dikerjai Rusia, Drone Global Hawk AS Bermasalah saat Operasi di Negara NATO
Jum'at, 20 September 2024 - 11:19 WIB
TALLINN - Drone mata-mata canggih RQ-4B Global Hawak milik Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) mengalami masalah selama beroperasi di Estonia, salah satu negara NATO di Baltik.
Kementerian Pertahanan Estonia mengatakan insiden itu terjadi selama penerbangan pada 29-30 Agustus. Kementerian itu menuduh gangguan sinyal atau jamming oleh Rusia sebagai penyebabnya.
Selama penerbangan pengintaian di wilayah udara Estonia, RQ-4B Global Hawk terbang tidak menentu dan mengalami kegagalan sinyal.
Menurut kementerian tersebut, gangguan sinyal Rusia memiliki konsekuensi yang lebih besar dalam hal penerbangan militer dan sipil di wilayah Baltik.
Sebelum terbang ke Laut Hitam, RQ-4B Global Hawk lepas landas dari pangkalannya di Fairford, Inggris.
Setelah aktivitas jalur penerbangannya yang kacau, pesawat nirawak tersebut berhasil mendarat di pangkalan Sigonella di Italia, menurut outlet spesialis militer Defense Mirror, yang dikutip Newsweek, Jumat (20/9/2024).
Selama misi pengintaian, RQ-4B Global Hawk mengirimkan kode-kode berisik termasuk 7400, yang menunjukkan bahwa kendali antara pesawat nirawak tersebut dan operator daratnya hilang.
Menurut laporan Defense Mirror, tujuan dari dugaan gangguan elektronik Moskow tersebut adalah untuk mengusir misi pengintaian RQ-4B Global Hawk dari perbatasan barat laut Rusia.
"Drone mata-mata itu tanpa lelah berputar-putar di sepanjang perbatasan Federasi Rusia dari wilayah Leningrad ke Pskov. Kemudian, tiba-tiba memberi sinyal bahwa ia telah kehilangan kontak dengan operator dan bermanuver secara kacau untuk sementara waktu," imbuh laporan Baltic Sentinel.
Misi RQ-4B Global Hawk adalah untuk memberikan spektrum luas kemampuan pengumpulan ISR untuk mendukung pasukan tempur gabungan dalam operasi masa damai, kontingensi, dan masa perang di seluruh dunia.
Menurut Angkatan Udara Amerika, drone mata-mata itu telah dikerahkan secara operasional untuk mendukung operasi kontingensi di luar negeri sejak November 2001.
Drone yang dikendalikan dari jarak jauh tersebut telah digunakan untuk memantau perbatasan Rusia melalui penerbangan di atas Laut Hitam sejak Februari 2022, dan juga telah digunakan di AS, Australia, Jerman, dan Korea Selatan.
Ini bukan pertama kalinya dugaan gangguan elektronik Rusia mengganggu sinyal navigasi satelit pesawat. Menurut laporan Kyiv Post, ada hampir 500 kejadian yang dilaporkan selama empat bulan pertama tahun ini.
Rusia sebelumnya menuduh AS memberikan informasi yang diperoleh oleh RQ-4B Global Hawk dalam melakukan misi pengintaian di atas Laut Hitam kepada pasukan Ukraina dan mengancam bahwa pasukan Rusia akan mengadopsi "tindakan respons cepat" untuk mencegah konfrontasi antara pasukan Moskow dan Washington di wilayah udara.
Sejak dugaan gangguan elektronik Rusia pada bulan Agustus, drone RQ-4B Global Hawk AS telah aktif dalam tiga penerbangan ke Mediterania timur di atas Israel pada bulan September, tetapi belum kembali ke wilayah Baltik.
Kementerian Pertahanan Estonia mengatakan insiden itu terjadi selama penerbangan pada 29-30 Agustus. Kementerian itu menuduh gangguan sinyal atau jamming oleh Rusia sebagai penyebabnya.
Selama penerbangan pengintaian di wilayah udara Estonia, RQ-4B Global Hawk terbang tidak menentu dan mengalami kegagalan sinyal.
Menurut kementerian tersebut, gangguan sinyal Rusia memiliki konsekuensi yang lebih besar dalam hal penerbangan militer dan sipil di wilayah Baltik.
Sebelum terbang ke Laut Hitam, RQ-4B Global Hawk lepas landas dari pangkalannya di Fairford, Inggris.
Setelah aktivitas jalur penerbangannya yang kacau, pesawat nirawak tersebut berhasil mendarat di pangkalan Sigonella di Italia, menurut outlet spesialis militer Defense Mirror, yang dikutip Newsweek, Jumat (20/9/2024).
Selama misi pengintaian, RQ-4B Global Hawk mengirimkan kode-kode berisik termasuk 7400, yang menunjukkan bahwa kendali antara pesawat nirawak tersebut dan operator daratnya hilang.
Menurut laporan Defense Mirror, tujuan dari dugaan gangguan elektronik Moskow tersebut adalah untuk mengusir misi pengintaian RQ-4B Global Hawk dari perbatasan barat laut Rusia.
"Drone mata-mata itu tanpa lelah berputar-putar di sepanjang perbatasan Federasi Rusia dari wilayah Leningrad ke Pskov. Kemudian, tiba-tiba memberi sinyal bahwa ia telah kehilangan kontak dengan operator dan bermanuver secara kacau untuk sementara waktu," imbuh laporan Baltic Sentinel.
Misi RQ-4B Global Hawk adalah untuk memberikan spektrum luas kemampuan pengumpulan ISR untuk mendukung pasukan tempur gabungan dalam operasi masa damai, kontingensi, dan masa perang di seluruh dunia.
Menurut Angkatan Udara Amerika, drone mata-mata itu telah dikerahkan secara operasional untuk mendukung operasi kontingensi di luar negeri sejak November 2001.
Drone yang dikendalikan dari jarak jauh tersebut telah digunakan untuk memantau perbatasan Rusia melalui penerbangan di atas Laut Hitam sejak Februari 2022, dan juga telah digunakan di AS, Australia, Jerman, dan Korea Selatan.
Ini bukan pertama kalinya dugaan gangguan elektronik Rusia mengganggu sinyal navigasi satelit pesawat. Menurut laporan Kyiv Post, ada hampir 500 kejadian yang dilaporkan selama empat bulan pertama tahun ini.
Rusia sebelumnya menuduh AS memberikan informasi yang diperoleh oleh RQ-4B Global Hawk dalam melakukan misi pengintaian di atas Laut Hitam kepada pasukan Ukraina dan mengancam bahwa pasukan Rusia akan mengadopsi "tindakan respons cepat" untuk mencegah konfrontasi antara pasukan Moskow dan Washington di wilayah udara.
Sejak dugaan gangguan elektronik Rusia pada bulan Agustus, drone RQ-4B Global Hawk AS telah aktif dalam tiga penerbangan ke Mediterania timur di atas Israel pada bulan September, tetapi belum kembali ke wilayah Baltik.
(mas)
tulis komentar anda